tirto.id - Menteri Dalam Negeri Perancis, Christophe Castaner menyatakan hampir seribu orang ditangkap di Paris, Perancis dalam demonstrasi rompi kuning. Castaner menambahkan, akibat aksi tersebut, 135 orang terluka termasuk 17 polisi.
Sebagaimana diwartakan VOA pada Sabtu (8/12/2018), Castaner memperkirakan demo tersebut melibatkan sekitar 10 ribu orang yang turun ke jalan-jalan di Paris, ditambah 125 ribu orang dari seluruh dunia.
Castaner memastikan demonstrasi "bisa terkendali" meskipun ia menyebut ada sejumlah tindakan demonstran yang "benar-benar tidak dapat diterima".
Polisi Perancis mengendarai kendaraan lapis baja menembakkan gas air mata ke arah demonstran yang mengenakan rompi kuning di Champs-Elysees. Para demonstran memprotes biaya hidup tinggi di Perancis.
Akibat demonstrasi ini, pemerintah setempat menutup beberapa lokasi wisata seperti Menara Eiffel dan destinasi wisata di sekitarnya. Pemerintah juga mengerahkan puluhan ribu petugas keamanan untuk mengamankan aksi.
Banyak toko di Paris tutup sebelum demonstrasi yang digelar pada Sabtu pekan ini. Mereka mengantisipasi penjarahan dan perusakan toko. Polisi juga menutup jalan-jalan utama di kota.
Meski begitu, Castaner menyebut para demonstran tetap menjarah dengan memecah jendela toko. Mereka juga melawan petugas yang mengamankan toko-toko itu.
Pemerintah meningkatkan jumlah polisi untuk mengamankan aksi, dari yang sebelumnya 65 ribu personel menjadi 89 ribu. Akhir pekan lalu, demonstrasi menentang kenaikkan pajak itu berakhir ricuh dan mengakibatkan 130 orang terluka.
Presiden Emmanuel Macron melakukan kunjungan mendadak pada Jumat (7/12/2018) pada para petugas keamanan untuk mengucapkan terima kasih karena mereka telah mengamankan aksi.
Selain menentang kenaikan harga BBM, aksi massa tersebut menyalurkan kemarahan akibat kebijakan Macron mengenai pajak lingkungan transportasi yang mencemari lingkungan.
Pemerintah Macron menaikkan pajak hidrokarbon tahun ini sebesar 7,6 sen per liter pada solar dan 3,9 sen pada bensin. Hal tersebut dilakukan sebagai bagian dari kampanye untuk mobil berbahan bakar bersih.
Perdana Menteri Perancis Edouard Philippe menyatakan pada perwakilan gerakan rompi kuning, pemerintah akan mengatasi kekhawatiran demonstran soal meningkatnya biaya hidup.
"Presiden akan berbicara dan mengusulkan langkah-langkah dalam dialog bersama," ujar Philippe seperti dikutip VOA.
Menteri Dalam Negeri Castaner sempat menuduh Marine Le Pen, pemimpin partai sayap kanan Perancis Front National, sebagai biang keladi terjadinya unjuk rasa tersebut.
Sikap main tuduh itu dikritik oleh Jean-Luc Melenchon dari partai sayap kiri La France Insoumise. Menurut Melenchon, unjuk rasa ini merupakan manifestasi dari kekecewaan rakyat Perancis terhadap pemerintah dan tidak ditunggangi siapapun.
Hal serupa juga dikatakan Frank Buhler, salah seorang demonstran Gilets Jaunes lain yang cukup vokal. Ia mengatakan:
“Kami tidak ingin gerakan ini didomplengi siapapun dan kami juga tidak ingin pemimpin. Kita harus mulai dari awal lagi untuk mengetahui sudah sejauh mana kita selama ini. Revolusi Perancis dimulai dengan perang tepung, bagi kami itu pajak bahan bakar.”
Editor: Dipna Videlia Putsanra