tirto.id - Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan masa bertugas sebagai Komandan Korem 072/Pamungkas Yogyakarta lebih menantang dibandingkan di daerah lain.
Hal ini ia sampaikan dalam acara Ngopi Bareng SBY di Angkringan Pendopo Lawas, Yogyakarta, Minggu (8/4/2018) malam.
"Pengalaman saya bertugas di Yogyakarta itu more challenging dibandingkan dengan di daerah-daerah lain," kata SBY dilansir Antara.
SBY juga mengisahkan Yogyakarta lebih menantang dan berbeda dengan daerah lain karena memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri baik dari segi politik, sosial, budaya, dan hubungan antara pemerintah dengan rakyat.
Acara Ngopi Bareng SBY di Angkringan Pendopo Lawas merupakan bagian dari rangkaian SBY Tour De Jogja. Pada Senin (9/4/2018) SBY serta para pengurus DPP Partai Demokrat dijadwalkan menghadiri acara pelantikan pengurus DPD serta DPC Partai Demokrat DIY di Jogja Expo Center.
Ia mengatakan saat pertama mengemban tugas sebagai Komandan Korem 072/Pamungkas di Yogyakarta dengan pangkat kolonel pada 1995, situasi sosial dan politik pada saat itu cukup hangat karena berbarengan dengan masa transisi pemerintahan dari era Presiden Soeharto ke pemerintahan era Orde Reformasi.
Menurutnya, saat itu banyak mahasiswa Yogyakarta yang memiliki sikap kritis dan kerap melontarkan kritik kepada negara dan pemerintah mulai dari ungkapan yang halus sampai yang kasar. Namun, sebagai aparat yang bertugas menjaga stabilitas keamanan saat itu, SBY mengaku lebih memilih mengutamakan komunikasi dan dialog dibandingkan menempuh cara-cara represif.
"Mereka siang hari melakukan unjuk rasa mengkritisi pemerintah dan menginginkan perubahan A, B, C, dan D. Tetapi malam harinya mereka saya ajak berdialog," kata dia.
Menurut SBY, cara itu berhasil. Meski situasi sosial politik di Yogyakarta tetap dinamis, namun ia memastikan saat itu tidak ada aksi-aksi kekerasan serta gangguan keamanan apa pun di kota gudeg itu.
"Saya tidak bisa mengekang kebebasan mereka untuk berekspresi menyampaikan pandangan-pandangannya tapi gentlemen agreement yang kami buat waktu itu tidak boleh melebihi kepatutannya, melanggar hukum, dan menimbulkan gangguan keamanan," kata dia.
Kendati demikian, karena pendekatan yang ia lakukan terhadap elemen mahasiswa yang melakukan aksi-aksi demonstrasi saat itu dianggap terlalu lunak, ia nyaris dicopot dari jabatannya.
"Tetapi Pangdam saya membela (saya) bahwa sebetulnya pendekatan politik yang konstruktif ya seperti itu. Saya bersyukur saya bisa selamat dari terpaan politik waktu itu," kenang SBY.
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani