Menuju konten utama

Sejarah Kekeringan dan Banjir yang Kerap Melanda Venesia

Banjir dan kekeringan sejak lama sering melanda Laguna Venesia. Kiwari diperburuk dengan perubahan iklim.

Sejarah Kekeringan dan Banjir yang Kerap Melanda Venesia
header Mozaik Venesia kota air. tirto.id/Tino

tirto.id - Pariwisata kanal di Venesia mulai berkembang pesat pada abad ke-19. Pada masa itu, kota yang dibangun di atas 118 pulau tersebut menjadi destinasi wisata populer bagi para pelancong kaya yang datang dari seluruh Eropa.

Peningkatan aksesibilitas ke kota ini, terutama setelah dibangunnya jaringan kereta api, juga memungkinkan lebih banyak wisatawan untuk mengunjungi Venesia.

Belakangan, kanal-kanal itu mengalami kekeringan akibat musim dingin yang hebat, yang memengaruhi sektor pariwisata dan perekonomian Venesia.

Dari Perang ke Perang

Pada abad ke-5 Masehi, bangsa Hun melakukan serangan dan penaklukan terhadap wilayah Italia utara, termasuk wilayah Padang Lombardia yang terletak di sekitar Venesia, tempat suku-suku Slavia dan Germanik bermukim.

Bangsa Hun dikenal sebagai kelompok etnis nomaden yang berasal dari Asia Tengah. Mereka merupakan salah satu bangsa pengembara yang paling ditakuti karena kebrutalannya pada Abad Klasik hingga Abad Pertengahan.

Salah satu pemimpin terkenalnya ialah Attila yang memimpin serangan besar-besaran ke Eropa pada abad ke-5 Masehi, termasuk Kekaisaran Romawi.

Saat itu, Venesia tidak termasuk ke dalam wilayah Romawi dan belum menjadi kota besar seperti yang kita kenal saat ini. Bangsa Hun lebih fokus menyerang kota-kota besar seperti Aquileia, Mediolanum, dan Roma, serta menguasai daerah-daerah penting seperti Po Valley, yang merupakan jalur perdagangan penting di Italia utara.

Suku-suku awal di Venesia saat itu berhasil melindungi diri dengan membuat sistem pertahanan yang kuat di Laguna Venesia, termasuk membangun benteng-benteng dan tembok-tembok pertahanan di atas air.

Pada awal Venesia berdiri, kota ini diperintah oleh seorang Doge, yaitu jabatan kepala negara Venesia yang dipilih secara demokratis oleh para bangsawan setempat. Doge pertama Venesia adalah Paoluccio Anafesto, memerintah pada abad ke-7 Masehi.

Setelah itu, Doge menguasai Venesia selama berabad-abad, hingga akhirnya kekuasaan mereka digantikan oleh Republik Venesia pada abad ke-15.

Beberapa kali terlibat dalam Perang Salib, Venesia berperan memasok pasukan pada Perang Salib Pertama tahun 1096-1099 dan Perang Salib Keempat tahun 1202-1204.

Republik Venesia kemudian menjadi bawahan Kekaisaran Austria setelah mengalami kekalahan dalam Perang Napoleon pada awal abad ke-19.

Kerajaan Italia selanjutnya mengambil alih pada tahun 1861 dan menjadi bagian dari wilayah Italia hingga saat ini.

Membangun Kota di Atas Air

Ada beberapa alasan mengapa penduduk Venesia membangun kotanya di atas air. Salah satunya untuk melindungi diri dari serangan musuh, terutama bangsa Hun yang kala itu melakukan invasi ke daerah Padang Lombardia.

Dari segi ekonomi, karena lokasinya di Laguna Venesia, menjadikannya mudah dijangkau oleh kapal-kapal yang berlayar di sepanjang Laut Adriatik, sehingga dapat menjadi jalur perdagangan yang menyediakan akses ke berbagai produk mewah dari Timur Tengah dan Asia seperti rempah-rempah, sutra, dan batu permata.

Laguna Venesia adalah daerah yang berawa-rawa dan berlumpur. Para penduduk membuat bangunan di atas tiang-tiang kayu yang terpasang pada dasar lumpur laguna.

Kayu-kayu diperoleh dari hutan-hutan yang terletak di daerah pergunungan Alpen, terutama dari wilayah Kroasia. Kayu-kayu tersebut dibawa ke lokasi pembangunan menggunakan kapal atau perahu.

Kayu yang ditebang dibentuk seperti pensil, lalu ditempa ke dalam rawa-rawa dan tanah lembek. Palafitte--berarti rumah panggung dalam bahasa Italia--dipilih sebagai metode konstruksi yang efektif karena tanah di Laguna Venesia tidak cukup kuat untuk menopang bangunan yang berat.

