tirto.id - Viris korona kini mulai menyebar ke Beijing, Cina. Otoritas kesehatan di Beijing mengkonfirmasi dua kasus virus korona dan satu kasus di Shenzhen yang dilaporkan oleh otoritas Guangdong pada Senin (20/1/2020) seperti diwartakan CNN. Hingga saat ini sudah ditemukan 139 kasus virus korona di Cina, 2 kasus di Thailand dan 1 kasus di Jepang.
Virus ini ditemukan pertama kali di pusat kota Wuhan pada bulan Desember 2019 lalu. Penemuan tersebut segera menimbulkan kekhawatiran sebab memiliki hubungan dengan sindrom pernafasan akut (SAR) yang telah menewaskan 650 orang di Cina dan Hong Kong pada tahun 2002-2003 lalu.
Kasus-kasus baru tersebut membuat jumlah masyarakat yang mengidap virus korona di Cina menjadi lebih banyak. Penyebaran virus ini menjadi lebih mengkhawatirkan karena Cina sedang mempersiapkan untuk liburan tahun baru Imlek yang mana banyak orang melakukan perjalanan ke Cina.
Dilansir dari CNN, otoritas kesehatan di Shenzhen mengatakan bahwa mereka tengah memantau 8 pasien yang sedang dikarantina untuk perawatan. Sementara itu di Provinsi Pantai Zhejiang, pihak berwenang telah melaporkan adanya lima kasus yang diduga mengunjungi Wuhan.
Di Guangdong, seorang lelaki separuh baya juga tengah dikarantina sejak 11 Januari 2020 lalu setelah terserang demam. Ia juga menunjukkan gejala lain yang dapat diduga merupakan serangan virus korona. Terlebih, sebelumnya ia melakukan perjalanan menuju Wuhan. Kini, lelaki tersebut berada dalam kondisi yang stabil.
“Para ahli percaya bahwa situasi epidemi saat ini masih dapat dicegah dan dikendalikan,” kata komisi kesehatan Guangdong menanggapi persebaran virus mematikan ini, dilansir dari The Guardian.
Sementara itu, terdapat tiga kasus telah dilaporkan di luar negeri. Dua di Thailand dan satu di Jepang. Thailand menemukan kasus kedua virus corona baru asal Cina, kata pihak berwenang pada Jumat (17/1/2020), ketika mereka meningkatkan pemeriksaan pada pengunjung Cina, yang jumlahnya hampir satu juta dan menikmati masa liburan Tahun Baru Imlek pekan depan.
Pada Senin (20/1/2020), media di Korea Selatan mewartakan bahwa seorang wanita yang melakukan perjalanan dari Cina positif terkena virus korona ni. Saat ini, perempuan berumur 35 tahun tersebut sedang dikarantina dengan kondisi stabil dilansir dari CNN.
Untuk meminimalisir dampak dari virus ini, Wakil Walikota Wuhan Chen Xiexin mengatakan melalui penyiaran negara telah memasang termometer inframerah di kawasan bandara, stasiun kereta api, dan stasiun kereta di seluruh kota dilansir dari The Guardian.
Chen juga menambahkan bahwa telah dilakukan pencatatan bagi para penumpang yang menderita demam untuk selanjutnya diberi topeng dan dibawa ke institusi medis. Selain itu, pihak berwenang di Hong Kong juga mendirikan pos pemeriksaan suhu yang ketat untuk pelancong yang datang dari Tiongkok.
The Guardian menuliskan Amerika Serikat juga tengah melakukan upaya preventif terkait virus korona. AS mulai Jumat (24/1/2020) akan menyaring penerbangan langsung yang tiba dari Wulan di bandara San Fransisco dan JFK New York, serta Los Angeles, tempat banyak penerbangan terhubung.
Apa itu Virus Korona?
Berdasarkan Medical News Today, virus korona pada umumnya memengaruhi saluran pernapasan mamalia, termasuk manusia. Beberapa di antaranya diikuti dengan adanya pilek dan SARS atau sindrom pernafasan akut.
Virus ini menjangkit manusia di seluruh dunia secara umum. Virus korona memiliki 7 jenis virus berbeda yang telah diidentifikasi sejak tahun-tahun lalu. Virus tersebut akan menyebabkan penyakit ringan sampai sedang pada orang di seluruh dunia. Namun, dua virus korona paling baru yaitu MERS-CoV dan SARS-CoV diketahui sering menyebabkan penyakit yang parah.
Dilansir dari Centers for Disease Control and Prevention, virus korona biasa ditemukan pada spesies hewan. Ia dapat berevolusi dan menginfeksi manusia dan menyebar dengan cepat termasuk SARS-CoV dan MERS-CoV.
Virus korona yang ditemukan di Kota Wuhan, Cina, adalah virus korona terbaru dengan nama 2019-nCoV. Otoritas kesehatan Cina melaporkan pasien dengan virus ini akan mengalami demam, batuk, kesulitan bernafas, dan pneumonia.
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Yantina Debora