tirto.id - Kadipaten Pakualaman menggelar Dhaup Ageng, prosesi pernikahan Putra Mahkota KGPAA Paku Alam X, BPH Kusumo Bintoro dan dr. Maya Lakshita Noorya. Prosesi Dhaup Ageng dimulai sejak 24 Desember 2018 hingga 7 Januari 2019.
Menurut Ketua Panitia Dhaup Ageng, KPH Indrokusumo, prosesi diawali dengan Bucalan yang diselanggarakan pada 24 Desember, dilanjutkan Wilujengan, nyekar ke makam leluhur dan doa bersama di Masjid Kagungan Dalem pada 3 Januari 2019.
"Ini budaya yang sudah dilakukan sebelum-sebelumnya kami menjaga budaya itu. Masih nguri-uri, melestarikan adat istiadat. Kami diberi kewajiban untuk nguri-uri, jadi harus dilaksanakan sebaik mungkin," ujar Indro saat konferensi pers di Yogyakarta, Rabu (26/12/2018).
Perkawinan BPH Kusumo dan Maya Lakshita disebut Dhaup Ageng karena diselenggarakan dengan mengikuti tata cara yang berlaku di Pakualaman. Hal itu tampak dari rangkaian upacara, seperti panggih dan resepsi yang dilaksanakan di bangunan utama Pakualaman, yaitu Bangsal Sewatama.
Sebagaimana dikutip dari Pusat Media Dhaup Ageng, bangsal tersebut hanya digunakan untuk penyelenggaraan beberapa peristiwa penting seperti Jumeneng Dalem, Ngebekten, dan Jamuan Istana untuk tamu khusus baik dari dalam maupun luar negeri.
Ijab akan dilaksanakan pada Sabtu (5/1/2019) di Kagungan Dalem Masjid Ageng Pakualaman. Upacara dilanjutkan dengan Panggih dan Resepsi yang digelar di Bangsal Sewatama. Esoknya, pada 6 Januari 2018 digelar Pahargyan jamuan makan prasmanan di Bangsal Sewatama.
Pakualaman mengundang Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam gelaran ini. Selain itu juga mengundang sejumlah menteri Kabinet Kerja, duta besar negara-negara sahabat, perwakilan Keraton Nusantara, yaitu Keraton Yogyakarta, Solo, dan Cirebon.
Jumlah tamu yang diundang pada hari pertama Resepsi yaitu 750 tamu undangan, sedangkan hari kedua sebanyak 1.500 undangan untuk kalangan masyarakat yang ada di Yogyakarta, seperti tokoh agama, budayawan, dan organisasi-organisasi masyarakat di Yogyakarta.
Motif batik Surya Mulyarja dipilih sebagai tema Dhaup Ageng pada 5 Januari 2019. Surya Mulyarja bersumber dari iluminasi naskah Sestradisuhul (1847) yang diciptakan pada masa Paku Alam II.
Pada acara panggih mempelai akan menggunakan tata rias penganten Paes Ageng yang berkiblat pada tata rias Keraton Yogyakarta, tapi tetap mengedepankan ciri khas pengantin gaya Pakualaman.
Masyarakat Ypgyakarta yang ingin menyaksikan gelaran pernikahan ini akan disediakan layar lebar di halaman depan Pura Pakualaman. Selain itu, video dan foto-foto pernikahan juga akan dirilis di situs web resmi Pakualaman dan Pemprov DIY.
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra