tirto.id - Direktur Eksekutif Yayasan Madani Berkelanjutan, Teguh Surya mengatakan peredaran uang ilegal dalam perdagangan komoditas Indonesia menjadi tugas berat bagi presiden selanjutnya. Dua komoditas favorit Indonesia, kata Teguh, bahkan menduduki 2 posisi teratas yaitu batu bara dan sawit.
Arus uang ilegal ini pantas dikhawatirkan sebab statusnya tidak jauh berbeda dengan yang beredar atas nama obat terlarang, pencucian uang, hingga terorisme.
“Sawit, batu bara juga terjadi di perikanan. Ini PR buat presiden selanjutnya mereka harus bisa menyelesaikan masalah peredaran uang ilegal,” ucap Teguh kepada reporter Tirto usai diskusi bertajuk “Logika Sempit RUU Kelapa Sawit” di Grha Niaga, Rabu (10/4/2019).
Laporan Perkumpulan Prakarsa pada Maret 2019 juga menyatakan bahwa ada aliran uang gelap masuk (inflow) dalam industri sawit. Nilainya pun mencapai 40,47 miliar dolar AS. Padahal, nilai sumbangan devisa minyak sawit Indonesia pada 2018 saja hanya 20,54 miliar dolar AS
Sebagian besar aliran masuk diketahui berasal dari Iran, Bangladesh, dan Arab Saudi. Sementara arus yang keluar dari Indonesia mengarah ke negara-negara seperti Rusia, Perancis, dan Finlandia.
“Ini makanya kenapa orang bisnis sawit itu kaya raya. Uang ilegal yang masuk ke Indonesia totalnya 47 miliar dolar AS. 35 Persen dari seluruh peredaran uang haram di Indonesia,” ucap Teguh.
Namun, Teguh menyangsikan bila masalah ini nantinya dapat dibenahi oleh presiden terpilih nanti. Sebab, ia menilai sebagian besar orang-orang yang berada di balik kedua pasangan calon presiden umumnya memiliki bisnis kelapa sawit yang diduga menjadikan mereka cukup kaya.
“Ini enggak akan keluar dalam debat. Dua-dua tim suksesnya pebisnis sawit,” ucap Teguh.
Pada Sabtu (13/4) nanti, debat pilpres akan memasuki babak terakhirnya. Salah satu tema yang dibahas pun mencangkup persoalan keuangan terutama diprediksi dapat mengarah pada penerimaan negara.
Isu mengenai penerimaan negara ini juga menjadi salah satu isu yang digunakan oleh pasangan calon nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno saat menuding banyaknya kekayaan negara yang bocor.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Alexander Haryanto