tirto.id - Realisasi pembiayaan utang menyentuh Rp1.065,1 triliun per November 2020. Angka ini naik 140,2 persen dari pembiayaan utang November 2019 yang mencapai Rp443,4 triliun.
Berdasarkan realisasi ini, pemerintah telah merealisasikan 87,3 persen utang dari target Rp1.220,5 triliun (Perpres 72/2020). Utang sebesar ini diperlukan guna menutup defisit APBN 2020 yang mencapai Rp1.039,2 triliun atau setara 6,34 persen PDB.
“Pembiayaan utang berjalan sesuai rencana dan likuiditas (di pasar) cukup,” ucap Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam konferensi pers virtual APBN KITA, Senin (21/12/2020).
Jika dirinci pembiayaan utang per November 2020 ini hampir seluruhnya diperoleh dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) netto. Angkanya mencapai Rp1.044,3 triliun atau setara 89 persen dari target Rp1.173,7 triliun (Perpres 72/2020).
Realisasi penerbitan SBN ini melampaui perencanaan awal di APBN 2020 semula senilai Rp389,3 triliun. Di saat yang sama, realisasi Rp1.044,3 triliun per November 2020 mencatatkan kenaikan penerbitan SBN hingga 124,5 persen dari realisasi periode yang sama di tahun 2019 Rp465,1 triliun.
Pembiayaan utang November 2020 juga ditopang penarikan pinjaman (neto) oleh pemerintah. Realisasi per November 2020 mencapai Rp20,8 triliun atau 44,6 persen dari target Rp46,7 triliun (Perpres 72/2020).
Selain itu, pemerintah juga berupaya menutupi kebutuhan pembiayaan dengan menjalin kerja sama dengan Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Bersama Menkeu dan Gubernur BI. Salah satunya disepakati pada Juli 2020 yang memungkinkan BI membeli SBN pemerintah sekaligus menanggung bunganya. Dengan demikian pemerintah dapat memperoleh dana secara gratis.
Realisasinya mencapai Rp397 triliun atau setara 100 persen dari yang disepakati. Keperluan Rp397 triliun ini ditujukan urusan public goods seperti kesehatan sampai perlindungan sosial alias bansos.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Abdul Aziz