tirto.id - Peristiwa bencana alam bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Telah banyak bencana alam yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia, salah satunya di Maluku.
Minggu, 8 Oktober 1950 tepatnya pukul 12.23.13 siang Maluku diterjang gempa yang cukup dahsyat dengan dengan magnitude sebesar 7,3 SR.
Gempa yang cukup kuat ini mengejutkan dan membuat warga panik untuk mencari tempat berlindung. Apalagi ada kemungkinan terjadi gempa susulan dan tsunami
Tercatat, gempa di Maluku bukan baru pertama kali terjadi di tahun 1950. Sebelumnya, pada abad ke-17, tepatnya 17 Februari 1674 gempa dahsyat yang diikuti tsunami pernah menyerang Ambon.
Dikutip dari situs resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Georg Everhard Rumphius (1627-1702), seorang ilmuwan Eropa yang pernah tinggal di Ambon mencatat, gempa dan tsunami tahun 1674 merusak rumah warga dan menelan korban jiwa yang diperkirakan mencapai 2.500 orang.
Sejarah Tsunami di Maluku
Selain gempa dan tsunami yang terjadi pada tahun 1674 dan 1950, sejarah mencatatgempa yang pernah terjadi di Maluku dihitung berdasarkan kekuatan skala Modified Mercalli Intensity (MMI), antara lain:
- 28 Maret 1830 (VII-VIII MMI);
- 1 November 1835 (VII-IX MMI);
- 16 Desember 1841 (VII-VIII MMI);
- 26 November 1852 (VIII-IX);
- 27 Februari, 4 Juni, 9 November 1858 (VI MMI);
- 15 September 1862 (VI MMI);
- 28 Mei 1876 (VII MMI);
- 23 November 1890 (VII MMI);
- 17 Januari 1898 (VII MMI);
- 14 Februari 1903 (V MMI);
- Mei 1920 (VI MMI); dan-
- 2 Februari 1938 (M 8,5).
Kronologi & Dampak Gempa Maluku Tahun 1950
Hasil rekaman seismograf yang didapatkan dari arsipUnited States Geological Survey (USGS), diketahui bahwa gempa bumi Ambon tahun 1950 terjadi pada hari Minggu, tanggal 8 Oktober 1950 pada jam 03.23.13 (UTC) atau pada 12.23.13 waktu setempat, di koordinat 4.199° LS, 128.233° BT, pada kedalaman 20.0 km (12.4 mi) dengan Momen Magnitude 7.3 SR.
Sumber lain, yakni dari NOAA dan SSCC Rusia menyebutkan, besar Momen Magnitude 7.6 SR.
Kronologi gempa yang terjadi pada tahun 1950 ini dapat diketahui dari beberapa saksi hidup yang menceritakan.
Dikutip dari buku yang disusun Hamzah Latief dan kawan-kawanAir Turun Naik di Tiga Negeri: Mengingat Tsunami Ambon 1950 (2016), para saksi yang diwawancarai berkisar 68 hingga 85 tahun saat wawancara pada medio Agustus 2015.
Sebagian besar menceritakan ketika 3 kali gempa dengan guncangan disertai 3 kali suara gemuruh dan kemudian 3 gelombang tsunami yang merusak perumahan warga di 3 desa di Ambon.
Desa yang terdampak yaitu Hutumuri, Hative Kecil dan Galala.
Menurut para saksi, gelombang pertama datang dengan skala yang cukup besar, kemudian diikuti gelombang kedua dengan intensitas sedikit lebih besar; dan gelombang ketiga adalah yang terbesar dari dua gelombang sebelumnya.
Gempa dan tsunami yang terjadi di Maluku berdampak terhadap rusaknya akses yang menghubungkan antar-wilayah di sana.
Selain itu, rumah warga dan fasilitas-fasilitas umum mengalami kerusakan sehingga kerugian dalam jumlah yang besar tidak dapat dihindarkan.
Korban jiwa akibat gempa dan tsunami ini tercatat hanya 1 orang, yakni Bapak Wempi yang tinggal di negeri Hutumuri.
Minimnya korban jiwa dari bencana tersebut, dikarenakan warga saat itu telah mengungsi ke wilayah gunung akibat kondisi sosial politik di sana pada waktu itu sedang bergejolak.
Saat itu, ada pemberontakan RMS yang membuat TNI berusaha untuk mengusut dan menumpas gerakan tersebut.
Antisipasi Tsunami dan Penyelamatan Diri dari Tsunami
Bencana alam pasti bisa terjadi kapan saja, untuk itu kita harus mempersiapkan diri sebagai antisipasi bila tsunami terjadi di daerah kita.
Beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu:
- Memantau informasi dari Badan Meteorologi, Kegunungapian, dan Geofisika (BMKG).
- Persiapan dengan cari tahu kontak badan tanggap bencana alam seperti, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
- Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempabumi, air laut dekat pantai surut secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari menuju ke tempat yang tinggi (perbukitan atau bangunan tinggi) sambil memberitahukan teman-teman yang lain.
- Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke daerah yang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang.
- Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada korban.
Penulis: Alhidayath Parinduri
Editor: Dhita Koesno