tirto.id - Reino Barack yang dikabarkan akan segera menikah dengan Syahrini di Jepang bukan orang biasa. Ia pengusaha muda yang sukses dan putra Rosano Barack, pebisnis kawakan yang memiliki sejarah kedekatan dengan keluarga mantan Presiden Soeharto alias Keluarga Cendana.
Rosano Barack akrab dengan Bambang Trihatmodjo, anak ketiga Soeharto. Suatu kali pada era 1990-an, Bambang yang ingin membuka bisnis di Bali mengajak Rosano bersamanya. Mereka bertemu dengan Sintong Panjaitan yang saat itu menjabat Panglima Komando Daerah Militer IX/Udayana.
Kepada Bambang, Sintong berpesan agar sang putra presiden itu berhati-hati. Bambang dan keluarganya kala itu memang sedang menuai kejayaan, namun kemungkinan apapun dapat terjadi nanti, arah angin bisa berbalik. Dan saat masa itu tiba, tidak semua orang akan tetap setia kepada Keluarga Cendana, barangkali termasuk Rosano juga.
“[…] seandainya terjadi apa-apa terhadap Soeharto nanti, maka Bambang Tri mendapat masalah. Orang yang pertama-tama lari, ya dia ini,” tukasnya dalam buku Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando (2009) karya Hendro Subroto.
"Dia" yang dimaksud Sintong siapa lagi kalau bukan Rosano yang bersama Bambang di situ kala itu. Namun, Rosano tidak membalas prasangka Sintong terhadapnya.
Beberapa tahun berselang setelah pertemuan di Bali itu, Soeharto ternyata benar-benar jatuh dari kekuasaan, tepatnya pada 21 Mei 1998. Tanda-tanda runtuhnya kerajaan bisnis Cendana mulai terlihat. Kolega dan antek-anteknya pun beranjak menjauh.
Lantas, bagaimana sikap Rosano?
“Setelah Soeharto jatuh, orang-orang semua lari meninggalkan Soeharto dan keluarga, tapi saya tidak!” tegasnya.
Rosano dan Lingkaran Soeharto
Dikutip dari website PT Global Mediacom, Rosano Barack menjabat sebagai komisaris utama sejak 29 Mei 1998. Artinya, pengusaha berdarah Jepang kelahiran 1953 ini menempati jabatan tinggi itu kurang dari 10 hari setelah Soeharto lengser. Ini seolah pembuktian bahwa Rosano tetap berkomitmen dengan bisnisnya bersama Keluarga Cendana walau dalam kondisi paling sulit sekalipun.
Rosano Barack mendirikan PT Global Mediacom bareng Bambang Trihatmodjo dan Mochamad Tachril Sapi`ie pada 30 Juni 1981 dengan nama PT Bimantara Citra. Tulisan Thomas Wibisono dalam Informasi (1994) mengungkapkan, ketiganya sudah bersahabat sejak kecil, sama-sama bersekolah SD Cikini.
Selain trio perintis itu, menyusul kemudian Indra Rukmana. Istri Indra, yakni Siti Hardijanti atau Mbak Tutut yang tidak lain adalah anak pertama Soeharto, kelak juga turut menjabat sebagai komisaris independen di perusahaan ini.
Pergantian nama PT Bimantara Citra menjadi PT Global Mediacom sebenarnya baru terjadi pada 27 Maret 2007 atau cukup lama setelah rezim Soeharto berakhir. Sebelumnya, pada 2000, sebagian saham perusahaan ini diakusisi oleh Hary Tanoesoedibjo.
Rosano Barack memang membuktikan ucapannya bahwa ia tidak meninggalkan Keluarga Cendana melewati masa-masa sulit setelah Orde Baru tumbang, setidaknya di perusahaan yang dirintisnya bersama putra dan menantu Soeharto.
Bambang Trihatmodjo tidak menjabat komisaris lagi sejak 2012. Begitu pula Mbak Tutut –yang kemudian berpolemik dengan Hary Tanoe terkait kepemilikan TPI– kendati mantan Menteri Sosial RI ini masih punya saham 0,14 persen hingga 31 Desember 2013. Rosano saat itu memiliki 0,34 persen saham.
Sedangkan pemilik saham mayoritas kala itu adalah PT MNC Investama pimpinan Hary Tanoe, yakni sebesar 55,95 persen. Hary Tanoe juga masih punya saham atas namanya sendiri sebesar 0,22 persen.
Saat ini, Rosano masih duduk di kursi Komisaris Utama PT Global Mediacom meskipun aroma Cendana sudah tidak semerbak lagi di perusahaan yang menaungi MNC Group ini.
Selain di PT Global Mediacom, pundi-pundi kekayaan Rosano mengalir pula dari PT Plaza Indonesia Realty, Hotel Grand Hyatt, dan berbagai jejaring bisnis lainnya yang sebagian ditangani oleh sang putra, Reino Barack.
Editor: Mufti Sholih