Indeks Keraton Yogyakarta

Setelah Perjanjian Giyanti disepakati, Pangeran Mangkubumi segera membangun keraton baru di bekas pusat Kerajaan Mataram.

Kiprah Sultan Hamengkubuwana IX dan Yogyakarta di masa revolusi menjadi salah satu alasan daerah ini mendapat status istimewa.

Wisik menjadi dasar keputusan politik Sultan HB IX ketika ia mantap memilih republik dan memperjuangkannya sepenuh hati.

Langkah Sultan Hamengkubuwana X mengangkat putrinya sebagai calon raja di Yogyakarta memantik ingatan tentang peran perempuan dalam intrik di kraton.

Hamengkubuwana IX berperan penting. Ia disegani Belanda dan dekat dengan sipil serta militer Indonesia yang berseteru.

UU Keistimewaan Yogyakarta bukan hanya soal suksesi, tapi juga soal demokrasi menghadapi kekuasaan yang (mencoba tetap) absolut.

Suksesi kepemimpinan raja di Kesultanan Yogyakarta kerap diwarnai intrik, pertumpahan darah hingga “pelanggaran” sejarah.

Meski Mahkamah Konstitusi telah mengabulkan gugatan pasal UU Keistimewaan DIY, pengamat politik UGM Bayu Daridias mengatakan peluang perempuan menjadi Gubernur DIY masih belum final.

Mahkamah Konstitusi mengabulkan uji materi menghapus pasal UU Keistimewaan DIY yang mewajibkan calon gubernur menyerahkan data nama istri.

Obama rencananya akan berkunjung ke Yogyakarta pada 28-30 Juni.

Untuk pertama kalinya, Sri Sultan HB X mengundang masyarakat Yogyakarta ke Keraton untuk memperingati hari lahir Pancasila dan buka bersama.

Dalam tradisi tahunan yang digelar setiap tanggal 7 Suro dalam penanggalan Jawa itu sebanyak 2 kereta dari 23 kereta koleksi Kraton Yogyakarta dijamas yakni Kereta Kanjeng Nyai Jimat serta Kereta Kanjeng Kyai Kus gading, dimana air serta kain sisa jamasan kereta menjadi rebutan masyarakat.

Presiden Ukraina Petro Poroshenko (kiri) bertemu Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan HB X (kanan) saat berkunjung di Keraton Yogyakarta, Sabtu (6/8). Presiden Petro Poroshenko melihat secara langsung kekayan tradisi dan budaya di Yogyakarta.

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat akan merayakan 1 Syawal atau Idul Fitri pada Kamis, karena menganut penanggalan Sultan Agung atau penanggalan Jawa Islam. Penghitungan tahun di Keraton Ngayogyakarta ini sudah dilakukan secara teliti dan cermat dengan rumus yang baku. Bahkan siklus ini sudah dihitung hingga 120 tahun ke depan.