tirto.id - Pemain PSM Makassar Patrich Steve Wanggai diserang oleh akun pseudonym di kolom komentar Instagram pribadinya. Kata-kata rasisme muncul setelah pria kelahiran Nabire Papua pada 27 Juni 1988 mencetak satu gol untuk PSM kontra Persija Jakarta pada Senin (22/3). Babak penyisihan grup B Piala Menpora 2021 berakhir 2-0 untuk kemenangan PSM.
Tidak semua akun bodong sebagai pelaku. Salah satu pemilik akun yang mengomentari Patrich hitam telah ditemukan. Mantan atlet sepak bola Syamsir Alam mengunggah pengakuan pemuda tersebut. Foto yang dimaksud adalah unggahan Patrich pada 17 Maret jauh hari sebelum berlaga melawan Persija.
Dalam kolom komentar masih dijumpai penyamaan orang dengan hewan dan dengan mudahnya stigma warna kulit terlontar untuk merendahkan Patrich meski laga PSM vs Persija sudah lewat. Tapi sekarang warganet membanjiri foto tersebut untuk mendukung ke Patrich, sehingga ada belasan ribu komentar.
Menyikapi rasisme terhadap Patrich, PT Liga Indonesia Baru sebagai operator pertandingan tidak bisa berbuat banyak. Alasannya rasisme terjadi di luar lapangan dan mengenai pribadi, sehingga terserah Patrich akan membawa ke ranah pidana atau tidak.
"Karena itu sudah memasuki ranah pribadi. Andai rasisme terjadi di lapangan, pasti wasit akan mencatat dan kasusnya langsung dilanjutkan ke Komite Disiplin PSSI," kata Direktur Utama PT LIB Akhmad Hadian Lukita.
Rasisme di sepak bola cerita lama yang berulang seperti dalam lingkaran setan. Kendati FIFA sejak 2002 sudah mengeluarkan aturan dan berkampanye untuk melawan rasisme sampai sekarang terulang, termasuk ke Patrich.PSM Makassar yang menaungi Wanggai sudah menyurati Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI) untuk bersikap. Langkah dari PSSI akan menentukan ke arah mana sikap PSM. Sejauh ini belum ada niatan dari manajemen klub berjuluk Juku Eka membawa ke ranah hukum.
Pelaksana tugas Sekjen PSSI, Yunus Nusi kecewa dengan ulah warganet yang rasial.
"Tentu kami menyesalkan tindakan oknum netizen yang mengatakan rasisme kepada saudara Patrich Wanggai. PSSI sangat menentang dan meminta semua suporter dan netizen di Indonesia untuk meninggalkan rasisme," ujar Yunus Nusi, Kamis (25/3/2021).
Ia tidak menyinggung surat dari PSM Makassar. Ke depan, ia berjanji, akan mengedukasi suporter agar tidak lagi rasial.
"Jangan sampai kejadian ini terulang kembali. PSSI akan terus memberikan edukasi serta butuh dukungan semua pihak untuk memerangi rasisme di sepak bola Indonesia," tambahnya.
Rasisme Menerpa Persija
Sejak Piala Menpora bergulir pada 21 Maret, kasus pertama rasisme mengenai Wanggai. Tak berselang lama, kasus kedua muncul dengan pola berbeda yakni hoaks.
Kali ini mengenai Persija Jakarta. Awalnya beredar cuplikan video pertandingan antara Persib Bandung melawan Bali United di media sosial. Pertandingan digelar pada 24 Maret dan berakhir imbang 1-1. Dalam video terdapat yelyel atau chant dari suporter bernada rasial kepada Persija. Koor bernada rasial menggema seolah muncul dari suporter Persib yang menonton di Stadion Maguwoharjo, Sleman, DIY.
Setelah ditelusuri oleh operator liga dan stasiun televisi yang menyiarkan pertandingan dipastikan video tersebut hoaks. Dalam pertandingan Grup D Piala Menpora itu tidak ada nyanyian rasial kepada Persija.Indosiar yang menyiarkan pertandingan telah mengunggah cuplikan video resmi untuk menjernihkan hoaks. Sebuah akun media sosial yang menuduh Indosiar dan operator liga meloloskan audio bernada rasial kemudian mencabut pernyataan dan minta maaf. Sumber video hoaks diduga berasal dari sebuah siaran liga secara ilegal di sebuah akun media sosial. Agar tidak diblokir, video pertandingan diimbuhkan suara yang berbeda. Dan suara itu justru bernada rasial.
Akhmad Hadian Lukita dari PT Liga Indonesia Baru memastikan video yang menyudutkan klub tertentu hoaks. LIB dan Indosiar telah melihat ulang rekaman pertandingan dan menyimpulkan tidak ada chant rasial.
“Video dan audio pada saat siaran langsung terbilang clear. Tidak ada indikasi yang melecehkan kelompok lain atau rasis. Kami pastikan, cuplikan video yang beredar ke publik tersebut adalah hasil editan,” kata dia, kemarin.
Meski tidak terbukti dalam pertandingan Persib dan Bali United ada rasisme, namun video telah menyebar dan sempat ada tudingan. Menyikapi agar hoaks tidak berulang, Lukita meminta warganet tidak gaduh.
“Mohon dipahami dan sama-sama berkomitmen. Bagaimana pun, sepak bola telah menyatukan kita semua,” harapnya.
Penulis: Zakki Amali
Editor: Rio Apinino