Menuju konten utama

Saling Bidik Basis Lawan di Pilgub DKI Putaran Kedua

Kedua kandidat berlomba membidik suara yang menjadi basis lawan politiknya pada Pilgub DKI putaran pertama. Pasangan Ahok-Djarot fokus kampanye di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur, sementara Anies-Sandiaga memilih fokus di Jakarta Barat dan Jakarta Utara.

Saling Bidik Basis Lawan di Pilgub DKI Putaran Kedua
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) saat sesi tanya jawab dengan Anies Baswedan saat Debat Publik Pilkada DKI Jakarta putaran kedua di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (12/4). Tirto.id/Andrey Gromico.

tirto.id - Kampanye pemilihan gubernur dan wakil gubernur (Pilgub) DKI Jakarta putaran kedua telah berakhir. Pasangan calon Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno tinggal menunggu hasil pemungutan suara yang akan digelar pada Rabu (19/4/2017).

Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta sebelumnya telah memberikan waktu bagi kedua pasangan calon untuk melakukan kampanye sejak 7 Maret hingga 15 April 2017. Kedua kandidat tersebut tentu telah memanfaatkan waktu yang diberikan KPU DKI sebaik mungkin, baik untuk mempertajam visi misi maupun berusaha merebut hati pemilih.

Dalam waktu sebulan setengah itu, kedua pasangan pun telah melakukan berbagai macam cara untuk memenangkan Pilgub DKI putaran kedua ini, termasuk membidik basis pemilih pasangan Agus-Sylviana yang pada Pilgub DKI Jakarta putaran pertama mendapat sekitar 936.461 suara atau 17,06 persen.

Salah satu cara yang dilakukan adalah merangkul partai-partai yang pada putaran pertama mengusung Agus-Sylvi, seperti Demokrat, PAN, PKB, dan PPP. Alhasil, PAN menyatakan dukungan pada pasangan Anies-Sandiaga, sementara PKB dan PPP bergabung dengan koalisi pengusung Ahok-Djarot. Sedangkan Partai Demokrat yang menjadi pengusung utama pasangan Agus-Sulvi menyatakan netral.

Tak hanya berebut suara pemilih Agus-Sylvi yang berjumlah sekitar 936.461. Kedua kandidat tersebut juga berlomba-lomba membidik suara yang menjadi basis lawan politiknya pada Pilgub DKI putaran pertama. Misalnya, pasangan Ahok-Djarot lebih fokus kampanye di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur, sementara pasangan Anies-Sandiaga justru fokus di Jakarta Barat dan Jakarta Utara.

Daerah-daerah yang menjadi fokus kedua kandidat tersebut adalah wilayah yang pada putaran pertama menjadi basis pesaing masing-masing. Berdasarkan hasil perhitungan KPU pada Pilgub DKI putaran pertama, pasangan Ahok-Djarot unggul di empat daerah, yaitu Jakarta Pusat (43,0 persen), Jakarta Barat (48,6 persen), Jakarta Utara (48,4 persen), dan Kepulauan Seribu (38,8 persen).

Sementara pasangan Anies-Sandiaga menang di dua daerah, yaitu Jakarta Selatan (46,5 persen) dan Jakarta Timur (41,7 persen). Sedangkan pasangan Ahok-Djarot di dua daerah ini hanya mendapatkan suara masing-masing 38,7 persen untuk Jakarta Selatan, dan 38,8 persen untuk Jakarta Timur. Karena itu, kedua kandidat tersebut lebih menitikberatkan kampanye di daerah yang pada putaran pertama dimenangkan oleh lawan politiknya.

Hal tersebut diakui oleh kedua kubu, baik pasangan Ahok-Djarot maupun tim pemengangan Anies-Sandiaga. Sekretaris Tim Pemenangan Ahok-Djarot, Tubagus Ace Hasan Syadzily mengatakan pihaknya memberikan perhatian lebih pada wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur mengingat pasangan petahana tersebut kalah pada Pilgub DKI puaran pertama.

Pada Pilgub DKI Jakarta putaran kedua yang akan berlangsung pada Rabu (19/4/2017), pasangan Ahok-Djarot bertekad untuk merebut basis pendukung Anies-Sandiaga di dua wilayah tersebut. Bahkan, menurut Ace, partai koalisi pendukung petahana ini akan fokus dan menugaskan para kader untuk bekerja di kawasan Jakarta Selatan dan Jakarta Timur tersebut.

Hal senada juga diungkapkan calon wakil gubernur DKI Jakarta nomor urut dua, Djarot Saiful Hidayat. Ia membenarkan bahwa pihaknya lebih fokus pada dua wilayah yang pada Pilgub DKI putaran pertama dimenangkan oleh Anies-Sandiaga.

Karena itu, Djarot mengaku telah mengerahkan seluruh kader partai pendukung, baik yang ada di struktur maupun yang ada di DPR untuk melakukan konsolidasi wilayah masing-masing. “Ini menandakan bahwa makin sinergi para kader partai untuk menangkan pasangan Ahok-Djarot. Termasuk tadi dukungan dari warga Sunda. Emang ini dilakukan di banyak tempat, tak hanya di Jakarta Timur saja. Kita emang fokus di Jakarta Timur, Selatan, Barat,” kata Djarot di Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis (13/4).

