Indeks Misbar
First Man: Perspektif Kelam di Balik Heroisme Pendaratan di Bulan
Film ini tidak meromantisasi jejak historis Neil Armstrong, tapi menyuguhkan ketegangan nan intim, “trial and error”, dan pertaruhan hidup-mati yang sehari-hari dihadapi astronot NASA.
Munafik 2: Eksorsime Syar'i tentang Pengabdi Setan Berkedok Agama
Munafik 2 adalah satire yang mau menunjukkan bahwa mereka yang sesatlah yang suka melempar label sesat pada kaum lain.
Venom: Kebrutalan Tanggung yang Diselamatkan Performa Tom Hardy
Venom punya segudang modal untuk mengikuti jejak Deadpool atau Logan. Tapi Sony tak menjajakinya. Demi waralaba ambisius dan menjaga peluang masuk ke Marvel Cinematic Universe.
Aruna & Lidahnya: Sajian Mantap Khas Edwin dengan Bumbu Pas
Ada baiknya, Anda jangan menonton dengan perut kosong.
Johnny English Strikes Again: Obat Kangen Komedi si "Mr. Bean"
Rowan adalah legenda komedi “slapstick” yang mampu mempertahankan ciri khas meski sudah hampir 4 dekade berkarier di dunia hiburan.
Belok Kanan Barcelona: Iklan Wisata Uni Eropa dengan Balutan FTV?
Syuting di empat benua tidak membuat sebuah film otomatis bagus. Apalagi jika romannya picisan belaka.
Film Crazy Rich Asians: Romansa Basi yang Tertolong oleh Komedi
Mereka tak sempurna, mereka cuma Orang Asia yang Superduper Kaya!
Gila Lu Ndro!: Dagelannya Garing, Satirenya Klise
Humornya kering. Kritik sosialnya jenuh. Sinematografi standar, CGI kasar, dan musik latar berlebihan. Di mana letak pengerjaan yang katanya “serius abis” itu?
Udah Putusin Aja!: Propaganda Anti-Pacaran Plus Analogi Ngawur
Iklan layanan masyarakat sepanjang 88 menit tentang betapa bahayanya pacaran.
Sultan Agung: Game of Thrones ala Hanung yang Cuma Bikin Ngantuk
Hanung Bramantyo mengangkat lagi film biopik, kali ini tentang Sultan Agung penguasa Mataram. Hasilnya? Bertele-tele dan mengada-ada.
Wiro Sableng 212: Laga Cadas, Efeknya pun Bikin Puas
CGI di cuplikan trailer dihujat “kasar” oleh warganet. Penayangan di bioskop menghapus kritik itu: laga yang tersaji bukan yang sekelas “sinetron naga terbang”.
Mile 22: Hadiah Buruk Mark Wahlberg-Iko Uwais untuk Ultah ke-73 RI
Talenta Iko Uwais sia-sia mengingat adegan laganya tidak dikemas sebaik The Raid. Wahlberg cuma bisa marah-marah sebagai karakter yang menyebalkan di film yang tak menawarkan kebaruan.
The Darkest Minds: Distopia yang Serba Buru-buru
Premisnya menarik. Sayang, sutradara Jennifer Yuh Nelson keteteran di teknis.
The Meg: Tak Masalah Mengingkari Sains, Asal Laris di Cina
Cina adalah pasar terbesar Hollywood. Meski The Meg cuma film kelas B, di pekan pertama penayangan untungnya 120% lebih tinggi ketimbang perkiraan analis.
Sebelum Iblis Menjemput: Kala Chelsea-Pevita Mandi Lumpur dan Darah
Kedua aktris ditantang keluar dari zona nyaman. Hasilnya, mereka tak tampil “syantik”, melainkan disiksa rangkaian teror tanpa jeda napas di sepanjang film.
Mission: Impossible - Fallout: Yang Terbaik dari 5 Film Sebelumnya
Tom Cruise melakukan adegan berbahaya terbaiknya: menerbangkan helikopter, terjun payung hingga ketinggian rendah, melompati gedung sampai kakinya patah.
22 Menit dan Kegagalan Memahami Terorisme
22 Menit menghindar dari pembicaraan seputar terorisme dan agama. Memelihara budaya penyangkalan.
Hotel Transylvania 3: Kisahnya Biasa, Lelucon Kilatnya Menghibur
Hotel Transylvania 3: A Monster Vacation menghadirkan karakter menggemaskan yang bertingkah konyol.
Skyscraper: Lagi-Lagi The Rock Sulit Mati
Lagi, Dwayne “The Rock” Johnson tampil sebagai hero yang susah semaput dalam film terbarunya. Yang beda, kali ini ia memerankan seorang penyandang disabilitas.
Bodyguard Ugal-Ugalan: Syahrini adalah Lelucon Terbesar Bangsa Ini
Syahrini adalah lelucon dalam balutan glamor. Ia sadar, serta mampu mengeksploitasinya dalam beragam bentuk—termasuk film layar lebar (yang hampir nihil mutu tentu saja).