tirto.id - Beberapa saat setelah pelantikannya pada Rabu (10/5/2017), Presiden baru Korea Selatan Moon Jae-In menyatakan kesediaannya mengunjungi Korea Utara. Moon mendukung kerja sama dengan Pyongyang dan mengatakan dia akan mengupayakan perdamaian.
"Kalau diperlukan saya akan segera terbang ke Washington," kata Moon, dikutip dari Antara. "Saya juga akan pergi ke Beijing dan Tokyo dan bahkan Pyongyang dalam situasi yang tepat."
Dia juga mengungkapkan bahwa dia akan mengadakan perundingan serius dengan Amerika Serikat (AS) dan Cina mengenai pengerahan sistem antirudal Amerika Serikat, THAAD.
Pengerahan sistem pertahanan yang ditujukan untuk menjaga wilayah dari ancaman Korea Utara yang memiliki senjata nuklir menyulut kemarahan Beijing, yang memandangnya sebagai ancaman terhadap kemampuan militernya sendiri.
Cina, mitra dagang terbesar Korea Selatan, sudah menjalankan serangkaian tindakan terhadap perusahaan Korea Selatan yang dipandang sebagai pembalasan ekonomi yang merusak hubungan.
"Saya akan melakukan semua yang saya bisa untuk membangun perdamaian di di semenanjung Korea," kata Moon, berjanji akan "makin memperkuat" aliansi dengan sekutu utama Washington.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump baru-baru ini menyatakan Seoul harus membayar satu miliar dolar AS untuk pengerahan sistem antirudal itu sehingga memicu kemarahan Korea Selatan.
Tindakan itu memunculkan pertanyaan mengenai hubungan antara Seoul dengan penjamin keamanannya, Washington, yang sudah mengerahkan 28.500 tentaranya di Korea Selatan.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari