tirto.id - Debat pilpres yang disiarkan langsung di televisi dinilai masih menjadi salah satu rujukan masyarakat dalam memilih calon pemimpin mereka.
Melansir US News, para pengamat menilai debat pilpres yang disiarkan televisi pada dasarnya lebih banyak menunjukkan pertarungan, dibandingkan substansi.
Debat pilpres juga lebih mirip reality show daripada forum serius yang membahas tentang masa depan bangsa.
“Pertanyaannya adalah apakah publik mendapatkan diskusi yang substantif?” tanya Kathleen Hall Jamieson dari Annenberg Public Policy Center, Universitas Pennsylvania, Otoritas yang diakui secara nasional di Amerika Serikat terkait kampanye dan komunikasi politik.
Menurut laporan terbaru dari Annenberg, penonton debat di era digital sekarang berkurang hampir setengahnya.
Alasannya karena format yang tidak berubah sejak debat pilpres antara John Fitzgerald Kennedy dan Richard Nixon yang pertama kali disiarkan melalui stasiun televisi pada tahun 1960.
Padahal demografi suatu negara berubah, pola pemilihan berubah, dan atensi pemilih juga berubah.
Karena hal itu, laporan Annenberg memperingatkan debat presiden bisa menjadi tidak relevan. Media tradisional juga dituntut beradaptasi dengan konten digital.
"Berita pemilihan umum terbaru sering disampaikan dalam 140 karakter, dan sekarang informasi yang paling dipercaya dari seorang pemilih sering kali datang dari teman Facebook [media sosial]," menurut laporan Annenberg.
Jamieson dan Gillesppie juga menyampaikan perilaku-perilaku saat debat yang bermasalah dan merusak jalannya debat. Misalnya moderator yang mengganggu, kandidat yang saling dorong, dan saling berkelahi selama diberi waktu berbicara.
Laporan Annenberg menyarankan adanya perubahan-perubahan dalam debat pilpres dengan melakukan berbagai cara. Seperti dipandu dengan moderator yang lebih muda, memasukkan media sosial dan streaming internet ke dalam siaran, serta memberikan waktu yang adil untuk masing-masing kandidat.
Laporan ini juga merekomendasikan untuk tidak mendatangkan pendukung partisan. Sebab sering menimbulkan reaksi-reaksi yang berlebihan. Seperti ejek mengejek dan tepuk tangan meriah yang dapat mengganggu jalannya debat presiden.
Sedangkan dari sisi kandidat capres-cawapres, Andra Gillespie pakar politik di Univeritas Emory memperingkan bahwa debat pilpres sesungguhnya bisa merugikan kandidat.
Menurutnya, performa kandidat yang buruk dapat membuat investor mundur dan tak lagi membiayai kampanyenya.
"Bagaimana orang tampil dalam debat itu penting karena mereka dapat memengaruhi perilaku elit," kata Andra Gillespie, sebagaimana dikutip US News.
Mengenai hasil, apakah debat presiden memiliki dampak pada hasil Pemilu? Sebab debat presiden umumnya dianggap sebagai peluang besar untuk meraup dukungan.
Menurut laporan NBC News, debat ternyata tidak banyak mengubah struktur fundamental pemilihan presiden. Sejak tahun 1992, hanya ada satu kampanye debat AS yang membuat perbedaan serius. Yaitu di tahun 2000, ketika Al Gore dari Demokrat mendapatkan suara lebih banyak daripada George W Bush dari Republik.
Bagaimana Debat Pilpres 2019 Indonesia?
Pada Debat Pilpres 2019, Jubir BPN Dahnil Anzar Simanjuntak sempat mengusulkan debat presiden digelar di kampus. Dalam pesan singkat kepada wartawan, Dahnil berkata debat kandidat ideal dilakukan di kampus dan diikuti seluruh akademisi serta mahasiswa-mahasiswa terpilih.
Usulan ini tak lepas dari format debat yang sangat monoton. Dalam laporan Tirto bertajuk Mempertimbangkan Debat Pilpres di Kampus, Apa Untung Ruginya? peneliti politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Mada Sukmajati berkata, jika debat presiden dilakukan di kampus salah satu dampak positif yang mungkin muncul adalah lebih berkembangnya pembicaraan ihwal visi, misi, dan program para kandidat, alih-alih hal-hal yang remeh temeh.
"Debat model lama sangat monoton serta formalistik, juga dimensi show-off pendukung [kandidat] sangat kuat. Kita perlu meminimalisir sifat-sifat seperti itu untuk debat pilpres," ujar Mada kepada reporter Tirto, Minggu (21/10/2018).
Namun memindahkan lokasi debat dari hotel ke kampus saja tak cukup. Peneliti politik dari Universitas Indonesia (UI), Cecep Hidayat. Cecep menganggap jika debat dilaksanakan di kampus maka harus ada rumusan jelas ihwal konsep, target peserta, serta format acara.
Menurutnya, debat kandidat di kampus akan percuma jika diselenggarakan dengan format yang sama seperti yang sudah-sudah.
Pada akhirnya, KPU RI menetapkan Debat Pilpres 2019 bakal dilaksanakan pada 17 Januari di Hotel Bidakara, Jakarta.
Apakah Debat Pilpres ini efektif menarik pendukung bagi dua paslon? Kita tunggu bersama di tanggal 17.
Penulis: Isma Swastiningrum
Editor: Yantina Debora