tirto.id - Dari luar, Matt Stonie hanya tampak sebagai pemuda milenial biasa yang gemar mengunggah vlog harian di Youtube. Tingginya 1,7 meter, dengan berat badan 54 kilogram. Rahangnya lancip, pipinya sedikit tirus. Tapi video yang diunggahnya bikin terngaga.
Video pertama yang diunggahnya berasal dari 4 tahun lalu. Judulnya "Minum 3,7 liter Gatorade dalam 37 Detik". Video berikutnya berjudul "Tantangan Memakan 20 Potong Ayam KFC". Selanjutnya kita bisa menebak ke mana arah videonya.
Di kanal Youtube-nya, kamu bisa menemukan video Matt menyikat 9 kilogram kalkun panggang, mengemplok 120 telur rebus dalam 8 menit, menghabiskan 9 kilogram nasi kari Jepang, menandaskan 37 stik mozarella dalam 1 menit, melahap burito raksasa seberat 5,5 kilogram, menyantap 384 kuotie, hingga makan 25 Big Mac dalam waktu 22 menit. Semuanya dilakukan dalam sekali duduk.
Matt Stonie adalah seorang competitive eater. Sebutan ini biasanya merujuk pada orang yang doyan melakoni tantangan makan. Perihal kuat-kuatan makan ini ada wadah profesionalnya, yakni Major League Eating (MLE). Lembaga ini yang banyak mengadakan lomba makan secara profesional.
Lomba ini ditayangkan layaknya acara olahraga, disiarkan oleh ESPN dan ditonton ratusan juta orang. MLE juga memastikan setiap lomba diawasi secara profesional sehingga tidak membahayakan peserta. Misalkan dengan cara membatasi durasi, sehingga peserta tidak makan berlebihan dalam waktu yang lama. Selain itu selalu ada tim medis yang mendampingi. Saat ini Matt Stonie berada di peringkat 2, hanya kalah oleh sang legenda Joey Chestnut.
Matt dan Joey memang beberapa kali bersaing ketat. Yang membuat nama Matt mulai melambung di kalangan tukang makan profesional adalah saat mereka berkompetisi di kompetisi makan Hot Dog Nathan, ajang yang sudah diadakan sejak 1970. Dalam kontes ini, yang bisa memakan paling banyak hot dog dalam waktu 10 menit adalah juaranya.
Pada kontes yang diadakan 4 Juli 2015 itu, Matt melahap 62 hot dog. Sedangkan Joey, juara 8 tahun berturut-turut, hanya mampu makan 60 hot dog. Namun, setahun kemudian Joey kembali menang dengan melahap 70 hot dog, sedangkan Matt hanya sanggup makan 53 hot dog.
Sampai saat ini Matt masih memegang banyak rekor dunia. Di antaranya paling banyak memakan sayap ayam Hooters (241 potong dalam 10 menit), paling banyak dan cepat makan iga babi Smithfield (71 potong rusuk dalam 5 menit), 345 pangsit dalam 10 menit, hingga kampiun dalam ajang The World Silver Dollar Pancake Eating Championship setelah berhasil menghabiskan 113 potong pancake dalam waktu 8 menit.
Bagaimana Manusia Bisa Makan Banyak
Sebagian besar dari kita mengira bahwa orang yang bisa makan dalam porsi raksasa (bukan lagi porsi kuli) ini adalah perkara bakat. Kita beranggapan lambung dan volume perut berbeda-beda tiap orang, dan perut seperti Matt diberkahi volume yang besar.
Menurut buku Holt Biology: Visualizing Life (Johnson, 1994), perut bisa mengembang sehingga bisa menampung 4 kilogram makanan. Jika perut kosong, volumenya hanya 0,08 kilogram sedangkan jika penuh bisa menampung 4 kilogram. Namun, rata-rata kemampuan perut manusia hanya bisa menampung 1 kilogram makanan dan 1,5 liter cairan. Tapi Matt, sebagai tukang makan profesional, harus melatih elastisitas perutnya.
Apakah kemampuan perut bisa dilatih? Jawabannya bisa. Matt dikenal sering merenggangkan perut dan badan sebelum mulai makan banyak, atau saat di tengah makan. Seolah ia memberikan jalan bagi makanan untuk bisa masuk, supaya bisa diisi kembali. Karena itu, tidak seperti sangkaan banyak orang, tukang makan dalam porsi raksasa itu tidak melulu perkara bakat dan volume perut, melainkan juga latihan.
Beberapa orang dokter dari Universitas Pennsylvania pernah melakukan penelitian dan percobaan terhadap para tukang makan profesional ini. Mereka ingin tahu apa yang terjadi pada perut tukang makan kompetitif ini. Jadi mereka memakai dua subyek: satu adalah tukang makan kompetitif seperti Matt atau Joey, satunya lagi orang biasa yang punya selera makan biasa pula. Mereka diminta menyantap sebanyak mungkin hot dog dalam 12 menit.
Hasilnya, perut penyantap kompetitif itu "...menggelembung amat besar, greater sac (bagian dalam perut) yang terisi penuh makan menempati perut bagian atas." Selain itu, "hanya ada sedikit atau nihil gastric peristalsis." Gastric peristalsis ini adalah gerakan menekan atau meremas yang membantu mencerna makanan.
