tirto.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menjelaskan institusinya tengah melakukan koordinasi dengan berbagai pihak untuk melakukan negosiasi ulang terkait target dari proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt.
"Proyek 35 ribu megawatt yang sudah terkontrak, tentu saja komitmen itu harus bisa kami penuhi. Masalahnya sekarang, kami berupaya untuk menegosiasi kembali,” ujar dia dalam Konferensi Pers Capaian Kinerja Sektor ESDM Tahun 2020 dan Rencana Kerja Tahun 2021, Kamis (7/1/2020).
Alasan di balik permintaan negosiasi ulang, kata Arifin, tak terlepas dari dampak pandemi COVID-19 yang mewabah di Indonesia sejak awal Maret 2020. Ia menjelaskan, selama masa pandemi penjualan listrik turun dan hal tersebut berdampak pada kinerja keuangan PLN pada 2020.
“Semua pihak terkena dampak COVID-19 ini," kata dia.
Berdasarkan laporan keuangan PT PLN (Persero) membukukan laba periode berjalan senilai Rp273,06 miliar pada sepanjang semester I/2020 atau anjlok 96,28 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu senilai Rp7,35 triliun.
Untuk bisa mengembalikan konsumsi listrik, pihaknya berupaya mendorong konsumsi dengan strategi lain, salah satunya mendorong masyarakat untuk membeli kendaraan listrik.
"Upaya-upaya kami yang lain adalah mengciptakan demand. Seperti motor listrik berbasis baterai. Lalu kendaraan roda empat juga. Kemudian juga kompor listrik," ujar Arifin.
Hingga Agustus 2020, realisasi kapasitas beroperasi dari program pembangkit listrik 35 ribu baru mencapai sekitar 24 persen atau sebesar 8.400 MW. Selain megaproyek tersebut, terdapat pula carry over sebesar 7.000 MW dari program sebelumnya. Baik proyek pembangkit 35 ribu MW dan 7.000 MW ditargetkan rampung pada 2023.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Abdul Aziz