tirto.id - Hasil hitung cepat atau quick count Pilkada Jakarta 2024 menunjukkan bahwa pasangan calon gubernur dan wakil gubernur nomor urut 3, Pramono Anung-Rano Karno menang.
Menurut data survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) per Kamis tanggal 28 November 2024 pukul 09.58 WIB, pasangan yang diusung PDI Perjuangan ini meraih suara sebesar 51,03 persen. Lebih tinggi dari pasangan Ridwan Kamil-Suswono (38,80 persen), dan Dharma Pongrekun-Kun Wardana (10,17 persen).
Sama dengan hasil survei yang dirilis SMRC, pasangan Pramono-Rano juga meraih suara tertinggi dalam Survei Charta Politika, yakni sebesar 50,15 persen. Sedangkan pasangan Ridwan Kamil-Suswono meraih 39,25 persen, dan pasangan Dharma Pongrekun-Kun Wardana 10,60 persen.
Kemudian dari survei yang dirilis Poltracking, Pramono-Rano unggul dengan suara sebesar 50,08 persen. Sementara Ridwan Kamil-Suswono meraih 39,55 persen dan Dharma Pongrekun-Kun Wardana 10,37 persen.
Menurut analis politik, Arif Nurul Imam, salah satu sebab kemenangan Pramono-Rano adalah karena dukungan atau endorsement dari para mantan Gubenur DKI Jakarta, sepertiAnies Baswedan, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, Fauzi Bowo, hingga Sutiyoso. Namun menurutnya, dukungan paling besar berasal dari Anies Baswedan yang mempunyai basis pendukung besar di Jakarta.
“Faktor endorsement dari para tokoh yang mendukung Pram dan Rano Karno, di antaranya faktor Anies Baswedan. Kita tahu endorsement Anies Baswedan tentu memiliki dampak terhadap peta elektoral di Jakarta. Mengingat Anies Baswedan ini tokoh mantan Gubernur Jakarta, memiliki basis massa atau loyalis di Jakarta,” katanya saat dihubungi Tirto, Kamis (28/11/2024).
Menurutnya, hal ini terlihat dari survei yang dirilis Indikator Politik Indonesia pada 22 November 2024. Berdasarkan survei tersebut, pasangan Pramono-Rano unggul terutama pada basis pendukung paslon Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, yakni mencapai 42,3 persen dari total simulasi surat suara. Disusul RK-Suswono sebesar 36,7 persen, dan Dharma-Kun hanya mendapat 4,2 persen.
Pramono-Rano juga unggul di kalangan pendukung pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dengan capaian sebesar 38,7 persen, juga paling tinggi di basis pendukung pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
“Jangan lupa, dengan endorsement ini tentu loyalis-loyalis Anies Baswedan setidaknya akan menjadikan referensi, dan jika dianggap relevan akan diikuti oleh pendukung Anies Baswedan untuk sama-sama mendukung Pram dan Rano Karno,” imbuh Direktur Eksekutif Skala Data Indonesia itu.
Di saat yang sama, kemenangan Pramono-Rano juga tak bisa lepas dari dukungan Ahok. Menurut Direktur Eksekutif Trias Politika Strategies, Agung Baskoro, dalam hal elektabilitas, Anies dan Ahok sama-sama kuat, meski sering kali dipandang sebagai air dan minyak yang tidak pernah bisa bersatu. Sadar akan hal itu, Pramono-Rano pun tak pernah menyatukan keduanya dalam gelaran kampanye yang sama.
Sebelum penetapan nama paslon Pilkada Jakarta 2024 oleh KPU, Ahok selalu masuk ke dalam tiga besar calon kandidat Gubernur Jakarta yang layak melaju di Pilkada 2024.
Sebagai contoh, dari survei Indikator Politik Indonesia yang dilakukan pada 18-26 Juni 2024 dengan jumlah responden sebanyak 800 orang, Ahok berada di urutan kedua dengan elektabilitas sebesar 23,8 persen, di bawah Anies yang sebesar 39,7 persen dalam skema top of mind. Sedangkan dalam skema yang sama, nama Ridwan Kamil berada di urutan ketiga dengan capaian jauh di bawah keduanya, yakni hanya 13,1 persen.
Sementara berdasarkan survei Litbang Kompas yang dilaksanakan pada 15-20 Juni 2024 dengan melibatkan 400 responden, elektabilitas Anies berada pada peringkat pertama dengan capaian 29,8 persen, disusul Ahok di level 20 persen dan RK di posisi ketiga yakni sebesar 8,5 persen.
“Modal itulah yang dioptimalkan oleh Pram-Rano ketika mendapat endorse tunggal dari Anies Baswedan. Jadi sangat tinggi, besar pengaruhnya sebagaimana Ahok yang juga sempat menjadi Gubernur Jakarta, punya basis namanya Ahokers,” jelas Agung saat dihubungi Tirto, Kamis (28/11/2024).
Menurutnya, meski dianggap dua kubu berbeda, dukungan dari basis pendukung Anies dan Ahok untuk pasangan Pramono-Rano di Pilkada 2024 nyatanya saling melengkapi. Seiring dengan masuknya dukungan Anies, tambahnya, paslon nomor urut 3 itu berhasil mengamankan suara dari pendukung Anies yang kebanyakan merupakan masyarakat Islam Perkotaan. Di sisi lain, dukungan Ahok yang banyak berasal dari kaum-kaum nasionalis cukup ampuh untuk mengerek elektabilitas Pramono-Rano hingga hari-H Pilkada.