Terdapat beberapa jenis kayu yang umumnya digunakan sebagai pondasi, yaitu elm, oak, poplar, dan alder. Kayu oak digunakan untuk pondasi yang terendam dalam air, sedangkan yang lainnya digunakan untuk pondasi yang terletak di atas permukaan air atau yang hanya terendam dalam air pada saat pasang tertinggi.

Selain untuk pondasi, kayu juga digunakan untuk kontruksi atap, kusen, pintu, dan furnitur lainnya. Untuk melengkapi bangunan, batu pecah, batu bata, dan batu kapur dipilih sebagai bahan material.

Pada awalnya, palafitte dipasang secara horizontal, dengan kayu ditempatkan di atas lumpur sedimen dasar laguna, tetapi kemudian dikembangkan menjadi sistem vertikal dengan tiang kayu dipasang ke dalam lumpur sedimen.

Sistem pondasi kayu ini sangat efektif dalam menjaga bangunan tetap stabil di atas tanah berlumpur. Selain itu, air di dalam laguna Venesia memiliki kadar garam yang tinggi sehingga mampu melindungi kayu dari pelapukan dan serangan hama seperti rayap atau jamur. Seiring waktu, kadar asin juga membantu struktur kayu menjadi sangat kuat dan keras layaknya bebatuan.

Meskipun demikian, pondasi kayu masih rentan terhadap kerusakan karena paparan air dan udara selama ratusan tahun. Salah satu langkah pemeliharaannya dengan mengatur lalu lintas kapal turis yang datang ke Venesia, termasuk membatasi jumlah kapal yang boleh melewati kanal-kanal tertentu demi mengurangi dampak getaran terhadap pondasi kayu.

Sejak 1987, Venesia dan lagunanya telah dimasukkan sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO. Namun pada 2021, UNESCO sempat memasukkan Venesia ke dalam daftar merah karena aktivitas kapal pesiar dan kapal kargo di wilayah itu yang meningkat. Warga juga turut memprotes karena akan berdampak pada kondisi kotanya.

Venesia memiliki sebagian besar bangunan yang dibuat setelah abad ke-16. Pembangunannya dilakukan dengan cara menghancurkan bangunan lama tanpa mengganti pondasi yang telah ada.

Selain itu, teknologi modern telah mengembangkan alternatif sistem pondasi seperti menggunakan tiang beton dan material lainnya yang lebih tahan lama dalam menopang bangunan modern di Venesia.

Banjir dan Sistem Kanal

Sistem kanal di Venesia dibangun sejak abad ke-10 untuk mengatasi masalah banjir. Kanal-kanal ini memiliki sistem aliran air yang dikendalikan secara unik dan rumit.

Terdapat sekitar 170 kanal dengan panjang keseluruhan mencapai 45 km, dilengkapi sekitar 400 jembatan yang menghubungkan berbagai pulau di Venesia. Beberapa kanal utama di antaranya: Canal Grande, Cannaregio, dan Giudecca.

Pada tanggal 4 November 1966 terjadi banjir besar di Venesia yang dikenal sebagai "acqua alta" atau air tinggi mencapai 1,94 meter di atas permukaan laut menyebabkan sebagian besar kota terendam. Banjir juga merusak sejumlah besar bangunan, museum dan koleksi seni, mengakibatkan lebih dari 30 orang meninggal dunia.

Seringnya banjir disebabkan karena Venesia dibangun di atas lahan yang rendah dan rawan tergenang air laut dengan rata-rata ketinggian banjir sekitar 1 meter. Bahkan dalam 150 tahun terakhir, sekitar 30 banjir parah menyebabkan ketinggian 140 cm di atas normal permukaan air pasang, termasuk lima banjir yang terjadi pada bulan November dan Desember 2019 lalu.

Untuk mengatasi banjir tersebut, pemerintah Venesia meluncurkan proyek Modulo Sperimentale Elettromeccanico (MOSE) pada tahun 2003.

Sistem pada proyek ini ialah membangun 78 pintu yang terpasang dalam dasar laut di tiga titik masuk ke laguna, yaitu Lido, Malamocco, dan Chioggia. Ketika terjadi ancaman banjir, pintu-pintu ini akan diangkat dengan menggunakan mekanisme hidrolik sehingga akan menahan air laut yang masuk ke laguna.

