tirto.id - Upacara Nyepi adalah upacara saat hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap tahun sebagai peringatan tahun Baru Saka. Hari Raya Nyepi tahun ini sendiri jatuh pada hari Kamis, 3 Maret 2022.
Dalam mempersiapkan Hari Raya Nyepi, umat Hindu melakukan berbagai macam kegiatan atau aktivitas upacara sebagai bagian dari kewajiban suci yang mutlak dilaksanakan.
Rangkaian upacara yang dilaksanakan pada Hari Raya Nyepi oleh umat Hindu di Bali merupakan upacara inisiasi yang diselenggarakan menjelang pergantian tahun Caka.
Dalam konteks ini, pelaksanaan Nyepi sebagai rangkaian ritual Hari Raya Nyepi bermakna untuk mengadakan pengendalian diri melalui pelaksanaan ritual catur brata penyepian.
Puncaknya pada pelaksanaan Nyepi ini, umat Hindu melakukan samadi dan memuja Ida Sang Hyang Widi Wasa untuk memohon ilham-ilham dan petunjuk-petunjuk-Nya dalam upaya mengarungi lembaran hidup baru di tahun Caka yang baru.
Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung/macrocosmos (alam semesta).
Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian upacara yang dilakukan umat Hindu, khususnya di daerah Bali.
Rangkaian Upacara dan Ritual Nyepi di Bali
Berikut ini adalah beberapa rangkaian upacara Nyepi di Bali, seperti dikutip dari jurnalFungsi dan Makna Ritual Nyepi di Bali oleh I Wayan Suwena:
1. Upacara Melasti atau Mekiis
Upacara melasti atau mekiis, bahkan ada juga yang menyebut upacara ini dengan nama upacara melis, biasanya dilaksanakan tiga atau dua hari sebelum pelaksanaan Nyepi.
Fungsi upacara melasti ini adalah untuk melakukan pencucian peralatan upacara dan personal masing-masing umat yang akan melaksanakan ritual catur brata penyepian pada hari Nyepi.
Pada hari melasti ini, pratima dan sarana atau perlengkapan upacara lainnya diarak ke pantai atau sungai. Namun, kebanyakan warga Bali yang beragama Hindu menyucikan pratima dan perlengkapannya ke pantai.
Di sini, adanya suatu pandangan bahwa laut, danau, atau sungai merupakan sumber air suci dan dipercaya kecemaran atau keletehan (kekotoran) tersebut bisa disucikan.
2. Upacara Pengerupukan
Upacara Pengerupukan sebagai rangkaian upacara Nyepi termasuk upacara korban/caru yang dipersembahkan kepada bhuta kala agar kembali ke tempat asalnya dan tidak mengganggu keadaan alam semesta (bhuana agung) maupun kehidupan manusia (bhuana alit).
Sebaliknya, setelah bhuta kala itu diberikan korban/caru diharapkan dapat membantu umat manusia mencapai kesejahteraan hidup.
Dengan demikian, fungsi upacara pengerupukan adalah untuk menjaga keselarasan hubungan antara manusia, alam semesta, dengan bhuta kala.
3. Puncak Hari raya Nyepi
Hari Nyepi sebagai rangkaian upacara Nyepi fungsinya untuk mengadakan pengendalian diri (catur brata penyepian).
Pada Hari Raya Nyepi umat yang beragama Hindu di Bali memuja dan menyemayamkan Dewa-Dewi (manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa) di dalam organ-organ tubuhnya, serta menerima ilham-ilham dan petunjuk-petunjuk-Nya untuk mengarungi lembaran hidup baru.
Pelaksanaan catur brata penyepian itu mulai pukul 05.00 sampai pukul 05.00 besok pagi harinya, dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Amati Geni
Dalam bahasa Bali, geni artinya api. Dengan demikian, amati geni berarti tidak menyalakan api atau lampu dan tidak boleh mengumbar/mengobarkan hawa nafsu.
b. Amati Karya
Kata karya diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti kerja. Amati karya berarti tidak melakukan kerja/kegiatan fisik, tidak bersetubuh, melainkan tekun melakukan penyucian rohani.
c. Amati Lelungan
Kata lelungan berasal dari bahasa Bali, yakni dari akar kata lunga yang berarti pergi.
Oleh karena itu, amati lelungan mengandung arti tidak bepergian kemana-mana, melainkan senantiasa mawas diri di rumah serta melakukan pemusatan pikiran ke hadapan Tuhan.
Dalam berbagai prabawa-Nya (perwujudan-Nya) yang telah disemayamkan di dalam organ-organ manusia seperti telah disebutkan di atas.
d. Amati Lelanguan
Kata lelanguan juga termasuk bahasa Bali, yakni berasal dari kata langu yang berarti hiburan atau rekreasi. Dengan demikian, amati lelanguan berarti tidak mengadakan hiburan/rekreasi atau bersenang-senang, termasuk tidak makan dan tidak minum.
Pada Hari Raya Nyepi, suasana di Bali sepanjang hari menjadi sunyi senyap, dan pada malam harinya gelap gulita.
Tidak ada orang yang lalu lalang, semua orang tinggal di rumahnya masing-masing menjalani brata penyepian sampai menjelang matahari terbit besok harinya, tepatnya pada hari mulai Ngembak Geni.
4. Hari Ngembak Geni
Hari Ngembak Geni yang dirayakan sehari setelah Hari Nyepi mengandung makna yang sangat dalam dan berfungsi untuk mewujudkan suasana kebersamaan dan kemanusiaan atau simbol kehidupan selaras, harmonis, dan seimbang.
Selain itu, perayaan Nyepi mengandung tujuan atau fungsi dan makna yang mulia dan mendalam karena seluruh rangkaian ritual Nyepi tersebut merupakan suatu dialog spiritual.
Secara keseluruhan sistem pelaksanaan upacara pada Hari Raya Nyepi berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara biologis, sosial, maupun psikologis dan memberikan sumbangan untuk mencapai harapan ideal dan tujuan hidup umat Hindu yang harmonis dan seimbang.
Editor: Yantina Debora