tirto.id - Satgas COVID-19 mencatat kenaikan kasus COVID-19 setelah Hari Raya Idul Fitri. Satgas menilai kenaikan itu sebagai sebuah peringatan dalam penanganan COVID-19.
Pemerintah mencatat kenaikan kasus positif COVID mingguan hingga 36,1 persen. Angka ini melonjak dibanding pekan lalu yang turun 28 persen. Kemudian, kasus kematian naik 13,8 persen sementara kasus kesembuhan menurun 2,7 persen daripada minggu sebelumnya.
"Kenaikan kasus positif yang cukup signifikan ini terjadi 1 minggu setelah periode Libur Idul Fitri. Seperti yang saya sampaikan bahwa dampak dari suatu libur panjang dapat terlihat pada minggu kedua dan ketiga setelah periode libur panjang tersebut," kata Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito dari Gedung BNPB, Jakarta, Selasa (25/5/2021).
Satgas juga mencatat kenaikan kasus positif di 5 provinsi yang merupakan daerah tujuan mudik maupun arus balik yakni Jawa Barat, naik sebesar 2.221 DKI Jakarta naik sebesar 1.240 kemudian Sumatra Barat naik sebesar 959 sedangkan Jawa Tengah naik sebesar 948 dan Aceh naik sebesar 561.
Sementara itu, angka kematian tertinggi di 5 provinsi juga didominasi daerah mudik yakni Jawa Barat naik 41 kematian, Sumatra Barat naik 27 kematian, kemudian Sumatra Selatan naik 26 kematian, kemudian Aceh naik 24 kematian dan Jawa Tengah naik 23 kematian.
Di sisi lain, kasus aktif nasional Indonesia naik dalam 4 hari terakhir hingga 4.408 kasus. Kenaikan kasus aktif secara nasional ini juga diikuti kenaikan kasus aktif di 9 provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Tengah, Aceh, Sumatera Barat, NTB, Kepulauan Riau, Kalimantan Utara Gorontalo dan Maluku Utara dalam kurun waktu 1 minggu terakhir. Hal tersebut diikuti dengan kenaikan cakupan testing hingga memenuhi 132 persen dari standar WHO.
Selain itu, zona merah naik dari 7 kabupaten kota menjadi 10 kabupaten kota.
Oleh karena itu, Wiku meminta semua pihak, baik pemerintah dan masyarakat untuk tidak lengah dalam beberapa minggu ke depan. Sebab, situasi saat ini baru satu minggu setelah Lebaran.
"Ini baru minggu pertama sejak periode Libur Idul Fitri bahkan mobilitas juga masih tinggi 1 minggu setelah Idul Fitri. Hal ini dapat berdampak pada potensi lebih panjangnya dampak dari periode libur ini sampai pertengahan bulan Juni," kata Wiku.
Wiku berharap daerah menyiapkan kesiapan rumah sakit dan fasilitas kesehatan. Ia pun ingin agar pemerintah daerah mendorong peningkatan testing untuk segera menangani kasus sedini mungkin. Ia juga meminta pemerintah daerah untuk memantau dan mewajibkan kepada masyarakat yang baru pulang bepergian untuk karantina Mandiri 5 x 24 jam demi mencegah potensi terjadinya penularan yang lebih luas di tengah masyarakat.
"Kesiagaan menghadapi apapun yang terjadi ke depannya merupakan kunci dalam merespon perubahan secara cepat sehingga kondisi apapun tetap dapat dikendalikan," kata Wiku.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Restu Diantina Putri