"Ini bukan kemampuan yang didapat sejak lahir," ujar Marc Levine, salah satu radiologis yang ikut dalam penelitian ini.
Menurut Levine, si tukang makan kompetitif itu selalu menyiapkan diri selama berbulan-bulan sebelum lomba makan. Dia makan bertahap, dari porsi normal, lebih banyak, jauh lebih banyak, hingga jadi porsi raksasa. Karena itu dia bisa menekan atau menghilangkan sejenak reflek satiety (kekenyangan). Reflek inilah yang akan memberi sinyal bahwa perut kita penuh, dan kalau dipaksa akan menyebabkan kita muntah.
"Sekali dia bisa menekan reflek itu, perutnya bisa mengatasi aktivitas peristalsis sehingga perutnya bisa menampung makanan dalam jumlah tak terbatas," lanjut Marc.
Latihan seperti itulah yang dilakukan oleh para tukang makan kompetitif seperti Matt. Pada hari biasa, porsi makanannya juga biasa. Ia menyantap sekitar 2.000 hingga 2.500 kalori per hari, porsi normal pria berusia 19 hingga 59 tahun. Tapi menjelang lomba, ia mulai makan banyak. Bisa mencapai 10.000 hingga 20.000 kalori per hari. Hari ini ia makan 1 kilogram makanan, besoknya meningkat jadi 6 kilogram, lalu jadi 9 kilogram.
"Tahun pertamaku mencoba makan kompetitif itu amat sengsara. Aku dehidrasi, kembung, ya gitu lah. Setelah beberapa tahun, aku sudah mulai tahu cara mengaturnya. Aku paham apa yang harus aku lakukan. Kapan harus latihan fisik, bagaimana dietku, dan seberapa banyak cairan yang harus aku minum," kata Matt pada GQ.
"Orang mungkin berpikir aku punya metabolisme seperti manusia super dan menganggapku makan 8.000 kalori setiap hari. Tidak seperti itu kok. Aku sama saja seperti manusia lain. Aku harus latihan fisik supaya badanku tetap fit. Aku lari. Aku angkat beban. Badanku beradaptasi."
Begitu pula setelah kompetisi makan selesai. Matt tak langsung mengurangi makanannya agar perut tak terkejut. Ia melakukannya secara bertahap. Hari ini 9 kilogram besok jadi 6 kilogram, kemudian jadi 4 kilogram, hingga balik ke porsi normal.
Sama seperti kebanyakan atlet yang melakoni latihan fisik supaya badan tetap prima, seperti itulah Matt memperlakukan tubuhnya. Di hari biasa, Matt mengatur pola makan dan apa yang masuk dalam perutnya. Ia melakukan diet ketat.
Contoh makanan seharinya pernah dimuat di situs GQ. Terdiri dari sarapan (protein shake 100 kalori), secangkir kopi, dan multivitamin. Tiga jam kemudian, Matt meminum protein shake lagi dan mengudap wortel. Untuk makan siang lagi-lagi Matt menenggak protein shake, kali ini dibarengi beberapa butir apel. Tiga jam kemudian minum protein shake lagi, dan setangkup kacang almond. Untuk makan malam, ia hanya menyantap sepotong roti dan meminum protein shake. Sebelum tidur ia meminum protein Casein dan kacang almond.
Dengan diet ketat dan latihan fisik, tak heran kalau berat badan Matt selalu berkisar di angka 54-57 kilogram. Seperti tahu apa yang akan jadi mata pencahariannya (makan banyak), Matt tak mau tanggung-tanggung. Selepas lulus SMA, ia kuliah di Mission College, Santa Clara, California, mengambil jurusan Nutrisi. Cita-citanya kelak menjadi pakar gizi dan ahli diet. Kalau sedang senggang, ia masih rutin mengunggah videonya makan dalam porsi raksasa. Video terbarunya memperlihatkan ia menyantap 22 jenis makanan dan minuman dari Taco Bell dan kelar dalam waktu 14 menit saja.
Apa yang diperlihatkan oleh Matt, juga Joey, atau Miki Sudo, bukanlah pekerjaan yang mudah. Mereka memperlakukan tubuh seperti atlet. Mereka diet ketat, dan melakukan latihan fisik. Yang juga perlu diingat, makan dalam porsi raksasa ini tidak bisa dilakukan sembarangan dan oleh sembarang orang. Kalau ceroboh, bisa terjadi tragedi seperti seorang peserta lomba makan ayam goreng KFC di Jakarta Barat yang tersedak dan meninggal dunia.
Makan dalam porsi raksasa ini juga mengandung risiko besar. Para doktor di Universitas Pennsylvania mengatakan jika perut tidak bisa kembali ke bentuk asal, ini bisa menyebabkan mual hebat dan muntah, yang mengharuskan gastrectomy (prosedur bedah untuk membersihkan isi perut) untuk mengurangi beban perut dan mengembalikan kemampuan untuk makan. Para dokter yang melakukan penelitian soal competitive eater ini memberikan saran menarik bagi mereka yang ingin coba-coba jadi seperti Matt atau Joey.
"Don't try this at home."
Penulis: Nuran Wibisono
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti