tirto.id - Waduk Jatiluhur merupakan sebuah bendungan di daerah Kabupaten Purwakarta tepatnya di Kecamatan Jatiluhur yang memiliki luas genangan kurang lebih 83 kilometer persegi dengan keliling waduk sekitar 150 kilometer pada elevasi air normal sekitar 107 mdpl.
Sebenarnya, nama resmi dari Waduk Jatiluhur adalah Bendungan Ir. H. Djuanda.
Ir. H. Djuanda adalah sosok yang berjasa dalam memperjuangkan biaya pembangunan bendungan tersebut. Beliau sendiri merupakan Perdana Menteri RI terakhir yang memimpin kabinet Karya (1957–1959).
Waduk dalam KBBI berarti kolam besar tempat menyimpan air sediaan untuk berbagai kebutuhan atau mengatur pembagian air dan sebagainya (dipakai di musim kemarau).
Waduk atau Bendungan Jatiluhur membendung aliran sungai Citarum, sungai terbesar dan terpanjang di Jawa Barat.
Dalam artikel berjudul Perhitungan Usia Manfaat Waduk Ir.H.Djuanda yang ditulis oleh Ir. Asban Basiran, Wulan Sri pamungkas, dan Rahmat Sudiana disebutkan bahwa Waduk Jatiluhur sendiri merupakan waduk terbesar di Indonesia yang berfungsi sebagai pembangkit listrik berkapasitas 187,5 MW.
Waduk ini juga difungsikan sebagai pengendali banjir Kabupaten Karawang dan Bekasi, irigasi untuk lahan seluar 242.000 HA, pemasok air rumah tangga, industri, dan penggelontoran kota, pemasok air untuk budidaya perikanan air payau di sepanjang pantai utara Jawa Barat, dan juga sebagai destinasi wisata.
Sejarah Waduk Jatiluhur
Bendungan ini mulai dibangun pada 1957 dengan peletakan batu pertama dilakukan oleh Ir Soekarno dan diresmikan pada 26 Agustus 1967 oleh Presiden RI kedua, Jenderal Soeharto.
Walau dibangun setelah kemerdekaan, namun gagasan dari pembangunan Waduk Jatiluhur ini sendiri sudah dimulai sejak abad 19.
Gagasan tersebut kemudian disempurnakan oleh Prof. Dr. Ir. Wilem Johan Van Vlommestein, ahli pengairan Belanda pada 1930.
Penyempurnaan gagasan tersebut lalu dikemukakan di pertemuan tahunan Persatuan Insinyur Kerajaan Belanda (Koninklijk Instutuut van Ingenieurs atau KIVI) pada 18 Desember 1948 di Jakarta.
Blommestein sebagai Kepala Perencanaan Jawatan Pengairan Belanda pada waktu itu mengatakan bahwa dirinya sudah melakukan survei yang sangat rinci dalam pembangunan tiga waduk yang akan menampung air dari Citarum yaitu Waduk Tarum (Saguling), Cirata, dan Jatiluhur.
Pada saat itu Jatiluhur sendiri hanya dikembangkan untuk kepentingan irigasi dan pembangunan kanal untuk transportasi air dari Anyer ke Surabaya melewati Solo.
Pada 1955, gagasan Blommestein dikaji ulang oleh Ir. Van Scravendijk melalu tulisannya yang berjudul “Integrated Water Resources Development in Citarum River Basin” dan dilengkapi oleh Ir. Abdullah Angudi tapa 1960 melalui nota pengelolaan hingga kemudian menjadi proyek yang bernama Rencana Induk Pengembangan Proyek Serbaguna Jatiluhur.
Masa pembangunan Waduk Jatiluhur melewati dua masa kepemimpinan Republik Indonesia yaitu Soekarno dan Soeharto serta sembilan kabinet dari 1957 – 1967.
Hal menarik yang terjadi dalam pembangunan Waduk Jatiluhur adalah 15 hari setelah terjadinya pemberontakan G30S PKI, para tenaga ahli asing pulang ke negaranya dan meninggalkan pekerjaan yang belum selesai berupa konstruksi menara pelimpah utama dan belum dibangunnya bendungan pelana Pasir Gombong Baran dan Timur.
Namun, hal tersebut bisa diatasi dengan beberapa penanganan hingga akhirnya Waduk Jatiluhur bisa berfungsi sampai sekarang.
Lokasi Waduk Jatiluhur
Waduk Jatiluhur berada di kawasan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta.
Akses menuju ke sana dari Ibu Kota Jakarta juga terbilang mudah terlebih jika menggunakan mobil yaitu cukup masuk tol dengan tujuan Purbaleunyi lalu keluar di gerbang Tol Jatiluhur.
Wisata Waduk Jatiluhur
Sebagai bendungan terbesar di Indonesia, Waduk Jatiluhur tentunya akan memberikan pemandangan menarik dan lebih luas serta memiliki berbagai spot-spot wisata yang kebanyakan bertemakan wisata air.
Dikutip dari Portal Wisata Purwakarta, di Waduk Jatiluhur wisatawan akan disuguhkan berbagai pemandangan menarik serta suasana yang menenangkan.
Apalagi jika menikmati hal tersebut dari atas perahu dan pemandangan terbaik yang menjadi latar belakang Waduk Jatiluhur adalah Gunung Cilembu.
Pengelola Waduk Jatiluhur sendiri menyediakan beberapa spot foto untuk wisatawan seperti ayunan kayu atau beberapa miniatur pemandangan lainnya.
Terdapat pula wisata bernama Jatiluhur Water World, sebuah tempat wisata waterbom yang memiliki empat jenis kolam renang yaitu dewasa, anak, olimpik, dan dangkal.
Di Jatiluhur Water World juga terdapat wahana ember air raksasa, papan seluncur, bungee trampoline, gazebo, dan kantin.
Selain berwisata, pengunjung juga bisa berbelanja produk di pasar ikannya yang masih segar hasil tangkapan dari Waduk Jatiluhur. Banyak juga yang menjual souvenir khas Waduk Jatiluhur yang bisa dijadikan oleh-oleh sepulang dari sana.
Selain beberapa hal tersebut, di Waduk Jatiluhur juga terdapat lokasi untuk Outbond, berkemah, dan berburu kuliner.
Fasilitas yang disediakan pun cukup lengkap sehingga wisatawan tidak perlu khawatir jika berkunjung ke sana. Bahkan terdapat juga tempat penyewaan kano dan jet ski.
Harga Tiket
Tiket masuk Waduk Jatiluhur sendiri adalah Rp15.000 untuk hari biasa dan Rp20.000 untuk akhir pekan dan hari libur.
Keunggulan lain dari Wisata Waduk Jatiluhur adalah tempat ini buka selama 24 jam jadi tidak perlu khawatir tiba di sana terlalu sore atau larut malam.
Penulis: Fajri Ramdhan
Editor: Dhita Koesno