tirto.id - Semula Agus Harimurti Yudhoyono memiliki elektabilitas tergolong tinggi. Tolak ukurnya, ia belum pernah terjun di dunia politik. Secara bertahap elektabilitasnya terus meningkat dengan jargon "tegas tapi sopan". Agus pun dimanjakan lewat pelbagai survei yang menyebut berkurangnya dukungan untuk Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama, dan beralih padanya.
“Kalau dilihat dia pendatang baru, kenapa kok sempat melejit? Agus potensial. Kan, tinggi juga pada awal-awal Anies kalah,” kata Siti Zuhro, peneliti politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia saat dihubungi reporter Tirto, Kamis (16/2).
Namun, popularitas Agus perlahan menurun. Ini disebabkan oleh beberapa isu yang menerpanya. Misalnya, Aksi 411 dan 212 yang dikaitkan dengan aktor politik Cikeas. Selain itu, Sylviana Murni diduga dalam kasus penyelewengan anggaran dalam pembangunan Masjid Al Fauz di kantor Walikota Jakarta Pusat, dan dugaan korupsi dana bantuan sosial Pemprov DKI Jakarta untuk Kwarda Pramuka Jakarta pada 2014 dan 2015.
Guna menangkal isu yang membuat elektabilitas Agus terus menurun, Ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono turun gunung. Sebelumnya ia sudah dihantam isu dugaan raibnya dokumen laporan Tim Pencari Fakta kasus pembunuhan aktivis HAM Munir Said Thalib. Namun kemunculan Yudhoyono, yang memainkan dirinya sebagai korban, justru disambut negatif oleh publik.
“Ternyata enggak mendongkrak sama sekali respons-respons SBY,” kata Zuhro.
Terlebih isu yang menyasar Yudhoyono kerap dihadapkan, atau bahkan berhadapan, langsung dengan Presiden Joko Widodo. Padahal dari hasil survei Saiful Mujani Research dan Consulting pada Maret 2016, 59 persen masyarakat puas terhadap kinerja presiden. Angka ini meningkat dari survei bulan Juni 2015 sebesar 41 persen, dan Desember 2015 sebesar 53 persen.
Sejak 4 Februari 2017, Yudhoyono rutin mengeluh melalui akun Twitter maupun konferensi pers tanpa tanya-jawab.
“Kan, kelihatan Pak SBY saling berhadapan dengan Pak Jokowi. Hubungannya tidak harmonis. Itu sangat membayang-bayangi elektabilitas Agus. Animo medsos, kan, masih kuat ke Pak Jokowi,” ujar Zuhro.
Ketua DPP PKB Lukman Edy mengakui beberapa hari menjelang pemilihan itu menjadi waktu yang vital untuk membalik persepsi publik.
“Dinamika politik minggu-minggu terakhir sangat berpengaruh terhadap berubahnya persepsi publik. Tekanan kepada Pak SBY itu luar biasa,” katanya saat dihubungi reporter Tirto, Kamis (16/2).
Yudhoyono juga berperan sentral di balik pencalonan putra pertamanya itu menuju kursi DKI 1. Sebelum Agus mendatangi KPU untuk mendaftarkan diri pada September 2016, Yudhoyono dan istrinya secara simbolis memberikan restu. Publik melihat Agus harus rela mengundurkan diri dari karier di militer yang saat itu berpangkat mayor.
Kaki Lempung Demokrat
Di masa kampanye, justru pentolan partai pengusung selain Partai Demokrat jarang menemani Agus-Sylvi. Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, dan Ketua Umum PPP Muhammad Romahurmuziy (Romi) seolah menjadi figur tersembunyi. Banyak yang bilang para partai itu tidak bergerak memompa struktur di bawah, hanya mengandalkan Demokrat yang justru tidak punya basis massa.
Tetapi Lukman Edy membantahnya, dengan alasan bahwa minggu-minggu terakhir mesin partai pengusung sibuk mempersiapkan saksi dan perkara teknis lain.
"Lebih banyak waktu habis untuk itu. Turun kita maksimal. Bahkan kita anggota DPR RI saja turun semua. Baik Dapil Aceh ikut membantu juga Pilkada Jakarta,” ujarnya.
Arwani Thomafi, wakil ketum PPP, sebaliknya mengakui soliditas koalisi Cikeas belum total dalam mendukung Agus-Sylvi.
“Partai kurang maksimal digerakkan. Strategi juga lebih diatur langsung dari teman-teman Partai Demokrat,” kata Arwani kepada reporter Tirto, Kamis (16/2).
Sebagai gambaran, dalam struktur tim pemenangan Agus-Sylvi, melulu kader dan orang-orang Demokrat memegang posisi kunci: Nachrowi Ramli (ketua tim pemenangan), Vike Very Ponto (sekretaris), Gatot M. Suwondo (bendahara), Didi Irawadi Syamsudin (ketua hukum dan advokasi), Partoyo (ketua bidang saksi), Anton Sukartono Suratto (ketua bidang logistik), Imelda Sari (ketua bidang media dan jubir), Roy Suryo (ketua bidang IT), dan Wishnu Wardhana (ketua bidang manajer kampanye).
Soal dominasi Demokrat itu, wakil sekjen PPP kubu Romi, Ahmad Baidowi berkata kepada reporter Tirto, "Soal strategi (tim pemenangan), bisa ditanyakan ke teman Demokrat.”
Editor: Fahri Salam