Indeks Opini

Bahaya Laten Impunitas
Kolumnis
Kamis, 8 Sept 2016

Bahaya Laten Impunitas

Mereka berdiri setiap Kamis sore untuk memastikan republik tidak terus-menerus melakukan kesalahan yang sama. Mereka berdiri untuk memastikan republik tidak dikendalikan oleh londo-londo ireng yang malah menindas dan menjajah rakyatnya sendiri. Mereka berdiri di sana, terutama, untuk melawan impunitas, orang yang dibebaskan dari hukuman! Ini sebuah bahaya laten yang harus dilawan.
Menolak Melupakan Apa?
Kolumnis
Rabu, 7 Sept 2016

Menolak Melupakan Apa?

Mengenang Munir tak harus menjadi pejuang keadilan seperti Munir. Mengenang Munir juga tak selalu untuk mengingatkan masyarakat tentang kasus Munir. Mengenang Munir dapat kita lakukan dengan cara yang sederhana: meniru sosoknya, menjadi ada dan dikenang karena apa yang ia lakukan.
DSC: Disrupsi Berbuah Akuisisi
Kolumnis
Rabu, 7 Sept 2016

DSC: Disrupsi Berbuah Akuisisi

Langkah bisnis Unilever mengakuisisi Dollar Shave Club (DSC), sebuah perusahaan penyedia silet, membuktikan bahwa barang konsumsi ternyata juga bisa terdisrupsi dari sisi rantai distribusinya. Selain itu, produsen barang konsumsi pun memerlukan untuk mendekatkan diri ke pelanggan secara daring. Akuisisi ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi Unilever dalam bidang hubungan dengan pelanggan di dunia digital.
Putus di Dunia Nyata dan Maya
Kolumnis
Senin, 5 Sept 2016

Putus di Dunia Nyata dan Maya

Sepuluh tahun lalu, sebelum ada Twitter, Instagram, Facebook, dan Path, rasanya tidak sulit-sulit amat buat move on setelah putus dari pacar. Apalagi kalau hubungannya jarak jauh (long distance relationship). Cukup menahan diri tidak menelepon maupun mengirim pesan, tidak melihat-lihat selembar foto di dompet, tidak membongkar-bongkar galeri di ponsel, paling-paling dua atau tiga minggu seseorang sudah terbiasa dengan hidup barunya dan mulai fokus mencari tambatan hati berikutnya. Malah bisa jadi lebih cepat.
Tax Amnesty dan CSR Perusahaan
Kolumnis
Minggu, 4 Sept 2016

Tax Amnesty dan CSR Perusahaan

Masalah pada perusahaan-perusahaan di Indonesia bukan sekedar soal pajak. Membayar pajak hanyalah secuil kecil kewajiban perusahaan. Dalam konteks yang lebih besar, perusahaan punya tanggung jawab sosial, yang dikenal dengan corporate social responsibility (CSR). Intinya, dalam melakukan operasi bisnis perusahaan bertanggung jawab untuk memenuhi berbagai ketentuan hukum dan standar etika, juga bertanggung jawab untuk menjamin bahwa aktivitas bisnisnya tidak menimbulkan dampak negatif.
Kala Sejarah(wan) Bersertifikasi
Kolumnis
Jumat, 2 Sept 2016

Kala Sejarah(wan) Bersertifikasi

Pemerintah tiba-tiba melempar wacana untuk membuat sertifikasi bagi para sejarawan. Dalihnya agar sejarawan bisa mengirim 'karangan' ke jurnal internasional. Namun rencana ini bisa kontra produktif bila sertifikasi bersifat pendataan atau kontrol semata sehingga tidak ada manfaat yang bisa mengembangkan sejarawan untuk terus berkarya.
Win-win Solution dengan Anak
Kolumnis
Kamis, 1 Sept 2016

Win-win Solution dengan Anak

Untuk dapat mencapai win-win dengan anak, orang tua harus memiliki posisi psikologis I’m OK-You’re OK ini. Orang tua dengan posisi psikologis keempat ini akan bersikap percaya diri namun juga sangat menghormati dan menghargai anaknya. Ia akan mampu menerima anak apa adanya. Ia sadar bahwa anak adalah makhluk dengan bakat dan potensi yang berbeda dengan dirinya.
Membangun Islam Bumi
Kolumnis
Senin, 29 Agt 2016

Membangun Islam Bumi

Kita memerlukan pembangunan suatu pola pikir Islam yang baru, berfokus pada bumi, pada kehidupan saat ini. Berfokus pada bagaimana membuat hidup sekarang menjadi lebih baik, dalam hal ekonomi, teknologi, kesejahteraan, dan perdamaian. Semua ini diawali dari hal-hal kecil. Disiplin dalam menjaga kebersihan, menghasilkan disiplin pada skala lebih besar. Disiplin berhubungan pula dengan etos kerja. Etos inilah yang membangkitkan kemajuan ekonomi dan teknologi. Itulah Islam yang membumi.
Ketegangan Literasi dan Militer
Kolumnis
Sabtu, 27 Agt 2016