“Keduanya kan sangat ekstrem berbeda. Jadi saling melengkapi, saling membantu kemenangan Pram-Rano. Jadi ya sangat signifikan,” sambungnya.
Namun, kata dia, lebih penting dari itu dalam Pilkada 2024 tipologi pemilih didominasi oleh pemilih rasional. Hal ini terlihat dari kalahnya pasangan RK-Suswono yang mendapat dukungan besar dari Presiden Indonesia ke-7, Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden Prabowo Subianto, hingga Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus.
Pada saat yang sama, perolehan suara Dharma-Kun dalam hasil hitung cepat pun jauh lebih tinggi dari yang diprediksi dalam survei-survei, yakni mencapai 10,17 persen oleh SMRC, 10,60 persen oleh Charta Politika, dan 10,37 persen oleh Poltracking.
“Karena yang dominan di Jakarta kan pemilihan rasional. Jadi sekuat apapun endorse Anies, Ahok, kalau pemilih rasionalnya tidak bersikap, tidak menyatakan apapun, justru yang menang yang dipilih mereka. Jadi kalau saya melihat faktor pemilih rasional ini yang menentukan, bukan endorse yang lebih dominan,” tegasnya.
Agung mendefinisikan pemilih rasional sebagai mereka yang memiliki tingkat pendidikan paling rendah Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sangat berbeda dengan demografi pemilih di daerah yang kebanyakan hanya menamatkan pendidikannya sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Karena itu, kata dia, program-program Pramono-Rano yang lebih konkret dan realistis dibandingkan dua paslon lainnya membuat para pemilih rasional itu makin mantap menjatuhkan pilihannya pada mereka. Juga penduduk asli Jakarta, utamanya dari suku Betawi, melihat program-program yang diusung Pramono-Rano mampu menjawab permasalahan yang selama ini terjadi di Jakarta.
“Karena program Pram-Rano itu sangat konkret dan mampu menjawab persoalan di Jakarta. Kalau program RK-Suswono itu kan banyak yang blunder,” ujarnya.
Di sisi lain, Agung juga melihat perbaikan iklim demokrasi di Jakarta membuat para pemilih lebih condong ke calon-calon yang tidak ditunggangi oleh elite-elite politik maupun para penguasa yang hendak ikut campur dalam pemerintahan Jakarta selama lima tahun ke depan.
“Buat mereka rasional, semua hal harus konkret dan bisa dipertanggungjawabkan secara moral. Karena kan kita tahu pemilih Jakarta kemarin digempur habis-habisan sama sembako (serangan fajar) ya, sama macem-macem lah intinya. Tapi kan tetap kebal, imun dia terhadap serangan-serangan itu,” terang Agung.
Atas alasan itu, Pramono-Rano maupun Dharma-Kun menjadi alternatif pilihan para pemilih yang memiliki pola pikir rasional.
“Stabilitasnya [Dharma-Kun] di pilkada kemarin kan naik 10 persen, ya. Jadi artinya pemilih rasional Jakarta melihat dari programnya anti-mainstream, susah dipahami. Tapi kalau dipikir dua kali, itu rasional. Kenapa nggak dicoba, gitu,” imbuhnya.
Sementara itu, optimisme kemenangan Pramono-Rano telah disampaikan oleh Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, sebagai partai politik pengusung kedua pasangan calon tersebut. Bahkan, menurutnya Pramono-Rano mampu mengalahkan telak pasangan calon yang didukung atau di-endorse oleh Presiden Indonesia ke-7, Joko Widodo.
Menurut Hasto, potensi kemenangan Pramono-Rano didukung oleh kuatnya pilihan rakyat Jakarta.
“Kami percaya bahwa kekuatan yang didukung oleh seluruh segenap elemen bangsa seperti Mas Pram dan Mas Rano mampu mengalahkan endorsement yang sifatnya per orang,” tegasnya dalam kesempatan yang sama.
“Kami optimistis dengan melihat data yang terakhir, pergerakan dari seluruh kelompok masyarakat, sipil society, relawan, dan Jakarta ini masyarakatnya sangat cerdas,” imbuh Hasto.
Menanggapi hasil hitung cepat semalam, Calon Gubernur dari nomor urut 3, Pramono Anung, meyakini bahwa kemenangannya bersama Rano Karno dapat terwujud salah satunya karena ada sosok-sosok kuat yang berada di belakangnya, seperti Anies, Ahok, dan lainnya.
Bagaimanapun, kata dia, dalam kompetisi pemilihan gubernur dan wakil gubernur, juga merupakan pertarungan figur.
Karena itu, selain kepada rakyat Jakarta, dirinya juga menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh figur yang berada di belakangnya.
“Secara khusus kami berterima kasih kepada Pak Anies, Pak Ahok, termasuk Bang Foke dan juga keluarga Bang Yos,” kata Pramono dalam konferensi pers hitung cepat, di Jakarta, Rabu (27/11/2024).
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Irfan Teguh Pribadi