tirto.id - Seorang mantan jenderal Kroasia meninggal setelah menelan cairan pada sebuah persidangan kejahatan perang di Belanda. Usai dilakukan autopsi pada Jumat (1/12/2017, jaksa penuntut menyebutkan Slobodan Praljak meminum sianida.
Hasil awal dari tes toksikologi mengungkapkan adanya "konsentrasi potasium sianida" dalam darah Slobodan Praljak, demikian Kantor Kejaksaan Agung Den Haag mengatakan dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Time.
Sianida tersebut menyebabkan gagal jantung, yang oleh para peneliti "ditunjukkan" sebagai “dugaan penyebab kematian" pria berusia 72 tahun itu, menurut pernyataan jaksa penuntut.
Pada Rabu (29/11/2017), Praljak minum racun dari botol kecil beberapa detik setelah seorang hakim banding di Pengadilan Pidana Internasional PBB untuk bekas Yugoslavia membacakan putusan hukum 20 tahun atas kejahatan yang ia lakukan selama Perang Bosnia 1992 – 1995.
Dia dinyatakan meninggal di rumah sakit terdekat beberapa saat kemudian.
Sementara itu, pengadilan PBB memerintahkan peninjauan independen internal setelah peristiwa dramatis di ruang sidangnya. Peninjauan itu dimaksudkan untuk melengkapi penyelidikan jaksa penuntut Belanda yang terus berlanjut atas kematian Praljak.
Penyelidikan tersebut dilakukan setelah muncul keraguan dari Menteri Kehakiman Kroasia terhadap petugas keamanan dan medis di pengadilan. Petugas berwenang dianggap tidak cukup cepat bertindak saat Praljak mengangkat botol itu ke bibirnya dengan tangan kanan yang gemetar dan menghabiskan isinya.
Sebelum hasil tes toksikologi keluar, jaksa telah memastikan botol tersebut berisi bahan kimia beracun. Masih belum jelas bagaimana Praljak, yang berada dalam tahanan sebelum sidang, memperoleh isinya dan berhasil menyelundupkan cairan itu ke ruang sidang.
Tinjuan kasus itu akan dimulai minggu depan dan dipimpin oleh Hassan Jallow, seorang mantan jaksa dalam pengadilan PBB yang menangani kejahatan perang Rwanda.
Pengadilan mengatakan Jallow "diberi mandat untuk melakukan penilaian terhadap prosedur yang ada dan juga membuat rekomendasi yang dapat membantu pengadilan lainnya di masa depan."
Juru bicara pengadilan Nenad Golcevski mengatakan ini bukan pertama kalinya penyelidikan semacam itu telah diperintahkan.
"Tinjauan internal serupa telah dimulai, misalnya, setelah kematian Slobodan Milosevic," kata Golcevski, merujuk pada mantan presiden Yugoslavia yang meninggal di sel pengadilannya pada 2006 sebelum hakim dapat menjatuhkan vonis dalam persidangannya.
Dua pakar Kroasia mengamati autopsi atas tubuh Praljak sebagai permintaan pengadilan tersebut.
Kamis (30/11/2017) malam, Menteri Kehakiman Kroasia Drazen Bosnjakovic mengatakan bahwa negara tersebut akan meminta pihak berwenang Belanda untuk dimasukkan dalam penyelidikan yang sedang berlangsung terhadap kematian Praljak.
Bosnjakovic mengatakan kepada televisi pemerintah Kroasia bahwa "masih banyak yang belum jelas, termasuk bagaimana racun itu masuk, mengapa keamanan tidak bereaksi dengan cepat dan mengapa bantuan medis tiba terlambat." Dia menambahkan bahwa Kroasia ingin "semua fakta dijelaskan atas kejadian tragis ini."
Pengacara pembela Praljak, Nika Pinter, mengatakan kepada Nova TV di Kroasia bahwa dia tidak tahu bagaimana Praljak berhasil mendapatkan botol itu.
"Tapi itu keputusannya, keputusannya," kata Pinter. "Dia tidak ingin hidup untuk satu hari dengan borgol di tangannya, dan stigma penjahat perang di punggungnya."
Posisi Praljak sebagai pejabat tinggi di Kementerian Pertahanan Kroasia semasa perang membuatnya dipastikan terlibat dalam penyusunan strategi perang, termasuk merancang aksi pembantaian warga sipil Bosnia.
Setelah dibacakan putusan oleh hakim ICTY, Praljak berdiri dan berkata “Yang Mulia, Slobodan Praljak bukan penjahat perang. Saya menolak putusan Anda dengan penghinaan!”
Praljak kemudian menenggak segelas kecil racun sambil terlihat agak gemetaran dan berkata “Aku telah meminum racun.”
Hakim ketua Carmel Agius sempat terlihat kebingungan, lalu memutuskan untuk menghentikan persidangan. “Baiklah. Kami tangguhkan.. Kami tangguhkan.. Tolong, gordennya. Jangan sentuh gelas yang ia [Praljak] pakai untuk meminum sesuatu.”
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari