Menuju konten utama

Hotel Transylvania 3: Kisahnya Biasa, Lelucon Kilatnya Menghibur

Hotel Transylvania 3: A Monster Vacation menghadirkan karakter menggemaskan yang bertingkah konyol. 

Hotel Transylvania 3: Kisahnya Biasa, Lelucon Kilatnya Menghibur
Hotel Transylvania 3. FOTO/Sony Pictures Animation

tirto.id - Pada mulanya adalah kesepian yang mencekik Count Dracula (Adam Sandler) di pernikahan dua sahabat monsternya. Semua hadirin punya pasangan dansa. Ia sempat dijodohkan dengan saudara perempuan Dr. Frankenstein (Kevin James), namun Dracula tidak merasakan adanya “zing”.

“Zing” adalah perasaan cinta pada pandangan pertama yang khusus dirasakan oleh monster. Semacam sinyal alamiah yang menyatakan “si doi adalah jodohku”.

Bisa berbalas, sebagaimana dulu jalinan kasih Dracula dengan ibu dari anak perempuannya, Mavis (Selena Gomez). Namun, juga bisa bertepuk sebelah tangan.

Teman-temannya kemudian menyarankan Dracula untuk menjajaki metode pencarian jodoh ala muda-mudi kekinian: aplikasi Tinder khusus monster. Dracula merahasiakan ini dari siapa pun, terutama Mavis.

Sayangnya, Dracula bukan tipe monster yang pintar menyimpan rahasia. Mavis curiga, tapi malah menafsirkan ayahnya sedang penat akibat pekerjaan mengurus hotel. Mavis kemudian mengajak sang ayah untuk berlibur.

Mavis menawarkan vakansi musim panas bersama seluruh teman dan anggota keluarga Dracula. Petualangan berwisata inilah yang menjadi latar utama Hotel Transylvania 3: A Monster Vacation.

Sejak adegan pernikahan yang diketua-panitiai oleh Dracula, penonton sudah disuguhkan ciri khas yang membuat trikuel Hotel Transylvania ini disukai penonton anak-anak. Monster-monster berperawakan lucu bermunculan. Tingkah mereka yang absurd selalu mengundang tawa, atau minimal sesungging senyum.

Ada Griffin si Manusia Tak Kasat Mata (David Spade) yang rajin bikin komentar-komentar sok bijak. Ada Murray si Mumi (Keegan-Michael Key) dengan tubuh bongsor dan pembawaan selalu ceria.

Ada Wayne si Manusia Serigala (Steve Buschemi) dengan puluhan anaknya yang merepotkan. Atau Blobby (Genndy Tartakovsky), monster agar-agar hijau yang tak disangka mampu memuntahkan anaknya sendiri.

Ada satu karakter baru yang diproyeksikan jadi monster yang paling menggemaskan. Namanya Tinkles, anjing raksasa seukuran mobil yang jadi hewan peliharaan Denis (Asher Blinkoff), anak Mavis dan Johny (Andy Samberg).

Trio Denis, Tinkles, dan anak perempuan Wayne Winnie (Sadie Sandler) berhasil merepotkan Dracula, juga kerap mengacaukan acara. Meski dilarang ikut rombongan, Denis dan Winnie tetap sukses membawa Tinkles hingga ke kapal pesiar. Tingkles diberi jas dan topi, dan disamarkan sebagai “Bob”.

Petualangan seru didapat keluarga besar Dracula sejak rombongan berangkat menuju pelabuhan kapal pesiar dengan menggunakan pesawat bobrok kepunyaan monster-monster Gremlin.

Rombongan kemudian tiba di Segitiga Bermuda, tempat kapal pesiar berlabuh. Di atas kapal Legacy, di tengah-tengah para monster yang sedang menikmati segala fasilitas, Dracula tiba-tiba kena “zing”. Ia jatuh hati pada kapten kapal, sesosok perempuan cantik bernama Ericka (Kathryn Hahn).

Penonton masih terhibur dengan betapa kaku dan tak berdayanya Drakula saat ia harus berhadapan dengan Ericka. Bak remaja saat dibuai cinta pertama. Adegan lucu juga hadir saat teman-teman monster memberi tips mendekati Ericka, terutama saat Murray menggoda Dracula dengan gerak-geriknya yang lemah-gemulai.

