Menuju konten utama

Pujian SBY ke Megawati: Cara Agar AHY Dijadikan Cawapres Jokowi?

Hubungan SBY dan Megawati merenggang semenjak jelang Pemilu 2004.

Pujian SBY ke Megawati: Cara Agar AHY Dijadikan Cawapres Jokowi?
Mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) menerima plakat dari Ketua Fraksi Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (kanan) saat peringatan Hari Perempuan Internasional di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (19/3). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari.

tirto.id - Saat berbicara di acara peringatan Hari Perempuan Internasional 2018 yang diselenggarakan Fraksi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyisipkan nama Megawati Sukarnoputri. SBY yang merupakan Ketua Umum Partai Demokrat menyebut Megawati sebagai contoh perempuan sukses.

“Buktinya di Indonesia ini ada perempuan yang sukses. Di eksekutif ada Ibu Megawati. Di legislatif masih banyak lagi,” kata SBY di Kompleks DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Senin, (19/3/2018).

Bagi sejumlah ahli komunikasi politik, pujian yang dilontarkan SBY kepada Megawati bukan sekadar basa-basi pidato. Ada makna politis yang hendak dibangun SBY. “Pesan-pesan yang disampaikan tak bisa lepas dari makna politik ,” kata Direktur Eksekutif Emrus Corner Emrus Sihombing kepada Tirto, Selasa (20/3).

Menurut Ermus, makna politis pujian SBY ke Megawati adalah keinginan membangun kedekatan dengan PDIP. Tujuan dan kepentingannya jelas: berkoalisi mengusung calon presiden dan calon wakil presiden di Pilpres 2019.

Sembilan hari sebelum SBY melemparkan pujian kepada Megawati, ia juga memuji kepada satu-satunya calon presiden PDIP: Joko Widodo (Jokowi). SBY menyampaikannya saat membuka Rapat Pimpinan Nasional Demokrat di Bogor, Sabtu (10/3). SBY memberikan sinyal kuat untuk mendukung Jokowi di Pilpres 2019. “Dengan dukungan Tuhan Yang Maha Kuasa sangat bisa Partai Demokrat berjuang bersama Bapak (Jokowi),” kata SBY.

Bagi pakar komunikasi politik Universitas Gadjah Mada Kuskridho Ambardhi mengatakan pujian SBY kepada Megawati merupakan sinyal keinginan mendekatkan kembali hubungan politik yang sempat merenggang di antara keduanya hampir 14 tahun lamanya.

Renggangnya hubungan politik SBY dengan Megawati dimulai jelang Pilpres 2004. Saat itu SBY yang menjabat sebagai menkopolhukam memilih mundur dari kabinet Gotong Royong pimpinan Megawati dan maju sebagai calon presiden menjadi pesaing Megawati. Hasilnya? SBY tidak saja mengalahkan Megawati di Pilpres 2004 tapi juga di 2009.

Hasil sinyal koalisi akan terbuka apabila pujian mengena di hati Megawati. “Pujian itu sinyal dari satu pihak, dan respons pihak lainnya (Ibu Megawati) akan memperbesar kemungkinan [koalisi] itu,” kata pria yang akrab disapa Dodi itu.

Menurut Ambhardi, apapun tujuan SBY—termasuk mengajak koalisi PDIP—akan lebih mudah diwujudkan bila SBY berhubungan baik dengan Megawati, Ketua Umum PDIP.

Peneliti Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia Hendri Satrio memaknai pujian SBY kepada Megawati sebagai upaya PDIP membuka kesempatan agar Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), sang putranya sebagai cawapres pendamping Jokowi.

“Jadi apa yang dilakukan SBY memang sebetulnya tidak biasa, tetapi jika sampai dia melakukan ini ada tujuan yang baik. Saya rasa Megawati sudah cukup paham dan maklum dengan sikap Pak SBY,” kata Hendri.

Wakil Ketua Umum Demokrat Syarief Hasan menegaskan tak ada maksud tertentu dari SBY saat memuji Megawati di acara DPR. Menurutnya, pengakuan terhadap Megawati murni karena ia merupakan sosok politikus perempuan paling menonjol di Indonesia.

"Itu secara tulus dan fakta memang sebagai tokoh perempuan yang berhasil. Jadi memang itu harus kita hargai, itu pujian betul-betul tulus. Tidak ada kaitannya dengan itu [upaya koalisi dengan PDIP]," ujar Syarief.

Menurut Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristianto, pujian SBY untuk Megawati merupakan hal yang baik. Ia mengklaim, banyak orang sudah tahu prestasi Megawati sebagai pemimpin perempuan di Indonesia.

Namun, Hasto tidak menjawab pertanyaan ihwal kemungkinan penjajakan koalisi PDIP dan Demokrat dengan jelas. Ia hanya berkata, semua kemungkinan bisa dimulai dengan hal positif.

“Itu hal yang baik karena kita harus mencari hal-hal yang membangun peradaban, hal yang positif diantara semua pemimpin negara ini. Ya semuanya dimulai dengan hal positif,” kata Hasto menjawab normatif.

Jadi, apakah sinyal dari SBY ini akan ditangkap positif oleh Megawati?

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Lalu Rahadian

tirto.id - Politik
Reporter: Lalu Rahadian
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Muhammad Akbar Wijaya