Menuju konten utama

Reaksi Dunia Soal Hasil Pilpres Amerika 2020: Rusia, Cina dan Iran

Reaksi dan komentar Rusia, Cina, Iran hingga Inggris terkait hasil Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2020.

Reaksi Dunia Soal Hasil Pilpres Amerika 2020: Rusia, Cina dan Iran
Ilustrasi pemilihan Presiden Amerika Serikat. [Foto/Reuters/Hans Deryk)

tirto.id - Hasil pemilihan presiden Amerika Serikat menunjukkan Joe Biden dari Partai Demokrat unggul sementara atas petahana Donald Trump dari partai Republik menurut data Jumat (6/11/2020) pukul 08.00 WIB.

Tak hanya warga negara Amerika Serikat yang menunggu hasil Pilpres AS ini. Dunia internasional juga menunggu hasil jajak pendapat yang hingga kini belum mencapai batas minimal suara yakni 270 electoral votes.

Suara masih dihitung di lima negara bagian yang menjadi medan pertempuran penting dalam pemilihan AS 2020. Belum jelas apakah Trump atau mantan Wakil Presiden Joe Biden yang memimpin negara adidaya ini untuk empat tahun ke depan.

Berikut reaksi dunia terkait hasil sementara di Pilpres Amerika Serikat 2020:

Rusia

Moscow belum mengeluarkan tanggapan resmi terkait hasil pemilihan presiden Amerika Serikat. Namun Konstantin Kosachev, sekutu Putin yang memimpin komite urusan luar negeri untuk menahan diri dalam menanggapi hasil Pilpres AS.

Dikutip dari Time, hal ini untuk menghindari tuduhan turut campur tangan dalam Pemilu 2020, seperti yang pernah terjadi saat Pilpres Amerika Serikat 2016.

"Lebih baik bagi Rusia untuk menunggu hasil yang resmi, sehingga yang kalah tidak akan menggunakan klaim campur tangan asing, kata Kosachev.

Cina

Belum adanya pemenang yang jelas dari pemilihan Presiden AS, Beijing mengambil pendekatan menunggu dan melihat sambil bersiap menghadapi tantangan berat dan jangka panjang terkait hubungan AS-hina, tidak peduli siapa yang memenangkan pemilihan presiden, menurut pengamat.

Dikutip dari South China Morning Post, Beijing berusaha menghindari kontroversi yang membayangi terkait penghitungan suara yang berkepanjangan di AS.

Hubungan AS-Cina di bawah Pemerintahan Trump, ditandai dengan bentrokan perdagangan, teknologi dan diplomasi internasional.

Ketika ditanya apakah Cina memiliki preferensi untuk Biden atau Trump, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Wang Wenbin mengatakan bahwa pemilihan Presiden AS adalah urusan dalam negeri Amerika dan Cina tidak memiliki sikap terkait masalah tersebut.

Terlepas dari itu, Shi Yinhong, akademisi dari Renmin University of China mengkritisi para akademisi di Cina yang menganggap Biden dapat mengalahkan Trump dengan mudah.

Kinerja Trump yang lebih kuat dari perkiraan menunjukkan bahwa "kebijakannya, dan mungkin juga gaya pribadinya, didukung oleh setidaknya setengah dari orang Amerika", katanya.

"Saya benar-benar mengatakan kemarin bahwa kita harus memberikan cukup ruang untuk kejutan [ketika berbicara tentang hasil pemilu].”

Sebelumnya Zhu Feng, direktur Institute of International Studies di Nanjing University mengatakan ini merupakan pukulan bagi para sarjana studi Amerika Cina, yang gagal memahami apa yang terjadi pada AS di bawah Trump.

“Tampaknya Trump memiliki peluang untuk memenangkan pemilu daripada Biden, yang menjadi bukti semakin pentingnya politik identitas di AS saat ini, "katanya.

"Bertentangan dengan apa yang mungkin dipikirkan orang Cina, orang Amerika tidak terlalu peduli dengan kualitas moral dan etika Trump. Mereka memilih Trump dan pemerintahan sayap kanannya karena itulah Amerika yang mereka inginkan."

Iran

Hubungan Washington dengan Iran telah lama tegang, dan semakin memburuk setelah pembunuhan komandan militer tertinggi Iran dalam serangan udara AS pada bulan Januari.

Pada hari Selasa (3/11/2020), pemimpin tertinggi Iran Ali Khamenei mengatakan dalam sebuah cuitan bahwa hasil pemilu AS "tidak akan mempengaruhi kebijakan kami terhadap AS".

Khamenei menambahkan dalam cuitannya bahwa “situasi saat ini membuktikan kemerosotan sipil, politik dan moral di AS — sesuatu yang telah diakui oleh para pemikir di Amerika Serikat.”

Inggris

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson yang memiliki hubungan dekat dengan Presiden Trump menolak mengomentari hasil pemilu pada Rabu pagi.

“Sebagai pemerintah Inggris, kami tidak ingin berkomentar tentang proses demokrasi dari teman dan sekutu kami,” katanya.

Kanada

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan kepada wartawan pada Selasa (3/11/2020) bahwa Kanada dalam posisi siap untuk terus bekerja dengan rakyat Amerika dan pemerintah Amerika, terlepas dari hasil pemilihan.

Namun, tidak semua politisi Kanada setuju. "Trump membuat dunia menjadi tempat yang lebih berbahaya bagi kita semua," kata Jagmeet Singh, pemimpin New Democratic Party.

Eropa

Di Jerman, Annegret Kramp-Karrenbauer, menteri pertahanan, menyebut ketidakpastian di AS sebagai "situasi yang sangat eksplosif"

“Ini adalah situasi yang sangat eksplosif, situasi yang menurut para ahli dapat menyebabkan krisis konstitusional di Amerika Serikat. Dan itu adalah sesuatu yang tentunya harus menjadi perhatian besar kami secara keseluruhan," katanya.

Sementara Uni Eropa masih menunggu hasil pemungutan suara dan pengumuman resmi pemenang Pilpres 2020.

Baca juga artikel terkait PILPRES AMERIKA SERIKAT atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Politik
Penulis: Yantina Debora
Editor: Agung DH