Ketegangan Literasi dan Militer

Aparatus militer adalah satu dari kaum yang terlampau sering bersitegang di lapangan literasi. Intimidasi, teror, dan penebar paku-rasa-takut dalam banyak hal dinisbahkan kepada militer lantaran memiliki perangkat legal yang tak dipunyai kalangan sipil di luar mereka: bedil!
Love Me Tinder, Love Me True
Kolumnis
Sabtu, 27 Agt 2016

Love Me Tinder, Love Me True

Focus on quality matches, not quantity, and you’ll be lunching with your Tinderella (or Tinderfella) by the weekend. Like I did.
Ben Anderson dan Seekor Katak Terbang
Kolumnis
Jumat, 26 Agt 2016

Ben Anderson dan Seekor Katak Terbang

Ben Anderson bak katak yang melompat dari tempurung. Ia menerjang batas identitas. Ia melompat ke mana pun dia mau. Ia membongkar tabu batas kekuasaan. Di masa orde baru, ia diusir. Setelah orde baru tumbang, Ben melompat dan berpijak ke Indonesia lagi. Di mana dia dan kawan-kawannya bisa berkumpul dan minum bir. Sambil angkat gelas Ben akan bilang, “Gantung Bakrie!”
Sudahkah Kalendermu Diganti, Jenderal?
Kolumnis
Kamis, 25 Agt 2016

Sudahkah Kalendermu Diganti, Jenderal?

Membaca pernyataan Kapendam terkait pelarangan lapak buku di Bandung membuat saya merasa posisi menteri dalam negeri masih dijabat Rudini dan Moerdiono masih menjadi menteri sekretaris negara. Pernyataan itu menggemakan kepercayaan diri seakan militer masih "berkuasa penuh" sebagaimana terjadi di masa ketika acara Aneka Safari di TVRI begitu menghibur hati.
Apakah Kau Bawa Opium, Bob?
Kolumnis
Senin, 22 Agt 2016

Apakah Kau Bawa Opium, Bob?

Rumor soal dark flight tak sekadar penyelundupan biasa. Ada bau opium/candu di sini. Sejak lama Belanda (dan juga beberapa negara barat) curiga Indonesia menjual opium sebagai dana perjuangan mereka. Opium memang bukan barang langka di Indonesia.
Komitmen Kebangsaan Umat Islam Indonesia
Kolumnis
Senin, 22 Agt 2016

Komitmen Kebangsaan Umat Islam Indonesia

Sebenarnya Indonesia adalah rumah yang sangat ramah bagi umat Islam. Meski bukan negara agama, negara ini menyediakan berbagai fasilitas khusus bagi umat Islam. Kementerian agama itu boleh dibilang 80% keberadaannya untuk melayani kebutuhan umat Islam.
Kita Berutang pada Bulu Tangkis
Kolumnis
Kamis, 18 Agt 2016

Kita Berutang pada Bulu Tangkis

Shuttlecock tak kenal etnis. Raket tak pandang ras. Itulah mengapa Indonesia berhutang kepada bulu tangkis.
Konsumen Butuh Merdeka
Kolumnis
Rabu, 17 Agt 2016

Konsumen Butuh Merdeka

Alih-alih terlindungi, konsumen Indonesia sering berada di posisi tawar lemah. Konsumen belum merdeka. Semestinya, konsumen bisa menentukan barang yang akan dibeli, menentukan kualitas dengan syarat-syarat yang dimaui (requirement). Sehingga, produsen tidak seenaknya menjejalkan barangnya. Apalagi barang busuk, teknologi usang, tidak peduli kesehatan, dan sebagainya.
Mendidik Anak dengan Teori XY
Kolumnis
Senin, 15 Agt 2016

Mendidik Anak dengan Teori XY

Pada prinsipnya, anak ingin dimengerti. Mereka ingin tahu apakah perbuatannya baik atau buruk, mengapa mereka melakukan perbuatan buruk, dan pada akhirnya ingin dibantu orang tuanya agar mampu menghindari perbuatan buruknya. Sebagai orang tua, tentu kita ingin mendampingi mereka dan permasalahan hidupnya.
'Pejabat Praktis' ala Jokowi
Kolumnis
Senin, 15 Agt 2016

'Pejabat Praktis' ala Jokowi

Pejabat praktis’ lahir karena tuntutan melakukan politik praktis. Tapi apa jadinya jika penunjukkannya dilakukan dengan cara ala kadar. Arcandra Tahar bukan satu-satunya.
Olimpiade dan Islam Kaffah
Kolumnis
Jumat, 12 Agt 2016

Olimpiade dan Islam Kaffah

Atlet berjilbab di olimpiade adalah sebuah gambaran kegamangan sebagian wajah umat Islam saat ini. Ada semangat kuat untuk menjalankan Islam seperti yang tertuang dalam teks (Quran dan hadist). Namun juga ada kesadaran bahwa mereka hidup di zaman yang berbeda, situasi yang sangat berbeda dengan situasi saat teks tersebut diperkenalkan.
Sekolah Bukan Tempat Penitipan Anak
Kolumnis
Rabu, 10 Agt 2016

Sekolah Bukan Tempat Penitipan Anak

Anak barangkali memang butuh sekolah, namun anak juga butuh bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, selain berinteraksi dengan orang tua. Jika waktu anak hanya dihabiskan di sekolah dari pagi sampai sore lalu di rumah dari senja hingga malam, kapan anak bersosialisasi dengan tetangga dan lingkungan sekitar rumah?