Menuju konten utama

RI Disebut Bisa Jadi Salah Satu Hot Spot Virus Corona Asia Tenggara

Indonesia disebut bisa menjadi salah satu hot spot virus corona di Asia Tenggara karena lambatnya penanganan.

RI Disebut Bisa Jadi Salah Satu Hot Spot Virus Corona Asia Tenggara
Sejumlah warga antre sembako di gedung Baznas Kabupaten Bogor, Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Senin (20/4/2020). ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/hp.

tirto.id - Jumlah infeksi coronavirus di Asia Tenggara meningkat cepat dalam beberapa minggu terakhir, termasuk Indonesia. Peningkatan ini menimbulkan kekhawatiran para ahli di mana wilayah tersebut dapat berubah menjadi hot spot penyakit dari virus corona yang cepat menyebar.

Data Johns Hopkins University mencatat, wilayah ini secara keseluruhan telah melaporkan lebih dari 28.000 kasus pada Minggu (19/4/2020).

Secara kolektif, Indonesia, Filipina, Malaysia, dan Singapura menyumbang 87,9 persen dari total kasus yang dilaporkan di Asia Tenggara.

Para ahli kebanyakan memilih Indonesia dan Filipina sebagai negara yang paling dikhawatirkan karena populasinya yang besar.

Worldometer melaporkan, Indonesia, yang memiliki populasi terbesar keempat di dunia dengan lebih dari 270 juta penduduk, telah melakukan sekitar 42.000 tes secara total, di mana setara dengan 154 tes per juta orang, dan itu salah satu jumlah terendah secara global.

Seperti dilansir CNBCyang mengutip Reuters, Senin (20/4/2020), pemerintah Indonesia menyatakan, mereka bertujuan untuk melakukan 10.000 tes kit per hari dan memperkirakan bahwa infeksi virus corona bisa mencapai 95.000 ketika tes sedang meningkat.

Sementara di Filipina, Presiden Rodrigo Duterte pekan lalu menyetujui pengadaan 900.000 lebih test kit, selain 100.000 yang sudah digunakan.

Pemerintah Filipina telah menerapkan langkah-langkah lockdown yang ketat, tetapi mengatakan pemodelannya sendiri mengindikasikan bahwa 75 persen infeksi atau sekitar 15.000 orang belum terdeteksi.

Infeksi virus corona dapat melonjak di Indonesia

Indonesia melaporkan kasus pertama COVID-19 pada awal Maret, dan itu mengejutkan banyak pengamat mengingat hubungan ekonomi yang dekat antara Indonesia dengan Cina dan kota Wuhan, tempat virus pertama kali muncul.

Sebaliknya, negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia mulai mengidentifikasi kasus pada awal Januari dengan beberapa orang yang terinfeksi mengalami gejala setelah mengunjungi Indonesia.

Selain keterlambatan dalam pengujian, pemerintah yang dipimpin Presiden Joko Widodo menurut laporan Reuters, telah mendapat kecaman karena tidak menerapkan lockdown nasional dan tidak melarang perjalanan domestik.

Namun, Presiden Jokowi telah mengizinkan otoritas lokal di ibu kota Jakarta dan daerah lain untuk menerapkan langkah-langkah lockdown.

"Tampaknya Jokowi telah memprioritaskan menjaga ekonomi daripada mencegah penyebaran virus karena ia khawatir legitimasinya dan memegang kekuasaan mungkin berisiko," kata Peneliti Pusat Studi Pertahanan dan Strategi Universitas Nasional Australia Bradley Wood.

Jutaan orang Indonesia biasanya bepergian ke seluruh daerah untuk kembali ke kampung halaman mereka pada akhir bulan Ramadhan yang diakhiri dengan pertemuan sejumlah anggota keluarga dan kerabat.

Hal itu dapat mengakibatkan satu juta infeksi pada bulan Juli di Jawa, pulau terpadat di Indonesia dan rumah bagi ibu kota Jakarta, lapor Reuters yang dikutip CNBC.

Dalam laporannya disebutkan bahwa minggu lalu Doni Monardo, yang memimpin satuan tugas Covid-19 Indonesia mengatakan, hanya para penganggur yang diizinkan untuk bepergian dan mereka harus menjalani karantina 14 hari dan menekankan bahwa mereka memiliki peluang lebih tinggi untuk tetap berada di luar kota.

Sementara penghitungan wilayah masih jauh dari ratusan ribu yang terlihat di AS dan beberapa negara Eropa, beberapa studi menunjukkan bahwa puluhan ribu infeksi lainnya tidak dapat terdeteksi karena tingkat pengujian yang rendah di negara-negara seperti Indonesia dan Filipina.

Sedangkan itu di Singapura, kasus telah melonjak secara dramatis dalam dua minggu terakhir, dengan kelompok infeksi baru ditemukan di antara pekerja migran yang tinggal di asrama padat, bahkan ketika penanganan wabah oleh pemerintah pada suatu waktu dipuji secara internasional sebagai model untuk diikuti oleh orang lain.

"Faktanya adalah kasus-kasus telah meningkat di sini di Asia Tenggara," ujar Simon Tay, ketua lembaga think tank Lembaga Hubungan Internasional Singapura pada CNBC.

Tay mengatakan, pemerintah harus bertindak cepat untuk mengatasi wabah tersebut.

“Kita harus bertindak. Angka pengujian Filipina, angka pengujian Indonesia terlalu rendah,” tambahnya.

Kapasitas untuk menguji coronavirus sangat bervariasi di seluruh Asia Tenggara. Singapura adalah salah satu yang teratas secara global dengan 16.203 tes per juta orang, sementara Myanmar berada di posisi terbawah dengan hanya 85 tes per juta orang dalam populasi, demikian Worldometer.

Baca juga artikel terkait CORONA DI INDONESIA atau tulisan lainnya dari Dewi Adhitya S. Koesno

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Dewi Adhitya S. Koesno
Editor: Agung DH