tirto.id - Sengketa Pulau Pasir yang melibatkan Indonesia dan Australia menjadi salah satu topik yang banyak mendapat perhatian di media sosial belakangan ini. Isu ini naik ke permukaan sekitar akhir Oktober 2022 lalu setelah masyarakat adat Laut Timor mengancam akan menuntut Canberra soal klaim akan Pulau Pasir ini.
Sejak itu, kemudian banyak narasi yang mengaitkan kemungkinan konflik antara Indonesia dan Australia terkait hal ini yang juga menyeret negara-negara lain yang dekat dengan kedua negara.
Salah satunya adalah unggahan video di YouTube oleh akun bernama "Kabar Harian" tertanggal 28 November 2022. Video tersebut menjelaskan bagaimana Inggris hendak mendukung Australia dalam perang dengan Indonesia.
Tidak hanya itu, keterangan penyerta video bahkan berbunyi pesan yang mencekam. "Gawat Darurat !! Tak Main Main Inggris Ingin Hilangkan Indonesia Dari Peta Dunia."
Video berdurasi 10 menit tersebut terus mendapat perhatian publik. Per 26 Desember, video ini telah disaksikan sebanyak lebih dari 21 ribu kali dan disukai sebanyak 367 kali dan mendapat 119 komentar. Dari sejumlah komentar teratas juga terlihat kalau kebanyakan menganggap kabar ini benar adanya.
Sebelumnya, unggahan serupa juga beredar di Facebook, yang dibuat oleh akun bernama "Mas Gaming" pada 30 November 2022.
Namun, benarkah informasi yang dibagikan video tersebut? Apakah benar Inggris ingin menghilangkan Indonesia dari peta dunia?
Pemeriksaan Fakta
Pertama sebelum masuk membahas konten video, harus ditegaskan kalau sampai Desember 2022, Indonesia dan Australia tidak sedang dalam keadaan berperang.
Mengutip Antara, Minggu (4/12/2022) bahkan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa baru saja menemui Kepala Jenderal Angkatan Pertahanan Australia dalam High Level Committee di Perth Australia. Salah satu topik utama pembahasannya adalah mengenai kesepakatan peningkatan kerja sama kedua negara.
Terkait sengketa Pulau Pasir, Kementerian Luar Negeri Indonesia (Kemenlu) telah angkat bicara dan mengatakan kalau tidak ada perebutan wilayah sebagaimana dinarasikan. Pemerintah Indonesia telah mengakui kalau gugusan pulau tersebut milik Australia.
Dirjen Hukum dan Perjanjian Internasional Kemenlu Laurentius Amrih Jinangkung menegaskan Pulau Pasir atau Ashmore Reef tidak pernah menjadi bagian dari wilayah Hindia Belanda, yang setelah Indonesia mereka menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Dalam konteks ini, Indonesia tidak pernah memiliki atau tidak punya klaim terhadap Pulau Pasir," kata Amrih dikutip dari Antara pada Jumat (28/10/2022).
Meski begitu, terdapat Nota Kesepahaman antara Pemerintah Australia dan Indonesia pada 1974 yang memberikan izin bagi nelayan Indonesia mengunjungi Ashmore Reef setiap tahun agar mereka dapat memanfaatkan wilayah laut yang telah mereka akses secara tradisional selama berabad-abad.
Masuk ke penelusuran fakta dari isi video. Tim Riset Tirto menyaksikan seluruh isi video tersebut. Sebagian besar video berisikan cuplikan mengenai latihan militer yang dilakukan angkatan bersenjata. Melatari video terdapat narator yang memberikan informasi mengenai Inggris yang hendak memberi dukungan persenjataan ke Australia untuk menghadapi Indonesia.
Di awal video terdapat cuplikan wawancara dan pidato Presiden Joko Widodo soal penarikan duta besar dan komitmennya menjaga negara dan rakyat Indonesia.
Dua cuplikan tersebut tidak terkait sama sekali dengan narasi yang ada di video. Cuplikan pertama, soal penarikan duta besar adalah komentar presiden pada tahun 2015 lalu ketika dia menarik Duta Besar Indonesia untuk Brasil Toto Riyanto kembali ke Indonesia.
