tirto.id - Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK) Siti Nurbaya Bakar menjawab soal permasalahan kualitas udara Jakarta yang buruk. Ia menilai, kualitas udara Jakarta yang buruk berdasarkan penilaian metode swasta yang bisa saja berbeda dengan penilaian pemerintah.
“Itu, kan, hasil monitoring analisis pakai metode tertentu dari swasta, istrumen ada alat yang dia pakai," kata Siti Nurbaya usai rapat sidang kabinet terbatas di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (20/6/2022).
Politikus Partai Nasdem itu menambahkan, “Saya tidak bermaksud untuk membela diri, tetapi kita lihat dari metode yang biasa dipakai.”
Siti Nurbaya menuturkan, hasil analisis di waktu yang sama tidak serta-merta sama dengan hasil analisis sebagaimana kualitas udara buruk yang disampaikan. Ia justru menilai Jakarta berada di peringkat ke-44. Oleh karena itu, perlu melihat indikator dan metode penilaian diikuti tindak lanjut jika ingin berbicara soal kualitas udara Jakarta yang baru.
“Jadi sebetulnya buat saya itu hanya ukuran dan indikator dan kita paling penting adalah kita lihat metodenya apa sih yang dipakai. Selain itu apa tindak lanjutnya. Itu yang paling penting," kata Siti Nurbaya.
Publik kembali diramaikan soal posisi Jakarta yang menempati ranking pertama kualitas udara terburuk se-dunia. Hal tersebut berdasarkan catatan IQ Air yang menunjukkan AQI US Jakarta berada di angka 196 atau masuk kategori udara tidak sehat. Di peringkat kedua ada Santiago, Chile dengan AQI US 180 dan Dubai, Uni Emirat Arab dengan AQI US di angka 161.
Status kualitas udara Jakarta tercatat buruk tidak hanya hari ini saja. Berdasarkan informasi yang dihimpun, kualitas udara Jakarta sudah buruk dalam 4 hari terakhir.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz