Menuju konten utama

Serang Fotografer Jenazah Corona: Buruknya Perspektif Anji & Satgas

Youtuber Anji menyangsikan foto jenazah korban Corona yang dipotret Joshua. Sementara Satgas COVID-19 bilang itu tak beretika. Persamaan keduanya: perspektifnya buruk.

Serang Fotografer Jenazah Corona: Buruknya Perspektif Anji & Satgas
Anji manji. Instagram/duniamanji

tirto.id - Foto jenazah korban Corona COVID-19 yang dibungkus plastik dan terbaring di ranjang viral di media sosial. Joshua Irwandi menambahkan keterangan untuk fotonya itu melalui Instagram pribadi @joshirwandi, Selasa (14/7/2020), sebagai berikut: "Memotret korban [Jenazah] virus Corona di Indonesia adalah fotografi paling memilukan, paling seram yang pernah saya lakukan" (diterjemahkan secara bebas dari bahasa Inggris).

Jurnalis foto yang bekerja untuk National Geographic itu mengatakan sangat penting untuk menyebarkan foto jenazah sebagai pengingat betapa bahayanya virus Corona. Ia ingin orang-orang lebih peduli dan tak menganggap remeh virus ini. "Dalam pikiran saya," katanya, juga via Instagram, "apa yang terjadi pada jenazah ini mungkin terjadi pada orang yang saya cintai, orang yang kita cintai."

Selama memotret gambar jenazah, dia juga bilang telah menyaksikan bagaimana para dokter dan perawat terus mempertaruhkan nyawa mereka untuk menyelamatkan pasien yang terbaring di tempat tidur untuk melawan virus. Dokter dan perawatlah pahlawan sejati dalam menangani virus Corona, katanya, dan satu-satunya cara untuk menghargai dedikasi mereka adalah mengikuti apa yang telah disarankan kepada masyarakat: menerapkan protokol kesehatan.

"Saya ingin mendedikasikan ini untuk staf medis yang tanpa pamrih memungkinkan kita untuk terus hidup," katanya.

Foto itu, sayangnya, mendapat respons dari beberapa pihak yang jauh dari harapan Joshua. Erdian Aji Prihartanto atau Anji, seorang Youtuber yang namanya melambung lewat grup band Drive, justru mempertanyakan kesahihan foto ini.

Ia merasa aneh karena ada fotografer yang diizinkan mengambil potret jenazah yang terbungkus plastik saat semua keluarga jenazah yang lain tidak diperbolehkan untuk melihat secara langsung. "Kalau kamu merasa ini tidak aneh, artinya mungkin saya yang aneh," katanya via Instagram @duniamanji, Jumat (17/7/2020).

Ia juga merasa janggal karena menurutnya foto ini diunggah ulang oleh banyak akun-akun yang memiliki pengikut besar dengan keterangan foto yang seragam. Pria yang mengaku familier dengan dunia digital itu memandang ini sama seperti isu-isu yang kerapkali dilontarkan para pendengung atau buzzer. "Polanya mirip. Anak agency atau influencer atau buzzer pasti mengerti," katanya.

Anji lantas bilang percaya bahwa COVID-19--atau ia menyebutnya 'cvd' karena enggan menulis dengan istilah lengkap--itu benar-benar ada, tapi "saya tidak percaya bahwa cvd semengerikan itu."

Sementara Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan COVID-19 Wiku Adisasmito menyebut semestinya foto ini tak mesti disebar. Ia mengatakan Joshua dan siapa saja yang turut serta menyebarkannya "tidak beretika."

Perspektif yang Buruk

Paguyuban Rakyat Indonesia Melawan Pandemi, terdiri dari puluhan LSM dan sejumlah epidemiolog, mengkritisi pendapat Anji dan pemerintah.

Salah satu anggota paguyuban yang juga Direktur LBH Masyarakat Ricky Gunawan mengatakan baik pemerintah dan Anji punya sudut pandang yang buruk dalam melihat foto ini. Namun dibanding Anji, pendapat gugus tugas menurutnya perlu lebih disorot karena merekalah yang langsung berhadapan dengan kondisi ini.

Menurutnya mengatakan penyebar foto jenazah tidak etis justru menunjukkan mereka tidak memiliki empati. Selain itu juga menunjukkan penyangkalan terhadap ancaman nyata yang dialami tenaga kesehatan saat bertugas.

Kepada reporter Tirto, Senin (20/7/2020), Ricky mengatakan semestinya keduanya "berterima kasih kepada Joshua yang telah mengangkat persoalan ini dibicarakan lebih luas dan menarik perhatian yang serius dari banyak pihak."

Dengan foto ini, katanya, masyarakat tahu betapa sulitnya perjuangan dokter dan perawat dalam menangani pasien COVID-19. Beberapa dari mereka bahkan gugur karena salah satunya alat pelindung diri yang kurang memadai. "Kalau perlu foto visual dari dalam rumah sakit juga ditunjukkan oleh pemerintah setiap kali menggelar konferensi pers rutin, jangan hanya angka terus," katanya.

Ketua Pewarta Foto Indonesia (PFI) Reno Esnir mengatakan telah menghubungi Joshua langsung dan memastikan pengambilan foto jenazah telah mematuhi kode etik jurnalistik, prosedur perizinan, dan ragam protokol kesehatan yang diwajibkan rumah sakit. Dengan kata lain, foto ini sama sekali bukan rekayasa.

Oleh karenanya ia mengecam opini Anji karena telah menghakimi Joshua secara sepihak.

PFI menilai Anji telah melecehkan karya jurnalistik dan pendiskreditan profesi jurnalis karena membandingkan kerja Joshua dengan kerja agency, buzzer, dan influencer. Padahal, katanya lewat keterangan tertulis, Minggu (19/7/2020), "kerja jurnalistik dilandasi fakta lapangan, ada kode etik yang jelas, dan dilindungi UU Pers."

Atas dasar itu semua PFI "mendesak Anji menghapus postingan di Instagram terkait foto Joshua Irwandi" dan mendesaknya meminta maaf secara terbuka ke publik.

Apa kata Anji setelah dikritik bertubi-tubi? Ia mengaku sama sekali tidak berniat melecehkan Joshua dan pewarta foto lain. Anji bilang telah mendapat penjelasan tentang cara kerja jurnalistik saat diskusi virtual bersama Joshua dan beberapa pewarta foto lain. "Saya jadi belajar tentang hal itu," tulis Anji via Twitter.

Ia juga bilang semua ini hanya perbedaan sudut pandang. "Jika terjadi kesalahan asumsi dalam memahami kalimat saya, saya minta maaf," katanya.

Baca juga artikel terkait JENAZAH COVID-19 atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Rio Apinino