Pemberitaan lengkapnya sempat didokumentasikan BeritaSatu. Tidak hanya mencomot cuplikan wawancara Jokowi sehingga punya konteks berbeda, video ini juga memotong kata-kata orang nomor satu di Indonesia tersebut, sehingga konteks mengenai penarikan Duta Besar Indonesia untuk Brasil hilang sama sekali.
Sementara cuplikan kedua, kutipan pidato Jokowi yang berbunyi, "Ada 260 juta penduduk indonesia, asal untuk rakyat, asal untuk negara, saya pertaruhkan reputasi politik saya," adalah potongan dari arahan Presiden Jokowi pada Sidang Kabinet Paripurna, Istana Negara.
Kembali, ada penyelewengan konteks dari potongan video ini. Arahan presiden pada 18 Juni 2020 tersebut adalah mengenai penanganan COVID-19. Adapun pesan yang kuat dari Jokowi membuat cuplikan potongan video ini kerap disalahgunakan dalam beberapa video bermuatan hoaks lainnya.
Dua fakta ini Tirto dapatkan setelah mencari hasil transkrip kata-kata Jokowi ke mesin pencarian Google.
Video dilanjutkan dengan footage dari kompilasi latihan militer, mulai dari latihan menembak sampai dengan latihan operasi tank. Beberapa cuplikan video nampak ditampilkan berulang. Mayoritas cuplikan video berisikan aktivitas militer di lahan kosong sehingga mengindikasikan ini adalah latihan, bukan perang sesungguhnya.
Sementara narasi yang disampaikan berlangsung sampai menit 6.27. Tim Riset Tirto coba menyalin kalimat yang disampaikan oleh narator.
Di dalam narasinya terdapat satu informasi mengenai detail Rudal Trident yang dimiliki Inggris. Trident adalah sistem senjata nuklir Inggris. Informasi terkait hal ini dirangkum dari berbagai sumber media internasional yang diterjemahkan.
Kalimat tersebut coba kami telusuri dengan mesin pencari Google. Hasilnya mengarahkan ke sebuah artikel dari CNBC Indonesia tertanggal 6 Mei 2022 berjudul "Inggris Ancam Serang Balik Putin, Sudah Siapkan Senjata Ini".
Setelah membaca keseluruhan artikel didapatkan kemiripan isi artikel dengan informasi yang dibacakan narator. Semua informasi yang dibacakan sama dengan isi artikel dengan modifikasi, mengubah Rusia menjadi Indonesia dan Ukraina menjadi Australia.
Selain artikel tersebut ada dua artikel lain yang dimodifikasi dan dibacakan oleh narator. Artikel tersebut berasal dari CNBC Indonesia dan Republika. Modifikasi yang dilakukan juga serupa dengan mengganti subjek negara yang terlibat agar sesuai dengan narasi yang ingin disampaikan.
Lebih lanjut Tim Riset Tirto juga menelusuri akun yang mengunggah video tersebut. Akun Berita Harian kerap membagikan video bermuatan politik dan militer, termasuk sejumlah kalim serupa soal perang Indonesia dan Australia. Model videonya juga serupa yakni berisikan footage-footage yang kemudian diisi latar suara narator yang membacakan berita yang tidak terkait langsung atau dimodifikasi. Halaman Youtube ini punya 168 ribu subscribers.
Kesimpulan
Melihat modifikasi informasi dalam video dari pemberitaan media-media, bisa disimpulkan kalau klaim di media sosial mengenai Inggris ingin menghilangkan Indonesia dari peta dunia bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).
Faktanya saat ini Indonesia tidak sedang berperang dengan Australia sehingga keterlibatan Inggris yang bermaksud mendukung Negara Kangguru juga tidak ada landasannya. Selain itu narasi yang disampaikan pada video adalah pemberitaan mengenai perang Rusia dan Ukraina yang dimodifikasi subjeknya.
Editor: Farida Susanty