tirto.id -
Hal tersebut mulai terlihat sejak 2016 ketika skema BPNT mulai diberlakukan oleh pemerintah.
Tahun 2014 misalnya, ia mencatat bahwa volume beras yang dikeluarkan saat operasi pasar rata-rata hanya sebesar 147 ribu ton.
Sementara di tahun 2018, volume yang dikeluarkan mencapai 544 ribu ton.
"Ada anomali di sini, dan terlihat bahwa semakin ke sini (ke 2019) volume yang dikeluarkan untuk operasi pasar semakin besar," ujarnya kepada reporter Tirto, Kamis (14/3/2019).
Padahal, menurutnya, operasi pasar tak selalu efektif untuk menurunkan harga beras. Di samping itu, harga beras yang dibandrol sangat rendah juga kerap kali banyak dinikmati oleh orang-orang dengan ekonomi berkecukupan.
"Jadi operasi pasar itu seperti menggarami air laut. Itu membuat skema ini tidak adil, karena harusnya ketika subsidi pangan atau proteksi harga, operasi pasar itu tidak ada lagi," imbuhnya.
Meski demikian, menurut Khudori, kondisi ini tak akan banyak berubah hingga musim pilpres berakhir.
Sebab, kemudahan pencairan bantuan pangan yang disertai penambahan anggaran adalah salah satu cara untuk memanjakan masyarakat demi kepentingan elektoral.
"Sepertinya tidak ada keputusan yang drastis sebelum 16 April. Dan Bulog sepertinya tunggu dulu lah sampai hasil pilpres ketahuan," tuturnya.
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog, Tri Wahyudi Saleh, menyampaikan tahun ini memang tahun yang cukup berat bagi penyerap beras Bulog.
Sebab, sekitar 15,5 juta kelompok penerima manfaat yang memiliki kartu keluarga sejahtera tak lagi menerima subsidi dalam bentuk beras, melainkan transfer uang.
Itu artinya penyaluran beras Bulog untuk program Rastra yang biasanya mencapai 2,5 hingga 3,4 juta ton pertahun bakal terhenti.
Di sisi lain, pemerintah masih menugaskan Bulog untuk menyerap beras petani sebanyak 1,8 juta ton di tahun 2019.
Meski demikian, kata Wahyudi, stok Bulog yang sudah pasti akan terserap hingga April mendatang ada sekitar 213 ribu ton untuk Rastra.
Stok tersebut merupakan sisa penugasan Bulog dari Kementerian Sosial kepada kelompok penerima manfaat (KPM) program keluar sejahtera.
Sementara untuk mendorong output beras, Bulog ditugaskan untuk menyalurkan 5.000 ton beras per hari oleh Kementerian Perdagangan, termasuk dalam rangka operasi pasar.
Sisanya akan dijual secara komersial lewat beberapa partner dagang Bulog.
"Januari sampai April kita akan keluarkan di 295 kabupaten ke 5,3 juta kelompok rumah tangga. Di luar itu Bulog cari partner baru dan stabilitasasi harga kita jalankan 5.000 ton beras perhari," tuturnya kepada reporter Tirto.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Nur Hidayah Perwitasari