tirto.id - Gubernur Jawa Barat (Jabar) M Ridwan Kamil mengatakan Pemprov Jabar akan melatih kreativitas anak di pedesaan dengan ilmu teknologi informasi terkini agar bisa menguasai ekonomi kreatif seperti seorang influencer salah satunya, Atta Halilintar.
"Sekarang itu ada ekonomi kreatif yang namanya konten [di media sosial]. Itu ada yang namanya Youtuber seperti Atta Hallintar dan Youtuber lainnya. Itu adalah contoh anak muda yang meraih kesejahteraan, kemakmuran dari kreativitas," kata Gubernur Emil seusai menjadi narasumber pada Indonesia Creative Cities Festival di Kota Ternate, Maluku Utara, Kamis (5/9/2019).
Ia memberi contoh dengan kreativitas dan pemanfaatan teknologi informasi ada tiga anak desa asal Jawa Tengah (Jateng) yang berhasil membuat konten di sosial media hingga dibuatkan sebuah program acara di salah satu televisi swasta nasional.
"Itu kan luar biasa, tinggal dilatih di semua desa-desa. Kemudian dengan teknologi desa digital bisa upload sehingga disukai dan jumlah konten banyak dan variatif sehingga ada poin income. Ujung-ujung kalau berhasil seperti Atta Hallintar," kata dia.
Poin utama melatih anak-anak di pedesaan seperti Atta Halilintar, kata dia, ialah membangun kreativitas generasi muda dengan memanfaatkan konten di media sosial hingga menghasilkan pendapatan luar biasa.
"[Yang melatih anak-anak desa] sudah ada, kita ada kerja sama dengan Hello Motion. Itu sekolah animasi dan film, nanti kalau sudah launching saya kabarin ya," kata dia.
Atta Halilintar, salah satu YouTuber terpopuler di Indonesia, yang sempat ditolak oleh warganet di Twitter. Pasalnya, influencer dengan 18 juta pengikut YouTube ini berkicau di Twitter pada 30 Juli 2019. Cuitan itu adalah unggahan pertama Atta setelah 16 Agustus 2017.
Cuitan Atta Halilintar sempat ditolak oleh warga Twitter. Mereka menganggap gaya hidup mewah yang sengaja ditunjukkan sang bintang tak cocok dengan warga Twitter. Mereka pun ramai-ramai memblokir Atta dari Twitter.
Atta Halilintar sering membuat konten gaya hidup yang isinya ringan dan santai. Maka penolakan yang terjadi di Twitter terhadap Atta ini sangat mungkin terjadi menurut suatu riset, cuitan di Twitter lebih mengajak orang untuk berpikir dan beradu pendapat.
Namun, yang menarik dari riset ini, unggahan di Instagram ternyata lebih banyak mendapat perhatian daripada cuitan di Twitter.
Penulis: Maya Saputri
Editor: Agung DH