Hal yang sama juga dilakukan pasangan Anies-Sandiaga. Sebagaimana diungkapkan Mardani Ali Sera pada 8 Maret lalu bahwa ada tiga daerah yang menjadi prioritas untuk merebut suara pemilih, yakni: daerah menang, daerah basis massa Agus-Sylvi, dan daerah kalah.

Jika merujuk pada hasil Pilgub DKI Jakarta putaran pertama, maka kerja-kerja tim sukses Anies-Sandiaga di putaran kedua lebih difokuskan pada wilayah barat dan utara Jakarta. Hal tersebut terkonfirmasi dari jadwal kampanye pasangan nomor urut tiga ini yang memang lebih banyak ke dua wilayah tersebut. Hal itu berbeda dari putaran pertama yang lebih banyak diarahkan ke selatan dan timur Jakarta.

Meski demikian, Anies berkilah bahwa fokus kampanye di daerah Jakarta Barat dan Jakarta Utara sebagai usaha merebut basis pemilih Ahok-Djarot. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini berdalih bahwa kunjungannya ke Jakarta Barat dan Jakarta Utara murni untuk sosialisasi.

“Sebenarnya basis kita semua Jakarta, malah kami merasa Jakarta ini harus jadi rumahnya semua,” kata Anies Baswedan di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, pada 19 Maret 2017 lalu.

Anies menyatakan jika masih memikirkan perkara basis massa, maka pembangunan tidak akan terwujud. Untuk itu, dirinya mengklaim bila kedatangannya justru berpeluang untuk dapat menjembatani antarwarga Jakarta dari pengkotak-kotakan basis dukungan.

INFOGRAFIK HL Pilkada 2

Lalu, apakah upaya kampanye kedua pasangan calon efektif merebut basis massa pesaingnya?

Seperti dipaparkan di atas, baik pasangan Ahok-Djarot maupun Anies-Sandiaga memiliki keunggulan basis massa dalam Pilkada DKI Jakarta putaran pertama. Pasangan Ahok-Djarot unggul di empat wilayah, sementara Anies-Sandiaga unggul di selatan dan timur Jakarta.

Kedua kandidat pun dalam kampanye putaran kedua berusaha fokus pada daerah-daerah yang pada Pilgub DKI putaran pertama dimenangkan lawan politiknya. Kedua kandidat membenahi sisi kelemahan tersebut dengan mengerahkan relawan hingga kader partai untuk mengoptimalkan suara di basis massa lawan.

Tim sukses Ahok-Djarot, misalnya, berbagi tugas dengan mengamanatkan Djarot melakukan kampanye ke kantong-kantong daerah kemenangan Anies-Sandiaga dengan tujuan lain merebut suara Anies-Sandiaga dan Agus-Sylvi pada putaran pertama. Sebaliknya, pasangan Anies-Sandiaga juga banyak berkampanye ke kawasan barat dan utara Jakarta yang menjadi basis Ahok-Djarot pada putaran pertama.

Dalam konteks ini memang tidak ada jawaban pasti terkait efektivitas kampanye kandidat yang dilakukan di basis massa lawan politiknya tersebut. Namun, survei yang dirilis Charta Politika pada Minggu (16/4/2017) kemarin sedikit banyak bisa memberikan gambaran tentang hal tersebut.

Survei yang dilakukan Charta Politika ini memiliki marjin kesalahan 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Dari target total 1.000 responden, yang berhasil diwawancarai sebanyak 782 orang, sementara sekitar 218 orang tidak bisa diwawancara karena berbagai alasan.

Merujuk pada hasil survei Charta Politika tersebut, sebanyak 54,5 persen responden di Jakarta Pusat mendukung Ahok-Djarot dan 40,3 persen mendukung Anies-Sandiaga. Kemudian di Jakarta Utara sekitar 57,3 persen mendukung Ahok-Djarot dan 32,5 persen ke Anies-Sandiaga.

Sementara di Jakarta Barat sebanyak 49,5 persen responden memilih Ahok-Djarot dan sebaliknya 39,2 persen memilih Anies-Sandiaga. Di Jakarta Selatan, sebanyak 36,3 persen mendukung Ahok-Djarot dan 59,9 persen memilih Anies-Sandiaga. Sementara di Jakarta Timur, 46,7 persen memilih Ahok-Djarot dan 45,3 persen ke Anies-Sandiaga.

Bila membandingkan hasil survei tersebut dengan hasil rekapitulasi KPU pada Pilgub DKI putaran pertama, maka terlihat upaya Anies-Sandiaga tidak berjalan efektif dalam merebut basis massa Ahok-Djarot. Sebaliknya, di wilayah Jakarta Timur, keduanya berbagi angka tipis, yakni 46,7 untuk Ahok-Djarot, dan 45,3 persen untuk Anies-Sandiaga. Sementara di Jakarta Selatan, pasangan Anies-Sandiaga masih unggul, yakni 59,9 persen dan Ahok-Djarot mendapat suara sekitar 36,2 persen.

Baca juga artikel terkait PILKADA DKI JAKARTA 2017 atau tulisan lainnya dari Abdul Aziz

tirto.id - Politik
Reporter: Abdul Aziz
Penulis: Abdul Aziz
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti