tirto.id - Rizal Ramli, ekonom senior yang pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman tutup usia di RC Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Selasa malam (2/1/2024). Pria kelahiran Padang, 10 Desember 1954 itu menghembuskan napas terakhir pada pukul 19.30 WIB akibat sakit.
Rizal yang semasa hidupnya dijuluki “sang penerobos” itu akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jeruk Purut, Jakarta Selatan, Kamis (4/1/2024). Informasi pemakaman itu ditulis di papan informasi di kediaman almarhum Rizal Ramli, Jalan Bangka IX, Kemang, Jakarta Selatan.
Kepergian Rizal Ramli pun dikenang para tokoh, salah satunya Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam), Mahfud MD, yang sama-sama pernah menjadi menteri di era pemerintahan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Mahfud mendoakan Rizal diterima di sisi Allah SWT.
“Saya sebagai sahabatnya ikut berduka, mengucapkan innalillahi wainailaihi rojiun, mudah-mudahan mendapat surga-Nya,” kata Mahfud, Selasa (2/1/2024).
Sebagai sahabat, Mahfud melihat Rizal Ramli sebagai teman berdebat sekaligus teman berjuang. Oleh karena itu, ia tidak memungkiri ada hal-hal yang mereka perjuangkan bersama, meski ada hal-hal lain yang berbeda pandangan.
“Dalam hal-hal yang sama kami gigih bersama, dalam hal-hal berbeda kami berdebat. Mudah-mudahan Anda mendapat surga-Nya, insyaallah,” ujar Mahfud.
Ucapan belasungkawa juga datang dari Kepala Staf Presiden (KSP), Moeldoko. Eks Panglima TNI itu mengenang Rizal Rampi sebagai sahabat yang baik dan selalu kritis terhadap kebijakan pemerintah.
“Saya secara pribadi mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya sahabat saya Bapak Rizal Ramli, semoga almarhum masuk surga,” kata Moeldoko dalam keterangan tertulis, Rabu (3/1/2024).
Moeldoko mengatakan Rizal Ramli adalah salah satu teman baiknya yang kerap melempar kritik positif.
“Beliau adalah teman dekat saya yang menyenangkan dalam diskusi dan tukar pandangan. Beliau selalu kritis, tetapi bagi saya itu adalah obat yang menyehatkan,” kata Moeldoko.
Kesan positif juga diungkapkan Ketua Umum DPP Partai Buruh, Said Iqbal. Ia ikut berduka atas kepergian Rizal Ramli. Said Iqbal bahkan menyebut Partai Buruh menilai Rizal adalah seorang pejuang dan negarawan sejati.
“Pejuang sejati yang tak lekang oleh hujan, tak terhapus oleh panas. Negarawan sejati. Hati dan pikirannya selalu diletakan di dalam hati rakyat Indonesia,” kata Said Iqbal dalam keterangan, Selasa malam.
Iqbal menilai Rizal sebagai tokoh merah putih sejati, baik di dalam maupun di luar pemerintahan. Ia menegaskan Partai Buruh berduka atas kepergiannya. “Indonesia bersedih kehilangan putra terbaiknya,” kata dia.
Rekam Jejak Rizal Ramli Semasa Hidupnya
Rizal Ramli semasa hidupnya dikenal sebagai salah satu tokoh yang malang melintang aktif di beragam organisasi. Ia merupakan alumni Jurusan Fisika Institut Teknologi Bandung (ITB). Selama di ITB, Rizal sudah aktif dalam sejumlah organisasi, seperti Presiden Student English Forum ITB hingga menjabat Wakil Ketua Dewan ITB pada 1976-1977.
Rizal juga kerap mengkritik pemerintahan Soeharto atau Orde Baru kala aktif di kampus. Ia bahkan sempat dipenjara saat era Orde Baru. Dalam wawancara dengan Pikiran Rakyat, Rizal mengaku takut meskipun menawarkan gagasan demokratis dan menentang sistem korupsi, kolusi, dan nepotisme kala itu.
Meskipun sempat dipenjara, Rizal tetap belajar. Ia mengenyam pendidikan ekonomi hingga mendapat gelar doktor ekonomi dari Universitas Boston pada 1990. Usai kembali dari luar negeri, bapak dari tiga anak ini mendirikan lembaga kajian ekonomi Econit Advisory Group bersama kolega ekonom lain. Ia kerap mengkritisi kebijakan pemerintah Soeharto mulai dari mobil nasional, Freeport hinga masalah pupuk.
Kritik demi kritik yang dilontarkannya membuat dia diperhitungkan. Ia sempat ditawari untuk menjadi Ketua Badan Pemeriksa Keuangan oleh Presiden Soeharto, tetapi ditolak.
Rizal baru merapat ke pemerintahan dengan menjadi Dirut Badan Urusan Logistik (Bulog) pada era Presiden Gus Dur. Masuknya Rizal kala itu diharapkan dapat membenahi tata kelola dan organisasi Bulog yang buruk serta mengembalikan kepercayaan rakyat untuk bebas dari KKN.
