Menuju konten utama
Sejarah Indonesia

Sejarah Gempa & Tsunami di Kepulauan Maluku Sejak Tahun 1608

Sejarah gempa dan tsunami di Kepulauan Maluku sejak tahun 1608 hingga 1998.

Sejarah Gempa & Tsunami di Kepulauan Maluku Sejak Tahun 1608
Kerusakan rumah di Desa Watwey pasca gempa yang terjadi di Maluku Barat Daya. (FOTO/Dok. BNPB)

tirto.id - Tsunami secara etimologi berasal dari bahasa Jepang yaitu Tsu (pelabuhan), dan Nami (gelombang).

Tsunami bisa diartikan sebagai gelombang besar yang terjadi karena ada pergerakan di dasar laut.

Masyarakat Jepang mengartikan tsunami sebagai gelombang di pelabuhan karena tsunami baru terasa kekuatannya ketika gelombang tersebut mencapai pelabuhan.

Di Indonesia sendiri pada 2019 berdasarkan pantauan BMKG, seperti dikutip situs Badan Nasional Penanggulangan Bencana, frekuensi gempa meningkat dalam 1 dekade.

Sepanjang 2019, Indonesia diguncang oleh 11.573 gempa bumi dan hal tersebut melonjak dibanding 2009 yang hanya mencapai 4.390 kali gempa.

Catatan Tsunami di Kepulauan Maluku Sejak Tahun 1608

Dari total gempa yang terjadi di 2009, masih menurut BMKG, lokasi terbanyak yang mengalami gempa tersebut adalah Maluku dengan persentase sebanyak 44%.

Menurut stasiun pencatatan gempa Ambon, terdapat lebih dari 5.000 kali gempa bumi mengguncang daerah Maluku pada 2019.

Hal tersebut dikarenakan Laut Banda dan pulau-pulau sekitar, dan khususnya Provinsi Maluku adalah wilayah pertemuan 3 lempeng yaitu Eurasia, Pasifik, dan Australia.

Oleh karena itu intensitas gempa di wilayah tersebut sangat aktif dan rawan.

Beberapa ahli yang meneliti gempa bumi dan tsunami di Laut Banda, Laut Maluku Utara, dan Kepulauan Maluku mengatakan bahwa terdapat potensi gempa tektonik yang cukup besar di Pulau Seram dan sekitarnya.

Terhitung sejak 1976, terdapat 55 kejadian gempa bumi kuat dan signifikan dengan rentang magnitudo 6,5 – 7,5, dan zona Banda Opening adalah kawasan yang rawan sekali gempa bumi dan tsunami di wilayah timur Indonesia.

Catatan pertama yang cukup lengkap mengenai Tsunami di Kepulauan Maluku adalah kejadian di pulau Ambon pada 17 Februari 1674 yang menelan korban jiwa sebanyak 2.500 orang lebih.

Kejadian tersebut diabadikan dalam catatan milik ahli botani, Georg Everhard Rumphius (1627 – 1702).

Beliau adalah saksi hidup dari peristiwa bencana alam dahsyat tersebut sekaligus korban karena diketahui anak istrinya tewas karena tsunami tersebut.

Selain dari catatan Rumphius, terdapat banyak catatan sejarah mengenai kejadian Tsunami di Kepulauan Maluku termasuk dari catatan para ahli tsunami yang meneliti wilayah tersebut.

Dilansir dari buku “Air Turun Naik di Tiga Negeri”, terdapat catatan mengenai tsunami yang terjadi di tiga lautan di kepulauan Maluku sejak tahun 1608 dengan 4 tingkat kepastian tsunami yaitu:

  • 4 (Pasti Terjadi)
  • 3 (Sepertinya terjadi)
  • 2 (mungkin terjadi)
  • 1 (dipertanyakan)
Dari keempat tingkat kepastian tersebut, berikut adalah catatan tsunami dengan tingkat kepastian 4 atau sudah pasti terjadi di tiga lautan di Kepulauan Maluku sejak tahun 1608:

Laut Maluku Utara

  • Juli 1608, Maluku Utara: Ternate, Gunung Gamalama
  • Agustus 1673, Maluku: Gunung Ternate
  • September 1763, Maluku Utara: Gunung Ternate
  • Februari 1845, Maluku Utara: Kepulauan Sula dan Kema
  • Januari 1846, Maluku Utara: Halmahera
  • Juni 1859, Maluku Utara: Halmahera, Sidangoli
  • Oktober 1859, Sulawesi Utara: Manado, Kema
  • Maret 1871, Sulawesi Utara: Pulau Tahulandang, Gunung Ruang
  • Maret 1888, Sulawesi Utara: Langihe
  • September 1889, Sulawesi Utara: Sangihe -Talaud,Gunung Banua Wuhu, Gunung Ruang
  • September 1897, Sulawesi Utara: Sangihe, Zambuaga, Sulu
  • Maret 1907, Sulawesi Utara: Sangihe – Talaud
  • Agustus 1918, Sulawesi Utara: Sangihe, Gunung Banua Wuhu
  • April 1936, Sulawesi Utara: Pulau Talaud
  • Agustus 1968, Maluku: Laut Maluku
  • Maret 1975, Maluku: Maluku Utara, Sanana, Sula
  • Oktober 1994, Maluku: Maluku Utara, Bacan
Laut Banda

  • Mei 1673, Maluku: Kepulauan Halmahera
  • Februari 1674, Maluku: Ambon, Hitu
  • September 1711, Maluku: Teluk Ambon
  • Desember 1841, Maluku: Bandanaira (Pantai Selatan), Buru
  • Desember 1852, Maluku: Pulau Run, Maluku Tengah – Maluku
  • Juni 1891, Maluku: Saparua Bay, dan pulau Lontor
  • September 1899, Maluku: Paulohi
  • Februari 1938, Maluku: Banda Elat-Tual, Jamru, Pulau Tajandu
  • Oktober 1938, Maluku Tengah – Maluku
  • Oktober 1950, Maluku: Ambon
  • Januari 1975, Maluku: Maluku Tengah,Bandanaira
  • Maret 1983, Maluku: Ambon
Laut Seram

  • Mei 1876, Maluku: Seram Barat
  • Mei 1938, Sulawesi Tengah: Banggai, Nambara
  • November 1998, Maluku Utara: Taliabu,Tabona

Baca juga artikel terkait TSUNAMI MALUKU atau tulisan lainnya dari Fajri Ramdhan

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Fajri Ramdhan
Penulis: Fajri Ramdhan
Editor: Dhita Koesno