Indeks Kolumnis

Kolonialisme maritim bukan hanya tentang transportasi barang dan orang. Ia juga menciptakan ketimpangan global yang kita warisi hari ini.

Produk kecerdasan yang dihasilkan manusia tak akan pernah serupa dengan akal imitasi atau Artificial Intelligence (AI) bikinan mesin.

Teknologi menjadi jembatan utama bagi pelestarian warisan budaya.

Narasi sejarah nasional yang menyembunyikan kekerasan negara dan ketimpangan distribusi sumber daya hanya akan mereproduksi luka lama dalam wujud baru.

Kiwari, muncul kekhawatiran bahwa nilai-nilai luhur budaya kita akan tergerus arus deras modernisasi digital, dan mungkin terdefinisikan ulang oleh AI.

Saban tahun, perayaan Hari Janda adalah paradoks moral: ibu tunggal menjadi simbol empati, tetapi “mesin produksi janda" terus bekerja setiap hari.

Dari peristiwa kurban kita belajar: Indonesia harus dijaga dengan pengorbanan yang ikhlas, pelayanan yang tulus, dan keberanian menegakkan kebenaran.

Dewasa ini menyeruak kecemasan akan lunturnya daya kritis dan keberanian dalam mengoreksi keadaan, termasuk dari kalangan kaum intelektual, motor perubahan.

Berdasarkan perhitungan CERAH, negara punya dana cukup besar untuk membiayai transisi energi, karena ada banyak alokasi budget yang tidak efisien.

Menurunnya angka fertilitas nasional dan meningkatnya jumlah sekolah menegaskan pentingnya perencanaan pendidikan berbasis data demografi yang akurat.

Islam dan dunia bisnis modern tidak perlu dipertentangkan, karena keduanya dapat bersinergi menciptakan perusahaan yang sukses dan berkah.

Proses penulisan ulang sejarah nasional perlu dikawal dengan sikap kritis agar tidak terjebak dalam pendekatan administratif semata.

Salah satu agenda krusial bagi serikat pekerja di Indonesia saat ini adalah mendorong ratifikasi Konvensi Anti Kekerasan dan Pelecehan ILO Nomor 190.

Harga melambung, agribisnis kelapa dituntut untuk menemukan keseimbangan baru antara meningkatkan kesejahteraan petani dan menjaga keberlanjutan industri.

Jika kerja media dibatasi, besar kemungkinan korupsi semakin merajalela.

Sejarah membuktikan bahwa bangsa yang maju adalah bangsa yang menanamkan kejujuran sebagai nilai utama dalam setiap lini kehidupan.

Aturan soal boleh tidaknya pendamping desa maju sebagai caleg pada Pemilu 2024 inkonsisten. Ancaman putus kontrak bagi mereka ditengarai sarat kepentingan. 

Saat warga mendapat “tekanan maksimum” finansial, sosial, dan mental, harapan ada pada negara. Celakanya, negara sedang mengalami persoalan paralisis.

Di ruang publik, perdebatan harus didasarkan pada argumen yang kuat, bukan atas kekuasaan atau kepentingan pribadi.

Formulasi kebijakan perberasan saat ini semakin jauh dari akal sehat dan kaidah ilmiah. Bagaimana analisisnya?