Kepercayaan Gus Dur kepada Rizal tak berhenti di situ. Rizal juga dipercaya oleh Gus Dur sebagai Menko Perekonomian serta Menteri Keuangan dalam kurun waktu 15 bulan. Dalam tiga jabatan tersebut, beragam terobosan dilakukan Rizal Ramli.
Di Bulog, Rizal menghapus rekening off-budget menjadi on-budget yang memicu surplus besar di Bulog. Ia juga merestrukturisasi Bulog dari ratusan rekening menjadi 9 rekening. Ia juga merestrukturisasi organisasi menjadi perusahaan umum.
Saat menjadi Menko Perekonomian, seusai menjadi Kabulog, Rizal mendorong penghapusan cross-ownership dan cross-management antara PT Telkom dengan PT Indosat. Ia juga memiliki prestasi menyelamatkan BII (sekarang Nobu Bank) tanpa menggelontorkan suntikan dana. Ia juga menyelamatkan PLN dari kebangkrutan yang minus Rp9 triliun kala itu menjadi surplus Rp119,4 triliun.
Ia juga melobi substansi Letter of Intent sesuai arahan International Monetary Fund (IMF) di masa lalu.
Rizal yang juga aktif dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Di era ini, Rizal merestrukturisasi 14 ribu utang UMKM dengan angka pinjaman di bawah Rp5 miliar pada Oktober 2000. Berkat Rizal, UMKM bisa memperoleh pemotongan bunga atas pinjaman hingga 50 persen jika mau melunasi pinjaman.
Akan tetapi, karier Rizal Ramli di pemerintahan berakhir setelah Gus Dur dilengserkan. Selama pemerintahan Megawati Soekarnoputri, ia menepi. Di era SBY, ia akhirnya mendapat amanah sebagai komisaris utama di BUMN, antara lain PT Semen Gresik dan BNI.
Pada 2007 (era Presiden SBY), Rizal menggabungkan sejumlah perusahaan seperti pabrik semen Tonasa dan Padang di bawah nama Semen Gresik. Penggabungan BUMN semen itu meningkatkan laba bersih perusahaan hingga Rp1,8 triliun.
Meski demikian, Rizal Ramli tetap kritis terhadap pemerintahan SBY kala itu. Misalnya, ia mendorong agar pemerintah SBY menuntut PT Exxon karena dinilai mencuri Blok Cepu. Blok Cepu yang sebelumnya milik PT Pertamina dijual ke perusahaan Australia yang berujung pindah-tangan ke PT Exxon.
Salah satu kritik yang paling diingat publik di era SBY adalah kritik bailout Bank Century. Ia bersama ekonom senior, Kwik Kian Gie, menolak rencana bailout Bank Century yang akhirnya disidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Kala itu, Rizal menilai KSSK sebaiknya menutup Bank Century daripada melakukan bailout dengan dalih Capital Adequacy Ratio Bank Century hanya 2,3 persen. Angka itu lebih rendah daripada standar yang dipatok, yakni 8 persen.
Konsistensi kritik Rizal kepada pemerintah juga akhirnya membuat Presiden Jokowi tertarik menariknya ke kabinet. Rizal menggantikan Indroyono Soesilo yang menjabat sebagai Menko Kemaritiman di Kabinet Kerja Jokowi-JK. Ia sebelumnya sempat ragu dengan permintaan Jokowi karena bukan bidangnya.
Akan tetapi, Jokowi disebut menyetujui permintaan Rizal Ramli dengan mengubah Kementerian Koordinator Kemaritiman menjadi Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya Republik Indonesia.
Selama memimpin Kemenko Kemaritiman, Rizal Ramli dikenal dengan istilah Rajawali Kepret. Dalam tulisan petinggi Kompas, Budiarto Shambazy, ia merangkum aksi “kepretan” tersebut. Pertama, Rizal Ramli mengkritisi pembelian pesawat Garuda dalam jumlah besar. Ia juga melakukan manuver proyek kelistrikan untuk memenuhi target 35 ribu megawatt Jokowi-JK kala itu.
Atas sikapnya itu, Rizal tidak bertahan lama di kabinet. Jokowi mengganti Rizal Ramli dengan Luhut Binsar Pandjaitan yang saat itu menduduki kursi Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan. Ia resmi tidak menjabat menteri per 27 Juli 2016.
Setelah tidak lagi menjadi pejabat, Rizal kembali aktif mengkritik pemerintahan Jokowi. Ia beberapa kali berkumpul dengan para tokoh lain, seperti Amien Rais. Ia juga sempat kena hoax dijerat 10 tahun penjara akibat mencaci-maki presiden.
Kini, ayah dari Dhitta Puti Saraswati, Dipo Satria Latief, dan Daisy Orlana Ramli ini akan bertemu dua istrinya yang sudah mendahuluinya, yakni Herawati Moelyono yang meninggal 2006 dan Marijani atau Liu Siaw Fung yang meninggal pada 2011.
Selamat jalan Rajawali Kepret dan Sang Penerobos, semoga amal ibadahmu diterima di sisi-Nya.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz