tirto.id - Rizal Ramli meninggal dunia pada Selasa (2/1/2024) pukul 19.30 WIB di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Profil dan sepak terjang pakar ekonomi yang pernah beberapa kali menjabat menteri ini menarik untuk dicermati, bahkan hingga menjelang wafatnya.
Kabar wafatnya Prof. Dr. Ir. H. Rizal Ramli, MA. disampaikan oleh stafnya, Tri Wibowo, melalui pesan yang diterima oleh media.
"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Telah berpulang, bapak/kakek/mertua kami, Rizal Ramli pada tanggal 2 Januari 2024 pukul 19.30 WIB di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo,” demikian isi pesan tersebut.
"Kami segenap keluarga memohon maaf jika ada kesalahan beliau selama hidupnya," lanjutnya.
Profil Rizal Ramli: Pernah Dipenjara Orde Baru
Rizal Ramli dilahirkan di Padang, Sumatera Barat, tanggal 10 Desember 1954. Sang ibunda yang berprofesi sebagai guru sudah wafat saat Rizal Ramli berusia 7 tahun. Sementara ayahnya adalah seorang pejabat desa dengan jabatan asisten wedana.
Rizal kecil tak berlama-lama di ranah Minang. Ia diasuh dan tinggal di rumah neneknya di Bogor, Jawa Barat, sejak usia sekolah dasar (SD). Rizal Ramli menamatkan pendidikan dasar dan menengahnya di Bogor.
Lulus dari SMA, Rizal Ramli diterima di Institut Teknologi Bandung (ITB) meskipun ia harus susah payah sembari bekerja di sebuah percetakan untuk membayar kuliah. Selain itu, Rizal Ramli juga mencari tambahan uang dengan menerjemahkan buku-buku atau makalah berbahasa Inggris.
Rizal Ramli terkenal aktif dan vokal semasa kuliah di Jurusan Fisika ITB. Ia terpilih sebagai Presiden Student English Forum (SEF) ITB, kemudian Wakil Ketua Dewan Mahasiswa (Dema) ITB dari tahun 1976 hingga 1977.
Sikap berani Rizal Ramli memang sudah terpatri sejak muda. Bahkan, dikutip dari buku Menentang Tirani: Aksi Mahasiswa '77/'78 (2000) karya Edy Budiyarso, pada 1978 Rizal Ramli dipenjara selama 15 bulan lantaran suara lantangnya terhadap rezim Orde Baru pimpinan Presiden Soeharto.
Presiden Soeharto akhirnya menawari kursi menteri di Kabinet Pembangunan VII kepada Rizal Ramli. Namun, tawaran tersebut ditolaknya.
Rizal Ramli menyunting Herawati Moelyono pada 1982. Setelah sang istri wafat pada 2006, ia menikah untuk kedua kalinya pada 2008 dengan Marijani, yang kemudian meninggal dunia pada 2011.
Sepak Terjang Rizal Ramli Hingga Wafatnya
Nyali tinggi Rizal Ramli justru mengantarkannya duduk di kursi menteri dalam pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid atau Gus Dur, Presiden RI ke-4 yang mulai menjabat setelah Reformasi 1998, tepatnya sejak 20 Oktober 1999.
Rosihan Anwar dalam buku Semua Berawal dengan Keteladanan: Catatan Kritis (2007) mengungkapkan bahwa Gus Dur tahu Rizal Ramli adalah orang yang nekat, berkeras hati.
Pada 23 Agustus 2000, Presiden Gus Dur menunjuk Rizal Ramli sebagai Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri menggantikan Kwik Kian Gie.
Kemudian sejak 12 Juni 2001, masih dalam pemerintahan Gus Dur, Rizal Ramli menjabat sebagai Menteri Keuangan meskipun hanya bertahan sampai 23 Juli 2001.
Sebelum jadi menteri, Rizal Ramli oleh Presiden Gus Dur terlebih dulu dipercaya menempati posisi penting sebagai Kepala Badan Urusan Logistik (Kepala Bulog) pada 2000-2001.
Bahkan, Gus Dur sebelumnya menyediakan posisi Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) serta Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, namun ditolak oleh Rizal Ramli.
Rizal Ramli juga pernah menampik jabatan sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Economic & Social Commission of Asia and Pacific (ESCAP) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 2013.
Kendati begitu, Rizal Ramli pernah dipercaya sebagai anggota tim panel penasihat ekonomi PBB bersama beberapa tokoh ekonom dari berbagai negara lainnya.
Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Rizal Ramli beberapa kali dipercaya sebagai Komisaris Utama BUMN, di antaranya di PT. Semen Gresik dan Bank Nasional Indonesia (BNI).
Rizal Ramli kembali ke pemerintahan usai Joko Widodo (Jokowi) terpilih sebagai presiden hasil Pemilu 2014. Presiden Jokowi menunjuknya untuk menempati posisi sebagai Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya pada 12 Agustus 2015 di Kabinet Kerja.
Namun, sejak 27 Juli 2016, lulusan Universitas Sophia (Jepang) dan Universitas Boston (Amerika Serikat) ini tidak lagi duduk di kabinet. Bahkan, setelah itu, Rizal Ramli menjadi salah satu orang yang paling keras mengkritik kebijakan pemerintahan Presiden Jokowi, terutama dalam bidang keuangan.
Rizal Ramli mempertahankan prinsip serta konsistensi dengan gaya khas yang keras dan berani hingga akhir hayatnya.
Editor: Agung DH