Saya pribadi, selaku penonton dewasa, berharap rencana busuk Ericka terungkap di akhir saja. Setidaknya akan ada plot twist yang menjaga agar film animasi bikinan Sony Pictures Animation ini tidak membosankan.

Sayangnya, penulis naskah memilih untuk membeberkannya dengan segera. Ericka ternyata adalah anak dari Abraham Van Helsing. Abraham telah memburu Dracula dan monster selama bertahun-tahun, namun selalu gagal.

Melalui Ericka, Abraham tetap berupaya untuk menuntaskan misi sucinya. Ericka tahu Dracula suka kepadanya. Awalnya ia tak bergeming. Ia bernafsu ingin membunuh Dracula, sebuah rencana yang sebenarnya ditentang oleh Abraham.

Abraham ingin Dracula mati bersama yang lain di penghujung wisata. Namun Ericka adalah anak yang bandel. Cuci otak sang ayah sedari kecil, agar ia selalu membenci Dracula, berdampak dengan amat baik.

Upaya Ericka beragam. Mulai dari menembak Dracula dengan pistol suar, hingga mencoba meracuni Dracula dengan menaruh minyak bawang saat keduanya sedang berkencan. Tidak ada yang berhasil. Dracula juga tak tahu maksud Ericka yang sebenarnya.

Justru, di tengah keputus-asaan, lama-kelamaan Ericka menaruh hati kepada Dracula.

Monster kekelawar dengan kekuatan magis yang serba-bisa itu ternyata tidak sejahat yang diceritakan sang ayah. Dracula bahkan membantu Ericka mencari kertas berisi ramuan pengundang monster gurita, yang Abraham tujukan untuk menghabisi Dracula dan para monster lainnya.

Hotel Transylvania 3: A Monster Vacation adalah animasi romantis berbalut komedi, yang disusupi oleh serangkaian lelucon-lelucon “slapstick” yang berlangsung secepat kilat. Efektif dan khas. Cukup berhasil memancing tawa dan rasa gemas, meski tidak ada hubungan langsung dengan cerita utama.

Infografik Misbar Hotel transylvania

Keputusan penulis naskah yang langsung membongkar misi “rahasia” Ericka membuat jalan ceritanya mudah ditebak. Sebagai film yang menyasar konsumen utama dari kalangan anak-anak, akhirannya harus dibikin bahagia. Nah, dari sini Anda sudah bisa menebak hasil dari hubungan Dracula dan Ericka.

(SPOILER: betul, Ericka menerima lamaran Dracula, dan keduanya akan menjalani rumah tangga yang ceria di Hotel Transylvania)

Film ini tetap menghibur untuk penonton anak-anak, namun biasa saja bagi penonton dewasa. Metode pengemasan lelucon yang membuat Hotel Transylvania pertama cukup meledak lima tahun lalu agaknya perlu diakhiri melalui film ini. Tidak perlu ada Hotel Transylvania 4, 5, atau 6.

Jika ingin memakai rumus yang sama, produsen bisa menyisipkannya di film animasi lain. Tentu saja dengan cerita yang lebih orisinil, petualangan yang segar, dan karakter-karakter baru. Percayalah, dunia monster itu luas, dan segmen penonton dari kalangan anak-anak tak pernah ada habisnya.

Permasalahannya, anak-anak cenderung mau menonton segala jenis animasi asal dikemas dengan lucu dan menggemaskan. Di sisi lain, penonton dewasa cenderung lebih kritis. Mereka juga ingin terhibur, tidak sekedar menjalankan tugas dengan menemani anak ke bioskop.

Sejarah mencatat film animasi yang meraup keuntungan melimpah, sekaligus menjadi legenda, adalah yang mampu menarik hati anak-anak dan orang dewasa. Hotel Transylvania 3, sayangnya, belum memenuhi kriteria tersebut.

Baca juga artikel terkait FILM ANIMASI atau tulisan lainnya dari Akhmad Muawal Hasan

tirto.id - Film
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Windu Jusuf