Menuju konten utama

Rupiah Melemah Karena Antisipasi Fed Fund Rate Naik

Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam beberapa hari terakhir ditengarai merupakan akibat dari antisipasi pasar terhadap rencana kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral AS

Rupiah Melemah Karena Antisipasi Fed Fund Rate Naik
Petugas menghitung pecahan Dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (12/8). Antara foto/Rivan Awal Lingga.

tirto.id - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam beberapa hari terakhir ditengarai merupakan akibat dari antisipasi pasar terhadap rencana kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral AS, The Fed.

"Saya rasa pasar sudah price in (menyesuaikan), price in itu sudah diantisipasi. Jadi kemarin rupiahnya Rp13.500, itu antisipasi Fed Fund Rate naik. Kalau naik ada pressure (tekanan) di rupiah," ujar Menteri Keuangan Periode 2013-2014 Chatib Basri usai menjadi pembicara dalam seminar "Tantangan Pengelolaan APBN Dari Masa Ke Masa" di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu, (30/11/2016) seperti dikutip dari Antara.

Menurut Chatib, pasar tidak pernah mau menunggu sampai suku bunga AS naik. Pasar selalu bekerja bahkan dari enam bulan sebelum kejadian.

"Jadi ketika dia lihat Trump menang, ada kemungkinan ekspansi fiskal, interest rate (suku bunga) akan naik, dia (investor) keluar," katanya.

Terkait dengan prediksi akan semakin banyaknya aliran modal keluar (capital outflow) dari Indonesia, Chatib menilai investor masih akan melihat tren suku bunga, apakah akan terus naik atau tidak.

"Dia akan lihat, tren naik terus atau tidak. Jadi yang keputusannya bukan hanya Desember, tapi akan terus atau tidak. Mungkin The Fed akan naik terus hingga 50 bps (basis poin) tahun depan," ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Rabu pagi turun dua poin menjadi Rp13.555 per dolar AS. Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan rupiah masih berada di area negatif dan permintaan dolar AS yang meningkat di akhir bulan menjadi salah satu faktor yang menahan laju rupiah.

"Permintaan dolar AS yang tinggi di akhir bulan serta masih adanya kekhawatiran soal demonstrasi diduga menjadi penyebab laju rupiah tertahan," katanya.

Kendati demikian, menurut dia, peluang rupiah kembali ke area positif masih terbuka seiring dengan pergerakan pasar saham dan surat utang yang mulai terapresiasi.

Analis dari PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong mengatakan rupiah bergerak di kisaran sempit karena pelaku pasar sedang menanti rilis data ekonomi domestik pada awal Desember.

Ia menambahkan inflasi yang berpotensi meningkat pada November 2016 menjadi salah satu faktor yang membuat pergerakan mata uang domestik masih tertahan.

Tingkat inflasi, ia melanjutkan, diproyeksikan masih relatif terjaga sehingga tidak menekan rupiah lebih dalam karena ada intervensi Bank Indonesia.

"Bank Indonesia yang masih melakukan intervensi di pasar akan menjaga rupiah bergerak stabil," katanya.

Baca juga artikel terkait NILAI TUKAR RUPIAH atau tulisan lainnya dari Mutaya Saroh

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Mutaya Saroh
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh