Menuju konten utama
Kematian George Floyd

PSSI-nya AS Cabut Aturan yang Membatasi Aksi 'Black Lives Matter'

PSSI-nya Amerika Serikat (USSF) mencabut kebijakan yang membatasi dukungan terkait Black Lives Matter, termasuk atas insiden George Floyd.

PSSI-nya AS Cabut Aturan yang Membatasi Aksi 'Black Lives Matter'
Pengunjuk rasa melakukan protes atas kematian George Floyd saat ditahan oleh polisi Minneapolis, di Barclays Center di Brooklyn, New York City, Amerika Serikat, Minggu (31/5/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Jeenah Moon/wsj/cfo

tirto.id - Federasi Sepak Bola Amerika Serikat (USSF) mencabut kebijakan yang mengharuskan pemain berdiri saat lagu kebangsaan dinyanyikan jelang laga. PSSI-nya AS ini mengakui aturan itu keliru karena membatasi dukungan terkait Black Lives Matter, termasuk atas tragedi George Floyd beberapa waktu lalu.

Kebijakan itu dibuat pada 2017 setelah seorang pemain timnas wanita AS, Megan Rapinoe, berlutut saat lagu kebangsaan sedang dinyanyikan di awal pertandingan pada 2016.

Aksi Rapinoe itu mendukung Colin Kaepernick di National Football League (NFL) yang melakukan dukungan serupa untuk menyuarakan ketidakadilan rasial.

"Kini sudah jelas bahwa kebijakan ini salah dan mengurangi pesan penting dari Black Lives Matter. Kami meminta maaf kepada para pemain -khususnya para pemain kulit hitam- staf, suporter, dan semua orang yang mendukung penghapusan rasisme," tulis pernyataan di laman resmi USSF.

"Kita tidak bisa mengubah masa lalu, tetapi kita bisa membuat perbedaan di masa depan. Kami berkomitmen dalam upaya perubahan ini, dan kami akan melakukan aksi dukungan dalam waktu dekat ini," lanjut pernyataan tersebut.

Anti Rasisme Lewat Olahraga

Aksi Black Lives Matter dilangsungkan di Amerika Serikat dan di berbagai belahan dunia dalam dua pekan terakhir. Unjuk rasa dipicu oleh kematian George Floyd, seorang warga kulit hitam AS, pada 25 Mei 2020 lalu.

Para atlet turut geram atas kematian Floyd yang terindikasi faktor sentimen rasial. Mereka mengampanyekan Black Lives Matter di berbagai even olahraga. USSF sendiri menyebut panggung olahraga seharusnya turut berkontribusi atas kampanye isu seperti demikian.

"Olahraga adalah panggung yang berdaya untuk menyebarkan kebaikan, dan kami tidak menggunakan panggung kami seefektif yang kami bisa. Kami bisa berbuat lebih banyak terkait isu spesifik ini dan kami akan melakukannya," tulis pernyataan USSF.

Di Eropa, sejumlah atlet telah ikut bersuara mendukung kampanye Black Lives Matter. Empat pemain Liga Jerman yakni Weston McKennie, Jadon Sancho, Achraf Hakimi, dan Marcus Thuram memprotes kematian Floyd di pertandingan Bundesliga dua pekan lalu.

Sejumlah klub Liga Inggris juga menampilkan gestur dukungan saat sesi latihan. Para pemain Premier League pun mendorong pihak klub dan liga untuk terus mendukung kampanye Black Lives Matter.

Para kapten tim dilaporkan berencana menuliskan Black Lives Matter untuk menggantikan nama di atas nomor punggung mereka sepanjang pekan pertama restart Premier League 2019/2020.

Tragedi George Floyd

Kasus George Floyd sedang menjadi perhatian banyak pihak. Pria dari kalangan kulit hitam ini tewas pada 25 Mei 2020 lalu setelah sejumlah personel polisi di Minneapolis, Amerika Serikat, melakukan aksi penangkapan yang ternyata berdampak fatal.

George Floyd ditangkap setelah seorang karyawan menelepon 911 dan menuduh pria berusia 46 tahun itu membeli rokok dengan uang kertas palsu senilai 20 dolar AS.

Diwartakan The Guardian, kematian Floyd memicu demonstrasi di berbagai negara. Mereka menuntut keadilan terhadap pria kulit hitam tak bersenjata yang tewas dalam penangkapan. Aksi di Amerika Serikat bahkan memantik kericuhan.

Derek Chauvin, salah satu polisi yang disebut telah menyebabkan George Flyod kehilangan nyawa, dilaporkan sudah dipecat dari kepolisian dan saat ini sedang menghadapi tuntutan atas pembunuhan tingkat tiga.

Baca juga artikel terkait BLACK LIVES MATTER atau tulisan lainnya dari Ikhsan Abdul Hakim

tirto.id - Olahraga
Kontributor: Ikhsan Abdul Hakim
Penulis: Ikhsan Abdul Hakim
Editor: Iswara N Raditya