Menuju konten utama

Selamat Tinggal Lantai Perdagangan Bursa Saham!

Momen kegelisahan dan kegembiraan di lantai perdagangan yang mencerminkan pasar saham perlahan jadi cerita masa lalu.

Selamat Tinggal Lantai Perdagangan Bursa Saham!
Lantai perdagangan Bursa Efek Hong Kong. REUTERS/Bobby Yip

tirto.id - Bursa Efek Hong Kong akhirnya menutup lantai perdagangan (trading floor) setelah beroperasi hampir selama 31 tahun. Ketika bel berdering pada penutupan perdagangan Jumat (27/10/2017), berakhir pula operasional lantai bursa yang sudah menjadi rumah kedua bagi ribuan pialang saham.

Setelah bel, lebih dari seribuan pialang saham, mantan pialang, para veteran di industri keuangan Hong Kong, juga pejabat pemerintah bersama-sama mengangkat gelas untuk mengenang kehidupan mereka di lantai perdagangan bursa itu. Mereka mengenang masa lalu, ketika lantai bursa masih ramai oleh pialang, ketika teknologi belum secanggih sekarang.

“Saya merasa sedikit sedih melihat lantai perdagangan ditutup. Tetapi memang pialang yang bekerja di sini sudah jauh lebih sedikit. Penutupan ini cuma masalah waktu saja,” kata Francis Kwok, Direktur Pelaksana Freeman Securities seperti dikutip oleh Financial Times.

Kwok merupakan salah satu pialang saham pada Bursa Far Eastern salah satu dari empat bursa di Hong Kong sebelum menjadi Bursa Hong Kong.

Pada hari terakhir pemanfaatan lantai perdagangan itu, beberapa pialang di bursa membawa spanduk “Goodbye Trading Floor”. Sejak remote trading diaplikasikan pada 2002, lantai perdagangan bursa tidak penuh terisi. Tidak ada juga insentif atau fasilitas tambahan bagi sekuritas yang masih memanfaatkan lantai perdagangan di sana. Sejak 2000 sudah semakin banyak perusahaan sekuritas yang mulai meninggalkan lantai bursa. Kecanggihan teknologi membuat perdagangan dapat dilakukan dari kantor sekuritas saja.

Saat ini, lantai perdagangan telah berubah fungsi menjadi tempat pertemuan, edukasi atau acara lain. Hampir setiap pagi, ada upacara pembukaan perdagangan di bursa. Tidak hanya emiten yang baru memulai debutnya di bursa, atau pencatatan obligasi, lantai bursa terbuka bagi banyak orang. Lantai perdagangan bukan hanya tempat eksklusif bagi para pialang saja sekarang.

Semua orang bisa masuk ke dalamnya. Tujuannya, memperkenalkan bursa dan pasar modal kepada masyarakat seluasnya. Tidak jarang para mahasiswa pun memenuhi lantai perdagangan untuk mendengarkan penjelasan soal pasar modal. Di Jakarta, walaupun sudah tidak ada lantai perdagangan, upacara pembukaan bursa juga sering dilakukan.

Kemajuan teknologi memungkinkan investor bertransaksi tanpa harus melalui lantai bursa. Hanya dengan beberapa klik, transaksi jual atau beli saham dapat dilakukan dari ujung jari investor dari mana pun dia berada.

Data terakhir dari bursa Hong Kong menunjukkan, transaksi yang dilakukan melalui lantai perdagangan hanya 0,2 persen saja dari total transaksi. Sisanya, dilakukan secara elektronik. Dari 600 meja pada 2000, hingga akhir pekan lalu, para pialang yang bertransaksi di lantai perdagangan hanya 30 meja saja.

Nostalgia di Lantai Bursa Hong Kong

Lantai perdagangan tidak dapat dipisahkan dari para penghuninya yaitu para pialang. Kegelisahan dan kegembiraan mereka mencerminkan apa yang terjadi di pasar saham. Christoper Cheung yang mulai bekerja pada industri keuangan Hong Kong sejak 1971 sudah mengalami kegembiraan dan kesedihan itu.

”Setiap hari saya datang dan bekerja di sini. Kami duduk berdampingan dan berbicara sepanjang waktu. Tapi saya menyadari semua berubah. Demikian pula dengan teknologi di bidang finansial. Jadi walaupun saya sebenarnya tidak mau pindah, kami perlu menyesuaikan diri dengan waktu,” ujarnya kepada BBC.

Para pialang bertepuk dan bersorak ketika indeks mencapai rekor baru. Atau bersemangat meniup terompet di akhir tahun ketika indeks berkinerja melampaui harapan. Di lantai bursa pula, mereka mengalami mimpi buruk. Mereka sibuk dan berteriak satu sama lain ketika terjadi crash di pasar saham pada 1987, yang sering disebut dot-com bubble, juga ketika wabah SARS merebak serta berbagai kejadian lainnya.

