Menuju konten utama

Sejarah Mujahidin Indonesia Timur (MIT): Digagas Santoso di Poso

Sejarah Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Poso berawal dari kiprah Santoso, eks anggota Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) bentukan Abu Bakar Ba’asyir.

Sejarah Mujahidin Indonesia Timur (MIT): Digagas Santoso di Poso
Polda Sulteng merilis Daftar Pencarian Orang (DPO) teroris Poso yang tergabung dalam kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso. ANTARA FOTO/Basri Marzuki/pras/16.

tirto.id - Kelompok militan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang bermarkas di Poso kembali beraksi. Setelah Santoso tewas dan Basri ditangkap pada 2016, MIT kini dipimpin oleh Ali Kalora yang masih diburu Satuan Tugas (Satgas) Operasi Tinombala bentukan Polda Sulawesi Tengah. Berikut ini sejarah MTI yang lahir atas gagasan Santoso alias Abu Wardah Asy Ayarqi di Poso.

Lahirnya MIT tidak terlepas dari munculnya beberapa kelompok sejenis di Indonesia pada perjalanan dekade 2000-an. Tahun 2008, dibentuk Jamaah Ansharut Tauhid (JAT). Salah seorang perintis JAT adalah Abu Bakar Ba’asyir, mantan pemimpin Jamaah Islamiyah (JI). Aman Abdurrahman, pendiri Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang baru saja bebas dari penjara, turut bergabung.

Dikutip dari buku Handbook of Terrorism in The Asia-Pacific (2016) suntingan Gunitna Rohan dan Kam Stefanie Li Yee, Santoso alias Abu Wardah juga berperan aktif dalam pembentukan cabang JAT di Poso, Sulawesi Tengah. Jauh sebelumnya, Santoso juga terlibat dalam Kerusuhan Poso yang berlangsung sejak 1998.

Santoso yang berhasil merekrut dan membina cukup banyak kader militan beberapa kali memimpin aksi penyerangan terhadap aparat keamanan Indonesia. Pada 2010, Santoso dan para pengikutnya menggelar pelatihan militer di dua tempat di wilayah Poso. Inilah awal mula terbentuknya MIT. Santoso menjadi pemimpin tertinggi (amir) MIT pada 2012.

Di tahun yang sama, kelompok pimpinan Daeng Koro yang datang dari Makassar bergabung dengan gerakan Santoso di Poso. Daeng Koro, nama aslinya Sabar Subagyo, pernah menjadi anggota TNI-AD namun dipecat pada 1992 karena terlibat kasus asusila.

Daeng Koro sudah terlibat aksi terorisme di Indonesia sejak 2000, ia bergabung dengan Laskar Jihad dalam Kerusuhan Poso. Tahun 2007, Daeng Koro membantu JI dalam insiden melawan polisi di Poso. Ia berhasil lolos dan lari ke Makassar sebelum akhirnya kembali ke Poso dan berkumpul dengan Santoso.

Selain Santoso, Daeng Koro juga punya andil besar di MIT. Poltak Partogi Nainggolan dalam buku Ancaman ISIS di Indonesia (2018) menyebut, pria kelahiran Yogyakarta ini adalah perancang berbagai kegiatan MIT.

Tanggal 3 April 2015, Daeng Koro tewas dalam bentrokan senjata melawan pasukan Detasemen Khusus (Densus) 88, sedangkan Santoso dan beberapa militan MIT lainnya berhasil kabur untuk menyelamatkan diri.

-- Bersambung ke Bagian 2 --

Baca juga artikel terkait TERORISME atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Hukum
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Iswara N Raditya