tirto.id - Simulasi program makan siang gratis yang jadi besutan program calon presiden, Prabowo Subianto, sudah dimulai. Uji coba program tersebut dilakukan di SMP Negeri 2 Curug, Tangerang, Banten, oleh Menteri Perekonomian, Airlangga Hartarto.
Dalam simulasi tersebut hadir juga Ketua Dewan Pengarah TKN Prabowo-Gibran itu ditemani oleh Mantan Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar, yang sekaligus juga sebagai Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) DKI.
Dalam simulasi program makan siang tersebut, anggaran yang digelontorkan sebesar Rp15.000 per anak dengan empat pilihan daftar menu. Anggaran ini disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang melalui dinas pendidikan setempat dan bukan bersumber dari APBN.
"Anggaran dari dinas [daerah], enggak masuk APBN, ini dari Pak Bupati," kata Airlangga saat simulasi program tersebut, Kamis (29/2/2024).
Untuk diketahui, anggaran program makan siang gratis ini tidak sedikit. Setidaknya membutuhkan dukungan fiskal sebesar Rp440 triliun untuk bisa diterapkan di seluruh sekolah-sekolah ada di Indonesia. Maka perlu ada alternatif lain agar tidak membebankan APBN Kita.
Dalam kesempatan sama, Ahmed Zaki Iskandar, justru mengusulkan anggaran untuk program makan siang gratis dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Melalui skema tersebut, dia mengeklaim pemantauan anggaran akan jelas dan tertib dan bisa langsung dicairkan ke rekening sekolah terkait.
"Pola pendanaannya ini, pendanaannya kita mengusulkan melalui BOS spesifik atau BOS Afirmatif untuk khusus menyediakan makan siang untuk siswa," ucap Zaki.
Untuk diketahui, dana BOS afirmatif atau afirmasi adalah program pemerintah pusat yang dialokasikan bagi satuan pendidikan dasar dan menengah yang berada di daerah tertinggal.
Dana BOS ini, bertujuan untuk membantu peningkatan mutu pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah yang diselenggarakan oleh pemerintah di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar.
Riskan & Berdampak ke Kualitas Pendidikan
Pengamat pendidikan, Edi Subkhan, menilai usulan penggunaan dana BOS sebagai alternatif program makan siang gratis menjadi riskan. Sebab alokasi BOS afirmatif ditujukan sebagai anggaran tambahan untuk akselerasi kualitas sekolah di daerah tertentu yang membutuhkan.
"Kalau pakai alokasi BOS afirmatif, lalu slot dana apa yang dapat ditujukan bagi sekolah tertinggal untuk mengejar kualitas layanan pendidikannya?," kata Edi mempertanyakan kepada Tirto, Jumat (1/3/2024).
Edi meminta usulan tersebut tidak diterima mentah-mentah oleh pemerintah selanjutnya. Karena jika alokasinya justru diambilkan dari dana yang selama ini digunakan untuk kepentingan peningkatan kualitas pendidikan, risikonya besar sekali.
Dampaknya potensialnya, bisa menghambat akselerasi bagi sekolah-sekolah pinggiran untuk mengejar kualitas pendidikan yang baik. Untuk meminimalisir dampak tersebut tidak terjadi, maka sebaiknya program ini dibicarakan lintas sektoral.
"Dan barangkali perlu dipertimbangkan yang menanggung biayanya dari kementerian lain, bukan dari Kemendikbud," ungkap Edi.
Dia memandang Kemendikbud Ristek selama ini sudah memiliki berbagai pekerjaan rumah yang membutuhkan dukungan dana. Mulai dari persoalan rendahnya literasi dan numerasi, hingga kualitas guru yang masih belum menggembirakan dan lainnya.
"Kalau dikurangi dananya untuk program [makan siang gratis] ini pasti akan menggoyahkan upaya pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan," ujar dia.
Di sisi lain, Edi sendiri sebenarnya tidak menampik program makan siang gratis yang merupakan janji politik ini, memiliki plus dan minusnya. Seperti di daerah tertinggal banyak guru dan orang tua akan senang dengan makan siang gratis. Karena sehari-hari kebutuhan tersebut tidak terpenuhi karena kondisi ekonomi daerah dan orang tua yang tidak memungkinkan.
Tapi di daerah lain, program tersebut bisa saja mubazir. Karena secara ekonomi masyarakat dan keluarga sudah baik ekonominya.
"Jadi, perlu dipilah berdasarkan kondisi sosio-ekonomi, bahkan kultural daerah," kata Edi.
Mengganggu Pencapaian Program BOS
Ekonom dari Center of Reform on Economic (CORE), Yusuf Rendy Manilet, menilai jika nantinya alokasi anggaran makan siang gratis diambil dari program BOS, akan berdampak fatal. Hal ini karena ketika dia dijalankan program makan siang gratis dan di satu bersamaan program BOS dialokasikan dananya, maka ada potensi yang hilang dari program BOS itu sendiri.
"Jadi saya kira pemerintah perlu muncul dengan mitigasi bagaimana menanggung cost yang dimaksud ketika program makan siang gratis ini didanai melalui alokasi dana program BOS," kata Yusuf kepada Tirto.
Dia menuturkan sebuah program harus memiliki perhitungan biaya dan manfaat analisnya. Hal itu perlu dilakukan jika sewaktu-waktu ada program baru yang sumber anggarannya dari dana BOS. Sebab itu, Yusuf menilai perlu dihitung dan dievaluasi apakah nantinya akan mengganggu pencapaian dana BOS atau tidak.
"Kita tahu BOS ini sebenarnya memainkan peran penting terutama dalam penyelenggaraan pendidikan," kata Yusuf.
Lebih lanjut, dia menjelaskan, beberapa studi menunjukkan BOS itu berdampak terhadap siswa penerima bantuan untuk melanjutkan atau mempunyai keinginan ke jenjang pendidikan tingkat lebih tinggi. Selain itu, studi yang sama dari (Kartasasmita & Sulistyaningrum, 2021) menunjukkan BOS lebih banyak dinikmati oleh para siswa di luar Jawa.
"Artinya, secara tidak langsung BOS ini bisa menjadi instrumen untuk pemerataan proses pendidikan di Indonesia," kata Yusuf.
Studi lain, memperlihatkan dana BOS efektif meningkatkan rata-rata nilai sekolah yang menerima program tersebut. Tidak hanya di Indonesia, beberapa studi dari negara lain juga menyebutkan bantuan yang mirip dengan BOS berdampak dan berpengaruh terhadap proses pendidikan. Terutama jika dilihat dari partisipasi anak di sekolah hingga potensi keberlanjutan anak untuk masuk ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
"Jadi kalau kita lihat beberapa studi empiris yang saya sebutkan di atas kita tahu bahwa program ini relatif mempunyai efek dan dampak terutama dari proses pengembangan sumber daya manusia terutama dilihat dari kemampuan siswa penerima bantuan ini," jelas Yusuf.
Sementara itu, jika dilihat dari tujuan anggaran dana BOS digunakan beberapa hal. Salah satunya pengembangan fasilitas seperti perpustakaan.
"Menurut saya itu penting terutama dalam konteks mendorong pemerataan pendidikan di Indonesia," Yusuf.
Tirto juga sudah berupaya meminta tanggapan dari Kemendikbud Ristek terkait usulan penggunaan dana BOS untuk alokasi program makan siang gratis. Namun, hingga berita ini dirilis pertanyaan ditujukan ke pihak Kemendikbud belum direspon sama sekali.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin