Menuju konten utama

Senarai Dua Kabar dari Klub Asal Venesia

Dalam usianya yang hampir 116 tahun, klub sepak bola asal Venesia kenyang berkubang dalam kompetisi bawah, pergantian nama, juga intaian kebangkrutan.

Senarai Dua Kabar dari Klub Asal Venesia
Header Mozaik Venezia FC. tirto.id/TIno

tirto.id - Seperti halnya dalam banyak momen penting, pada 2 Mei 2021, kembang api menyala di langit Venesia disusul parade di sepanjang kanal merayakan kembalinya Venezia FC ke Serie A.

Setelah sembilan belas tahun, tiga kali bangkrut, lima tahun di divisi rendah, dan banyak momen sakit di mata penggemarnya, Venezia FC kembali ke panggung teratas sepak bola Italia musim 2021/2022.

Beberapa Kali Ganti Nama, Beberapa Kali Degradasi

Malam musim dingin 14 Desember 1907, dua puluh anak muda berkumpul di sebuah restoran dekat alun-alun San Bartolomeo. Mereka hendak membuat tim sepak bola, olahraga yang saat itu tengah digemari masyarakat Italia. Anak-anak muda ini berasal dari dua tim olahraga berbeda, yakni Palestra Marziale (martial gym) dan Constantino Reyer (akrobatik).

Kesepakatan lalu dicapai, Venezia Football Club (Venezia FC) dijadikan nama tim sepak bola kota di atas air itu dan menunjuk David Fano sebagai presiden pertama klub ditemani Silvio Lorenzetti sebagai manajer merangkap pemain sebagai bek kiri.

Seragam berkerah dengan warna merah dan biru dipilih menjadi warna jersi tim. Saat itu mereka bergabung dengan kompetisi regional yang rutin digelar Federazione Italiana del Football (FIF), federasi sepak bola amatir Italia.

Karena kesamaan warna dengan sebuah tim kriket dan tim sepak bola Genoa, warna jersi kemudian diganti pada musim berikutnya dengan warna hitam dan hijau.

Mengikuti awal-awal turnamen dan kejuaraan amatir lokal, tempat latihan serta markas klub ditempatkan di lapangan olahraga dekat hutan pinus di San’t Elena, pulau di dermaga timur Venesia.

Seturut catatan sejarah di website klub, mereka melakukan pertandingan perdana melawan Vicenza pada 22 Desember 1907 dengan hasil imbang 1-1.

Selain itu, mereka juga kerap melakukan uji tanding dengan awak kapal pelabuhan, terutama para pelaut Inggris yang saat itu dianggap sebagai master-nya sepak bola.

Karena gairah sepak bola terus berkembang, lapangan olahraga San’t Elena disulap menjadi Stadion Pier Luigi Penzo pada tahun 1913.

Warsa 1919, setelah Perang Dunia I usai, nama klub berganti menjadi AC Venezia untuk mengikuti kejuaraan nasional dan berhasil menjadi semifinalis, kalah bersaing dengan Alessandria, AC Milan, dan Legnano.

Tujuh tahun kemudian mereka bergabung dengan FIGC, federasi sepak bola Italia, menandai keberadaan klub sebagai bagian penting dari ekosistem sepak bola Italia.

Ketika Italia memasuki pemerintahan fasis sekitar tahun 1930-an, namanya kembali berganti menjadi Associazione Fascista Calcio Venezia. Tahun-tahun ini menandai momen gemilang bagi tim yang juga berjuluk Singa Laguna tersebut.

Venezia memamerkan trofi paling bergengsi, Coppa Italia, pada musim 1940/1941. Sukses diraih setelah menumbangkan AS Roma di partai final melalui hasil imbang 3-3 di leg pertama yang dimainkan di ibu kota. Sementara di Pier Luigi Penzo, gol indah dari Ezio Loik membawa mereka memenangkan turnamen penting dalam sejarah klub.

Sejak ditetapkannya format kompetisi tunggal bertajuk Serie A di musim 1929/1930, posisi terbaik yang diperoleh Venezia hingga saat ini ialah berada di peringkat ketiga pada musim 1941/1942.

Setelah periode ini berakhir, tim kembali berganti nama menjadi AC Venezia pada masa Perang Dunia II yang mengakibatkan kompetisi terhenti. Saat kembali bergulir pada tahun 1946/1947, klub ini terdegradasi ke Serie B.

Dua tahun kemudian mereka kembali promosi ke Serie A dan bertahan tiga musim sampai akhirnya terjun bebas ke Serie C pada musim kompetisi 1951/1952.