Kehidupan di lantai bursa Hong Kong dimulai pada 1986. Ketika itu, bursa Hong Kong baru dibuka setelah menggabungkan empat bursa lainnya. Sebelum merger, harga saham terkadang berbeda dari satu bursa ke bursa lainnya. Penggabungan keempat bursa itu membuat para investor semakin aktif bertransaksi. Transparansi pun semakin tinggi karena sudah ada persamaan informasi yang didapatkan oleh para investor.

Tidak lama setelah dibuka, bursa Hong Kong pun mengalami guncangan pertamanya. Indeks utama, Hang Seng melorot 11 persen pada 19 Oktober 1987. Penurunan itu berbuntut penutupan bursa selama empat hari berturut-turut. Setelah itu, perlu waktu empat tahun bagi indeks Hang Seng untuk kembali ke posisi sebelum crash.

Bursa Hong Kong juga mengalami naik turun. Sejarah pasar saham Hong Kong cukup panjang. Bermula dari 1891 ketika didirikan Asosiasi Broker Saham di Hong Kong sebagai bursa formal pertama. Dalam perkembangannya, ada empat bursa yang beroperasi di Hong Kong yaitu Far East Exchange, Hong Kong Stock Exchange, Kam Ngan Stock Exchange dan Kowloon Stock Exchange.

Saat ini bursa Hong Kong merupakan bursa dengan kapitalisasi pasar nomor tiga di kawasan Asia setelah Bursa Tokyo dan Bursa Shanghai. Di dunia, kapitalisasi pasarnya nomor enam. Hingga akhir Oktober 2016, Bursa Hong Kong memiliki 1.955 emiten. Sebanyak 989 di antaranya berasal dari Cina, 856 emiten dari Hong Kong dan 110 emiten berasal dari negara atau kawasan lain seperti Makau, Taiwan, Malaysia, Amerika Serikat, Singapura dan lainnya.

infografik trading floor

Alasan Lantai Perdagangan Bertahan

Penutupan lantai perdagangan di bursa Hong Kong termasuk yang terakhir di kawasan Asia. Beberapa bursa lain seperti bursa Tokyo, Singapura, bahkan Jakarta, sudah terlebih dahulu menutup lantai perdagangannya. Penghapusan lantai perdagangan di Bursa Efek Indonesia sudah dilakukan sejak 31 Agustus 2010.

Meski bertransaksi di lantai perdagangan bursa sudah tak efektif dan mulai ditinggalkan. Beberapa bursa yang masih mempertahankan lantai perdagangannya antara lain adalah bursa New York dan bursa Frankfurt. Walaupun sudah ada perdagangan elektronik, keberadaan lantai perdagangan masih dipertahankan karena berbagai alasan.

Di Bursa New York misalnya, masih memiliki lantai perdagangan. Masih ada pialang yang bertransaksi saham setiap hari. Setiap hari, pembukaan bursa dilakukan oleh berbagai pihak. Upacara pembukaan merupakan sesuatu yang unik.

Selain mempertahankan meja untuk para pialang, Bursa New York juga menyediakan tempat untuk media. Ada sekitar 30 media yang mengambil tempat di bursa itu. Stasiun televisi setiap hari menayangkan berita tentang perusahaan dan pergerakan harga saham dengan mengambil latar belakang kesibukan para pialang di Wall Street nomor 11 itu.

Mengapa Bursa New York masih mempertahankan lantai perdagangannya walaupun sudah ada perdagangan otomatis ?

Stacey Cunningham, Chief Operating Officer NYSE Group mengatakan, salah satu alasan mempertahankan lantai perdagangan bursa adalah untuk keperluan marketing. Namun, ada alasan lain yang juga penting.

“Ketika perdagangan sepenuhnya otomatis, Anda akan kehilangan nilai ketika meniadakan interaksi manusia. Kami meyakini bahwa kombinasi itu adalah standar emas,” kata Cunningham seperti tertulis pada qz.com.

Para pialang yang masih bertransaksi di lantai Bursa New York memiliki keuntungan lain ketimbang mereka yang tidak hadir di lantai perdagangan. Pada saat penutupan perdagangan, ketika harga sudah ditutup, dapat bertransaksi menggunakan d-Quote. Dengan layanan ini, para pialang di lantai bursa mendapatkan waktu ekstra 15 menit untuk bertransaksi saham setelah pasar ditutup.

Di dunia yang serba cepat ini, 15 menit nilainya mungkin sama dengan beberapa bulan. Dalam 15 menit segala sesuatu dapat terjadi, bisa jadi ada berita baik atau buruk, sehingga mempengaruhi harga saham. Satu-satunya cara untuk mengakses layanan d-Quote ini adalah melalui lantai perdagangan.

Perdagangan ini cukup signifikan dan melibatkan reaksi manusia, walaupun para ahli mengatakan layanan ini dapat dilakukan tanpa lantai perdagangan. Selain di Wall Street atau Bursa New York, Bursa Frankfurt juga masih mempertahankan sebagian lantai perdagangan. Teknologi memang banyak membawa perubahan termasuk di bursa saham.

Baca juga artikel terkait BURSA SAHAM atau tulisan lainnya dari Yan Chandra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Yan Chandra
Penulis: Yan Chandra
Editor: Suhendra