tirto.id - Pernikahan adat Batak Toba adalah upacara sakral yang tidak hanya menyatukan dua individu, tetapi juga melibatkan kepentingan kelompok masyarakat. Prosesi pernikahan adat Batak Toba terdiri dari beberapa tahapan yang harus dijalankan sesuai tradisi.
Serangkaian tahapan pernikahan adat Batak tersebut harus digelar dari awal sampai akhir. Selengkapnya, mari kita bahas melalui informasi berikut ini.
Apa Itu Pernikahan Adat Batak Toba?
Pernikahan adat Batak Toba adalah yang mengikuti hukum eksogami, yaitu hukum yang melarang pernikahan dalam satu marga (namariboto).
Dikutip dari karya tulis ilmiah UNAIR tahun 2011, dahulu, pernikahan dianggap sebagai pembelian perempuan di mana pihak laki-laki memberikan pembayaran berupa barang berharga, hewan ternak, atau uang, yang disebut sinamot.
Setelah pernikahan adat Batak Toba dilangsungkan, perempuan bergabung dengan keluarga suami karena sistemnya patrilineal, di mana hak warisan hanya diberikan kepada laki-laki.
Perkawinan ideal didasarkan pada keserasian jiwa (rongkap ni tondi) dan kesejahteraan (rongkap ni gabe), yang diyakini membawa kebahagiaan serta keturunan yang banyak.
Jika terjadi ketidakharmonisan, perceraian bisa terjadi, tetapi kehadiran anak memperkuat ikatan pernikahan. Aturan eksogami masih dihormati hingga kini, karena diyakini melanggar adat dapat membangkitkan amarah roh leluhur.
Tahapan Pernikahan Adat Batak Toba
Adapun tahapan dan tata cara pernikahan adat Batak Toba yakni sebagai berikut.
1. Paranakkon Hata
Pihak laki-laki (paranak) mengajukan lamaran kepada pihak perempuan(parboru). Dalam adat pernikahan Batak Toba, jawaban diberikan langsung pada hari itu juga.2. Marhusip
Marhusip merupakan tahapan dalam pernikahan Batak Toba berupa diskusi tertutup antara kedua pihak mengenai prosedur adat pernikahan. Namun, proses ini dilakukan tanpa membahas sinamot (maskawin).3. Marhata Sinamot
Adat nikah Batak Toba selanjutnya adalah marhata sinamot. Ini adalah momen pembahasan jumlah sinamot dan pembagiannya antara perwakilan keluarga kedua belah pihak.Selain itu, marhata sinamot juga membahas tentang undangan yang akan dibagikan dan di mana dilaksanakannya nikah adat Batak Toba.
4. Marpudun Saut
Marpudun saut dalam acara pernikahan adat Batak Toba adalah pengesahan keputusan yang telah dibahas dalam tahap sebelumnya oleh para tetua adat. Pada saat yang sama, ini juga menjadi waktu penyerahan uang muka sinamot (bohi ni sinamot) kepada pihak perempuan.Tidak ada pembicaraan tawar-menawar sinamot ketika Marpudun Saut, keputusan final langsung disampaikan.
5. Pemotongan Jambar
Pemotongan jambar merupakan pemotongan jambar juhut atau daging yang nantinya akan dibagikan kepada kerabat dan saudara. Biasanya, jambar juhut menggunakan hewan sembelihan namarmiak atau babi.6. Membagikan Jambar
Dikutip dari jurnal ilmiah Unila, jambar yang sudah dipotong dibagikan dengan berpedoman pada dalihan na tolu. Setiap potongan jambar juhut dianggap sangat penting bagi masyarakat Toba karena memiliki makna filosofisnya tersendiri.7. Martumpol
Martumpol merupakan acara adat Batak berupa pertunangan yang dilakukan sebelum pernikahan. Utamanya bagi masyarakat Toba beragama Kristen Protestan (HKBP).Sebenarnya, martumpol merupakan inovasi dari penginjil di daerah Batak dan biasanya dilakukan di gereja atau rumah dengan pengukuhan pendeta. Adapun martumpol diadakan sekitar 15 hari atau lebih sebelum pemberkatan pernikahan dan pesta adat.
Sementara itu, bagi pengantin Batak Toba beragama Katolik, tahap ini digantikan dengan Marpudun Saut.
8. Martonggo Raja
Martonggo Raja adalah tahap di mana keluarga besar kedua calon pengantin berdiskusi lebih mendetail mengenai prosesi adat pada hari pernikahan. Dalam pertemuan ini, dibahas peran masing-masing anggota keluarga besar (dongan sahuta), termasuk siapa yang akan memberikan dan menerima ulos.Selain itu, keputusan-keputusan yang telah disepakati sebelumnya dalam tahap marhusip akan dikonfirmasi kembali untuk memastikan kelancaran upacara adat.
9. Unjuk
Unjuk merupakan acara inti pernikahan Batak Toba, berupa upacara pernikahan dilakukan di halaman rumah pihak perempuan. Adapun acaranya berisi penyambutan tamu, penyajian makanan dari kedua belah pihak, dan doa makan.10. Mangulosi
Dalam budaya Batak, mangulosi adalah tradisi mengalungkan kain Ulos ke pundak seseorang sebagai simbol perlindungan dari berbagai gangguan. Secara adat, tradisi ini dilakukan oleh orang yang lebih dituakan kepada kerabat dengan kedudukan adat yang lebih rendah, seperti orang tua kepada anak.Dalam upacara pernikahan Batak, mangulosi menjadi bagian penting yang dilakukan oleh tulang (paman dari pihak ibu) kepada kedua pengantin. Hal ini mencerminkan hubungan kekeluargaan yang khas dalam adat Batak, di mana tulang memiliki peran penting dalam memberikan restu dan doa bagi pasangan yang menikah.
11. Tangiang Parujungan
Tangiang parujungan adalah doa penutup sebagai tanda selesainya seluruh rangkaian perkawinan adat Batak Toba.Penulis: Nisa Hayyu Rahmia
Editor: Dhita Koesno