Nama AC Venezia bertahan hingga tahun 1971 dan kembali mengganti nama menjadi Venezia Calcio sampai menjelang tahun 1990.

Sepanjang 1980-an, tim ini berada di titik nadir kala bermain di liga terendah kompetisi Serie D sampai tahun 1986 ketika pengusaha Friuli Maurizio Zamparini mengakuisisi klub.

Venezia Calcio kembali mengalami kesulitan keuangan di pertengahan 1987. Tetapi Zamparini menemukan solusi dengan melakukan merger dengan tim sepak bola lain dari kota metropolitan, AC Mestre, yang lebih stabil secara finansial.

Merger antara kedua tim dilakukan pada 26 Juni 1987 dan dianggap sebagai pilihan terbaik untuk memperkuat posisi sepak bola di wilayah Venesia-Mestre. Setelah merger dengan tim daratan Venesia AC Mestre, warna tim berubah dari warna tradisional neroverde (hijau-hitam) menjadi arancioneroverde (oranye-hitam-hijau) yang digunakan hingga saat ini.

Selama tujuh tahun dari musim 1990/1991 hingga 1997/1998, Gli Arancioneroverdi mengarungi Serie B dan mendapatkan promosinya kembali ke Serie A pada musim berikutnya. Duet maut Alvaro Recoba dan Filippo Maniero yang menorehkan 23 gol menjadi catatan tersendiri dalam sejarah klub, meskipun harus berada di posisi ke-11 pada akhir kompetisi.

Pada tahun 2002, tim ini kembali berganti nama menjadi Venezia Calcio setelah berpisah dari AC Mestre. Namun, klub ini lagi-lagi mengalami masalah finansial hingga degradasi dari Serie A setelah menempati posisi ke-18 dengan poin yang sama persis sesuai peringkat mereka di liga.

Bangkrut Tiga Kali dalam 10 Tahun

Venezia Calcio mengalami kebangkrutan pada tahun 2005. Tim lantas dibubarkan dan dicoret dari kompetisi oleh otoritas sepak bola Italia, FIGC. Atas inisiasi masyarakat Venesia yang melakukan penggalangan dana, tim ini dibentuk kembali dengan nama Società Sportiva Calcio Venezia dan langsung ikut kompetisi Serie C2.

Pada 2009, klub kembali berada pada kondisi yang sangat buruk dan hampir saja bangkrut. Mereka terjebak dalam utang yang besar, pemain-pemain tidak dibayar gajinya selama berbulan-bulan, dan terancam kehilangan lisensi klub untuk kompetisi.

Hal ini memaksa pemerintah setempat melakukan intervensi, termasuk Walikota Venesia, Massimo Cacciari, yang membentuk sebuah konsorsium untuk mengambil alih dan berhasil membeli saham mayoritas klub.

Setelah itu kondisi tim membaik dalam musim pertama dan berhasil promosi ke Seri C1 pada tahun 2010.

Namun, tim ini kembali mengalami kebangkrutan pada tahun 2015 dan terpaksa memulai kembali pertarungan dari Serie D usai diakuisisi Joe Tacopina, pengacara sekaligus pengusaha asal AS.

Setelah beberapa tahun berjuang di divisi yang lebih rendah, tim ini kembali promosi ke Serie B pada tahun 2017 yang saat itu diarsiteki Filippo Inzaghi. Mereka memenangkan persaingan dengan Parma, salah satu tim kuat di Italia medio 1990-an.

Setelah Inzaghi dan Joe Tacopina mundur, posisi presiden klub diambil alih oleh Duncan Niederauer yang berhasil membawa Venezia FC naik ke Serie A pada musim 2020/2021.

Duncan Niederauer, seorang pengusaha Amerika, menjadi penggemar Venezia FC saat berkunjung ke Venesia pada tahun 2018. Dia terkesan dengan semangat pendukungnya dan beberapa potensi tim yang belum terealisasi, hingga memutuskan untuk berinvestasi pada tahun 2020.

Pada saat itu, Venezia FC berjuang untuk bertahan hidup setelah mengalami kebangkrutan sejak tahun 2005. Niederauer membawa pengalaman dan keahliannya sebagai mantan CEO Bursa Efek New York untuk membantu meningkatkan manajemen dan keuangan tim.

Dia memperkenalkan sistem manajemen modern dan berfokus pada penggunaan teknologi untuk memperbaiki efisiensi tim. Hasilnya, saat Venezia FC masih bermain di Serie B, penjualan merchandise masuk ke dalam 10 besar klub Italia berpendapatan tinggi.

