Menuju konten utama

Rencana Harga BBM Pertalite Naik, Ini Kata Menteri ESDM

Pemerintah masih membahas dan menggodok terkait rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite.

Rencana Harga BBM Pertalite Naik, Ini Kata Menteri ESDM
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif (kiri) memberikan paparannya saat mengikuti Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (9/8/2022). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/foc.

tirto.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif mengatakan rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite saat ini sedang digodok oleh pemerintah. Dia menjelaskan pembahasan masih dikoordinasikan di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

"Lagi dibahas, masih di koordinasi di Pak Airlangga," kata dia saat ditemui di Kompleks MPR/DPR, Jakarta, Selasa (16/8/2022).

Arifin mengatakan, keputusan mengenai kenaikan harga Pertalite pun masih harus menunggu revisi Peraturan Presiden (Perpres) 191/2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran BBM. Dia berharap Perpres tersebut selesai pada bulan ini.

"[Bulan ini] mudah-mudahan. Karena harus sosialisasi dulu," ungkapnya.

Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia memberi sinyal kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi terjadi dalam waktu dekat. Kenaikan ini merespon tingginya harga minyak mentah Indonesia atau ICP yang melonjak mencapai 105 dolar AS per barel di Juli 2022.

"Sampaikan kepada rakyat bahwa rasa-rasanya sih untuk menahan terus dengan harga BBM seperti sekarang, feeling saya harus kita siap-siap kalau katakanlah kenaikan BBM itu terjadi," kata Bahlil di Kantornya, Jakarta, Jumat (12/8/2022).

Bahlil mengatakan, saat ini harga minyak mentah Indonesia sudah meningkat jauh dari proyeksi APBN tahun ini. Di mana harga minyak ditetapkan berkisar 63 dolar AS - 70 dolar AS per barel. Dalam hitungannya, jika hari ini minyak mentah 100 dolar AS per barel saja, maka pemerintah menanggung beban subsidi hingga Rp600 triliun.

"Karena Rp600 triliun, Rp500-600 sama dengan 25 persen total pendapatan APBN kita dipakai untuk subsidi. Dan ini menurut saya agak tidak sehat jadi mohon pengertian baiknya," kata Bahlil.

Baca juga artikel terkait KENAIKAN BBM atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin