Menuju konten utama

Satgas soal Data Covid-19 Indonesia: Jumlah Testing Mesti Naik

Penurunan angka indikator Covid-19 di Indonesia seperti jumlah kasus positif dan aktif mesti diikuti turunnya positivity rate & meningkatnya jumlah testing.

Satgas soal Data Covid-19 Indonesia: Jumlah Testing Mesti Naik
Keterangan Pers Juru Bicara Pemerintah Prof Wiku Adisasmito di Kantor Presiden Jakarta, Selasa (12/1/2021). (FOTO/Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Negara)

tirto.id - Dalam data Covid-19 Indonesia hingga Selasa (10/8/2021), terjadi tren penurunan kasus aktif dalam 2 pekan beruntun seiring dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Meskipun demikian, Satgas penanganan Covid-19 menegaskan, penurunan ini mesti diikuti dengan penurunan positivity rate dan meningkatnya jumlah testing.

"Penting untuk diingat penurunan kasus positif mingguan ini harus diikuti dengan penurunan positivity rate serta peningkatan testing," papar Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito dalam keterangan pers yang tayang di kanal Youtube Sekretariat Presiden.

Penambahan kasus positif Covid-19 di Indonesia mengalami tren penurunan persentase sejak puncaknya pada pekan 12-18 Juli (mencapai 350.273 kasus). Sudah 3 pekan beruntun, angka kasus positif terus mengecil. Pada pekan 2-8 Agustus, jumlah kasus aktif mencapai 225.635 kasus, atau turun 35 persen dari titik puncak.

Kasus aktif Covid-19 juga mengalami tren penurunan. Dalam 2 pekan beruntun, angkanya turun 17 persen dari puncak kasus aktif pada pekan 19-25 Juli.

Di sisi lain, angka kesembuhan mingguan pada pekan 2-8 Agustus mencapai 5,54 persen dari titik terendah kesembuhan dari Covid-19 pada 3 pekan lalu.

Meskipun demikian, terjadi peningkatan angka kematian pasien karena Covid-19 dalam 3 pekan beruntun. Terdapat kenaikan 0,36 persen dari titik terendah kenaikan pada 3 pekan lalu. Persentase kematian karena Covid-19 di Indonesia mencapai hampir 3 persen, atau di atas rata-rata dunia yang 2,13 persen.

Dalam grafik berikutnya pada 1-8 Agustus 2021, terjadi penurunan positivity rate dalam skala nasional, jika pekan sebelumnya 25,81%, kini menjadi 23,57%. Demikian pula soal keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) dari 62,68% menjadi 54,35%.

Meskipun di skala nasional terlihat adanya tren penurunan berbagai indikator penanganan Covid-19, hal ini tidak berlaku untuk semua provinsi. Terdapat berbagai provinsi yang mengalami tren kenaikan terkait jumlah kasus positif, kasus aktif, dan persentase kematian.

Soal kenaikan jumlah kasus positif, 5 provinsi dengan angka kenaikan tertinggi pekan ini adalah Nusa Tenggara Timur (naik 2.303 kasus), Sulawesi Tengah (naik 1.733 kasus), Bangka Belitung (naik 982 kasus), Kalimantan Selatan (naik 624 kasus), dan Sumatera Barat (naik 587 kasus).

Soal kenaikan kasus aktif minggu ini, 5 provinsi dengan angka tertinggi adalah Sumatera Utara (naik 5.425 kasus), Sulawesi Tengah (naik 3.287 kasus), Kalimantan Selatan (naik 2.659 kasus), Sumatera Barat (naik 1.981 kasus), dan Sulawesi Selatan (naik 1.786 kasus).

Sementara itu, 5 provinsi dengan angka kenaikan kematian mingguan tertinggi adalah Riau (naik 59 kasus, Sumatera Utara (naik 49 kasus), Sumatera Selatan (naik 45 kasus), Bangka Belitung (naik 44 kasus, dan Jawa Tengah (naik 41 kasus).

Testing di berbagai kabupaten/kota di seluruh Indonesia digalakan dalam upaya mencapai target positivity rate di bawah 10%.

Terkait peningkatan jumlah testing, terdapat standar jumlah tes perhari untuk setiap kabupaten/kota yang dipatok dalam Inmendagri Nomor 30 Tahun 2021 untuk kawasan Jawa dan Bali, serta dalam Inmendagri Nomor 31 Tahun 2021 untuk kawasan non Jawa-Bali (Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua)

Pemerintah tetap melanjutkan PPKM Level 2 hingga 4. PPKM di Jawa-Bali berlangsung hingga 16 Agustus 2021 dengan evaluasi setiap minggu. Sementar aitu, PPKM di luar Jawa-Bali dilakukan hingga 23 Agustus 2021 dengan evaluasi setiap 2 pekan.

PPKM yang sudah memasuki minggu ke-6 ini dipilih karena penurunan kasus masih lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum lonjakan, yang kisarannya 5-7 ribu kasus perhari. Penambahan kasus harian Covi-19 pada pekan-pekan ini berkisar di angka 20-40 ribu kasus per hari.

"Selain berfokus penurunan kasus aktif, penurunan kematian juga menjadi fokus utama dalam perpanjangan PPKM ini. Karena kenaikan kematian yang telah berlangsung 3 minggu berturut-turut ini, dalam bulan Juli saja kita telah kehilangan 24.496 nyawa dengan rata-rata kematian di atas 1.000 orang per hari," papar Wiku.

Menurut Wiku, kemampuan pemerintah daerah dalam membaca data perkembangan Covid-19 sangat penting.

"Dimohon, pemerintah daerah bersungguh-sungguh memberikan upaya terbaiknya dalam menekan angka kematian dengan terus memantau ketersediaan tempat tidur, mencukupi obat-obatan, ventilator dan alat kesehatan lainnya di rumah sakit rujukan Covid-19 di wilayahnya. Koordinasikan dengan pusat bila membutuhkan bantuan darurat," katanya.

Hal lain yang layak diperhatikan adalah masyarakat yang menjalani isolasi mandiri di rumah. Mereka harus dikontrol melalui posko desa/kelurahan hingga ke tingkat terkecil tingkat RT/RW.

"Ketua RT/RW dapat memastikan warganya yang terinfeksi Covid-19 tidak terlambat ditangani dan tidak diisolasi mandiri di rumah jika tidak dimungkinkan sehingga kematian dapat ditekan," kata Wiku.

Banner BNPB Info Lengkap Seputar Covid19

Banner BNPB. tirto.id/Fuad

Baca juga artikel terkait KAMPANYE COVID-19 atau tulisan lainnya dari Fitra Firdaus

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Fitra Firdaus
Editor: Iswara N Raditya