“Kami pikir jika Anda dapat membangun hubungan yang berbeda dengan kota, basis penggemar, dan yang paling penting, para pelatih dan pemain--yang terasa lebih seperti keluarga, lebih mengasuh, lebih mendukung, lebih inklusif--keajaiban bisa terjadi,” ujar Niederauer seperti dikutip The Ringer.

Stadion dan Jersi yang Unik

Stadion Pier Luigi Penzo memiliki keunikan tersendiri karena merupakan salah satu dari sedikit stadion sepak bola yang dibangun di atas air. Stadion ini terletak di tepi Laguna Venesia yang dikelilingi oleh kanal-kanal kecil.

Stadion ini dibangun di lahan hutan pinus di Pulau San’t Elena pada tahun 1913. Nama Pier Luigi Penzo baru ditetapkan pada tahun 1931 sebagai dedikasi pada nama seorang penerbang Venesia yang menjadi pahlawan dalam sebuah operasi militer tahun 1928.

Stadion Pier Luigi Penzo telah menjadi kandang Venezia FC selama hampir satu abad. Pada awalnya, kapasitas stadion hanya mampu menampung sekitar 7.000 orang. Pada 2021 saat Venezia FC kembali ke Serie A, kapasitas ditingkatkan menjadi 11.150 kursi.

Stadion pernah mengalami banjir yang parah pada tahun 1966, yang juga dikenal sebagai "acqua alta". Banjir ini mengakibatkan air masuk ke stadion setinggi 1,5 meter. Banjir yang terjadi pada tahun 2019 juga mengakibatkan stadion terendam air dan menghambat beberapa pertandingan kandang Venezia FC.

Di sisi lain, kekeringan di Venesia juga bisa menjadi masalah karena kondisi geografisnya. Surutnya air sering meninggalkan sedimen di dasar kanal, membuat beberapa kanal yang berdekatan dengan stadion menjadi dangkal dan sulit diakses oleh kapal-kapal. Hal ini dapat mengakibatkan kesulitan untuk pengiriman pasokan makanan, minuman, dan barang-barang, termasuk akses penonton ke stadion.

Infografik Mozaik Venezia FC

Infografik Mozaik Venezia FC. tirto.id/TIno

Selain stadion, jersi Venezia FC juga tergolong unik dibanding tim sepak bola lainnya. Jersi tim ini didesain oleh perusahaan Italia, Kappa, dengan memasukkan pemandangan kota Venesia dibalut warna-warna khas.

Pada musim 2020/2021, empat jersi sekaligus dikeluarkan klub menyambut kembalinya mereka berkompetisi di Serie A.

Jersi kandang berwarna hitam dengan garis-garis vertikal oranye dan hijau dengan tampilan tekstur kota Venesia pada logo huruf “V” yang ada di sisi kiri bagian dada. Sedangkan jersi kedua berwarna putih dengan kombinasi hitam, oranye, dan hijau sebagai ciri khas klub. Pola segitiga dengan dominasi hitam sengaja ditampilkan sebagai tiruan mozaik Venesia.

Laguna Venesia diwakilkan pada jersi ketiga lewat warna biru dengan garis memudar di dada. Sedangkan warna merah menjadi warna dominan pada jersi keempat.

Pada 2021, majalah Soccer Bible mengeluarkan daftar 50 jersi sepak bola paling menarik sepanjang sejarah dan tiga jersi Venezia FC yang dipakai musim 2020/2021 berhasil masuk dalam daftar tersebut.

Selain logo “V” dalam balutan emas, desain jersi juga dilengkapi dengan logo yang memperlihatkan burung bangau yang melambangkan kota Venesia.

Meskipun tim kembali ke Serie B musim ini dan telah mengalami banyak tantangan sepanjang sejarahnya, namun pendukung setia selalu siap untuk memperjuangkan keberadaan klub.

“Kami ingin pendukung kami merasa bangga dengan klub sepak bola kami karena mereka pantas memiliki klub yang kuat di kota ini,” ujar direktur teknik Venezia FC, Paolo Poggi, kepada BBC.

Venezia FC, dengan pasang surut prestasi yang mewarnai perjalanan mereka, merupakan bagian penting dari budaya sepak bola Italia.

Baca juga artikel terkait SEPAKBOLA ITALIA atau tulisan lainnya dari Ali Zaenal

tirto.id - Olahraga
Kontributor: Ali Zaenal
Penulis: Ali Zaenal
Editor: Irfan Teguh Pribadi