Menuju konten utama

Roy Keane, Romansa Masa Lalu, dan Ambisi Nottingham Forest

Roy Keane punya kenangan bagus sewaktu berseragam Nottingham Forest. Sebagai asisten pelatih, apakah ia bisa membantu Forest promosi ke Premier League pada akhir musim ini?

Roy Keane, Romansa Masa Lalu, dan Ambisi Nottingham Forest
Roy Keane. AP Photo/Tom Hevezi

tirto.id - Roy Keane meninggalkan Nottingham Forest pada 1993. Kala itu ia pergi dengan status pemain termahal di Inggris: Manchester United menggelontorkan uang 3,75 juta pound sterling untuk mendatangkan gelandang asal Irlandia tersebut. Tapi Keane ternyata tak pernah melupakan Forest. Sekitar 25 tahun setelah kepergiannya itu, ia kembali untuk menjadi asisten pelatih Martin O’Neill.

“Tentu, aku mempunyai kenangan bagus selama berkarier di sini sebagai pemain. Klub ini memberiku kesempatan dan aku tak akan pernah melupakannya,” kata Keane.

Keane mulai bermain untuk Forest pada 1990. Ia pergi saat klub sudah tidak bisa lagi diharapkan. Meski waktu itu masih dilatih oleh Brian Clough, pelatih legendaris Forest, performa mereka amat buruk. Tak terlihat sisa-sisa dari tim yang pernah menjadi juara liga pada 1977-78 atau tim yang pernah dua kali meraih gelar Piala Champions Eropa pada musim 1978-1979 dan 1979-1980.

Forest yang ditinggalkan Keane adalah klub pesakitan di Premier League: mereka terjerembab di jurang degradasi, berada di posisi juru kunci, dan hanya 10 kali menang dalam 40 pertandingan (saat itu peserta Premier League masih 22 tim).

Setelah musim yang menyakitkan itu, Forest terus-terusan menjadi klub semenjana. Setelah kembali ke Premier League pada musim 1994-1995 dan langsung finis di urutan ketiga, mereka kembali degradasi pada akhir musim 1998-1999. Dan sejak saat itu, Championship menjadi karib mereka hingga sekarang. O'Neill dan Keane lantas didatangkan Forest untuk mengubah peruntungan itu.

“Kami akan berusaha dengan baik. Aku sangat menghormati Martin [O’Neill] dan klub ini, dan semoga semuanya berjalan dengan baik.”

Pemain Favorit Brian Clough

Suatu ketika, sehabis Nottingham Forest kalah dalam gelaran Piala FA, Brian Clough naik darah. Dalam perjalanan menuju ruang ganti ia lantas menghantam wajah Roy Keane hingga gelandang bertenaga kuda itu tersungkur.

“Jangan mengumpan bola lagi ke arah kiper!,” teriak Clough ke arah Keane, setelah ia melayangkan pukulan. Keane kaget. Dipermalukan di depan orang banyak, ia juga sakit hati. Seketika ia merasa bahwa masa-masa indahnya bersama Brian Clough akan segera berakhir.

Namun, rasa kesal Keane terhadap tingkah laku bosnya itu ternyata hanya berlangsung sesaat. Menurut Nick Miller, dalam salah satu tulisannya di FourFourTwo, Keane menjadi satu-satunya anak kesayangan Clough pada musim 1992-1993. Ia tak pernah disalahkan lagi. Malahan, ketika rekan-rekannya suatu saat kena damprat, Clough justru mengatakan kepada Keane bahwa ia sangat mencintainya.

Selain itu, Clough juga pernah memaksa pemilik Forest untuk memperpanjang kontrak Keane berapa pun jumlah gaji yang ia minta.

“Keane seperti seorang anak kecil yang terbangun pada pagi Natal,” kata Clough, “dan ia akan menginginkan apel, jeruk, atau sekotak Smarties di dalam kaus kaki Natalnya. Ia akan selalu menginginkan lebih.”

Pada akhirnya Keane memang pindah ke Manchester United. Meski begitu, karena perlakuan Clough tersebut, Keane bisa dibilang jadi satu-satunya pemain yang seakan sedang mempertaruhkan hidup dan matinya pada musim terakhir dengan seragam Forest.

Ia kadang bermain sebagai gelandang, penyerang lubang, tapi lebih sering jadi pemain belakang. Meski posisinya tidak menentu seperti itu, ia masih mampu mencetak delapan gol, menjadi pencetak gol kedua terbanyak klub setelah Nigel Clough [13 gol]. Setelah mencetak gol, Keane juga seringkali melakukan selebrasi yang mampu melegakan para penggemar Forest: ia akan mencium logo Forest.

Dari sana, karier sepakbola Keane berlanjut di tangan Sir Alex Ferguson, manajer yang tak kalah flamboyan dari Brian Clough. Bersama Ferguson, karier sepakbola Keane mencapai kulminasi. Ia berhasil meraih macam-macam piala, dari gelar Premier League, Piala FA, hingga Liga Champions Eropa.

Meski demikian, saat disuruh untuk memilih Ferguson atau Brian Clough, Keane pernah menjawab, “Loyalitasku hanya untuk Brian Clough karena faktanya ia adalah pelatih yang mendatangkanku ke Inggris, memberiku pertandingan debut, dan aku selamanya akan berterima kasih untuk semua itu.”

Peluang Forest ke Premier Leauge

Musim ini Evangelos Marikanis, pemilik Forest, hanya punya satu ambisi: membawa Forest kembali ke Premier League. Melihat kondisi Forest sekarang ini, ambisi itu bukan tak mungkin menjadi nyata.

Forest saat ini berada di peringkat ke-9 Championship. Mengumpulkan 42 angka, anak asuh Martin O’Neill tersebut tertinggal 15 angka dari Leeds United yang saat ini berada di posisi pertama. Itu artinya, meski kesulitan mengejar promosi secara langsung, mereka masih bisa mengejar Premier League melalui babak play-off.

Saat ini mereka masih memiliki peluang besar untuk mengejar tim-tim yang berada di zona play-off (peringkat 3-6). Jarak mereka dengan Sheffield United, yang saat ini berada di posisi ketiga, hanya terpaut 9 angka. Sementara itu, jarak mereka dengan Derby Country, yang berada di peringkat keenam, hanya terpaut 4 angka.

Dengan 11 pertandingan sisa, apabila Forest mampu bermain baik di bawah duet Martin O'Neill dan Roy Keane, mereka seharusnya bisa finis di antara peringkat 3-6.

Lantas, apakah Martin O'Neill dan Roy Keane mampu membimbing Forrest mengincar tempat itu?

Keane dan Martin O’Neill jelas akan berusaha keras untuk mencapai target itu. Meski karier kepelatihan mereka belakangan ini mengalami penurunan, setidaknya dua orang tersebut mempunyai ikatan emosional dengan Forest. Sementara debut Keane di Inggris dimulai bersama Forest, karier terbaik Martin O'Neill sebagai pesepakbola juga terjadi sewaktu ia bermain untuk Forest dari 1971 hingga 1981.

Baca juga artikel terkait LIGA INGGRIS atau tulisan lainnya dari Renalto Setiawan

tirto.id - Olahraga
Reporter: Renalto Setiawan
Penulis: Renalto Setiawan
Editor: Rio Apinino