Seperti sistem lainnya, MOSE tidak selalu berhasil. Pada November 2019, MOSE sempat diuji coba untuk pertama kalinya saat terjadi banjir di Venesia. Saat itu, MOSE tidak sepenuhnya berfungsi dengan baik karena beberapa pintu air tidak berfungsi sebagaimana mestinya akibat ramalan cuaca yang tidak akurat.

Pada Juni 2020, ada laporan bahwa beberapa bagian dari proyek tersebut rusak karena terkikis air laut sehingga membutuhkan perbaikan.

Setelah mengalami beberapa penundaan dan skandal korupsi, MOSE diresmikan pada bulan Juli 2021 dan mulai dioperasikan dalam situasi darurat pada bulan Oktober 2021 saat Venesia mengalami banjir.

MOSE dikritik karena dianggap sebagai solusi sementara dan tidak mengatasi akar permasalahan banjir di Venesia, seperti perubahan iklim dan penurunan tanah.

Dilanda Kekeringan

Selain banjir, kekeringan juga kerap melanda Venesia meskipun intensitasnya tidak seperti banjir yang rutin terjadi saban tahun. Akibat pasang surut ketika air rendah ini kemudian dikenal dengan “bassa marea”.

Sebenarnya, kekeringan kanal-kanal di Venesia akibat pasang surut bukanlah fenomena baru. Marino Sanudo dalam Venice, Cità Excelentissima: Selections from the Renaissance Diaries (2008) mencatat ketika gempa melanda Venesia pada 26 Maret 1511, kanal-kanal di Venesia juga mengalami kekeringan.

“Memang, meskipun sedang pasang, orang mengatakan bahwa beberapa kanal mengering ketika gempa terjadi, seolah-olah terjadi kekeringan hebat,” tulis Sanudo.

Kondisi tersebut menyebabkan kapal-kapal dagang berhenti beroperasi selama beberapa minggu. Kekeringan kanal-kanal di Venesia juga terjadi pada tahun 1929 dan 1930, kemudian terjadi lagi pada tahun 2008 dan 2017, meskipun kondisinya tidak separah kekeringan pada musim dingin 2021 dan 2023 yang baru-baru ini terjadi.

Infografik Mozaik Venesia kota air

Infografik Mozaik Venesia kota air. tirto.id/Tino

Pada musim dingin tahun ini, beberapa kanal mengalami penurunan air yang signifikan. Seiring waktu, kondisi kekeringan semakin parah dan air di kanal-kanal Venesia semakin surut.

Hal ini memaksa penduduk harus memindahkan kapal-kapal mereka ke tempat yang lebih dalam, menyebabkan taksi air, gondola, dan jalur lainnya tidak dapat beroperasi.

Ketinggian air di Venesia juga mencapai titik terendahnya dalam beberapa tahun terakhir, yakni di level -70 cm pada 20 Februari lalu. Berdasarkan data Lembaga Riset Meteorologi dan Klimatologis Italia, dari tahun 1872 hingga 2023 terjadi 160 kali air surut di Venesia dengan level yang nyaris sama di kisaran tidak lebih -90 cm.

Kekeringan ini disebabkan oleh beberapa faktor. Sejak Juli 2019 Venesia sedang mengalami sistem tekanan tinggi. Tekanan udara tinggi ini menyebabkan arus surut yang menarik air dari kanal-kanal Venesia.

Bulan purnama juga berpengaruh pada kekeringan ini. Fase bulan baru dan posisi bulan yang berada pada jarak terdekatnya ke Bumi pada tanggal 18 Februari bertepatan dengan pengaruh tekanan udara tinggi mengakibatkan air di kanal-kanal Venesia berkurang.

Kekeringan juga terjadi karena kurangnya hujan dan curah salju di Pergunungan Alpen yang mengalir ke sungai-sungai yang membentuk Laguna Venesia. Asosiasi lingkungan Italia, Legambiente, sudah mewanti-wanti hal ini dengan simpulan bahwa Pergunungan Alpen Italia saat ini mengemas sekitar 53 persen lebih sedikit salju dibandingkan dengan rata-rata selama 10 tahun terakhir.

Seturut laporan CBS News, Juli tahun lalu, Italia mengalami kekeringan terparah dalam 70 tahun terakhir dan mengumumkan keadaan darurat untuk daerah di sekitar Po Valley.

Perubahan iklim memperburuk kondisi kekeringan di Venesia dan Italia secara keseluruhan. Dalam beberapa dekade terakhir, Italia telah mengalami peningkatan suhu rata-rata yang berdampak pada penurunan tingkat air di sungai dan danau.

Baca juga artikel terkait VENESIA atau tulisan lainnya dari Ali Zaenal

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Ali Zaenal
Penulis: Ali Zaenal
Editor: Irfan Teguh Pribadi