Menuju konten utama

Yang Ditakutkan Barat dari Pertemuan Kim Jong Un dan Putin

Kim Jong Un akan mengadakan pertemuan dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Berikut ulasannya.

Yang Ditakutkan Barat dari Pertemuan Kim Jong Un dan Putin
Presiden Rusia Vladimir Putin, kanan, dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berjabat tangan selama pertemuan mereka di Vladivostok, Rusia. AP Photo/Alexander Zemlianichenko, Pool

tirto.id - Presiden Korea Utara, Kim Jong Un, tiba di Rusia pada Selasa pagi, 12 September 2023, untuk bertemu Presiden Rusia, Vladimir Putin. Pertemuan itu memicu kekhawatiran Barat akan potensi kesepakatan senjata untuk perang Moskow di Ukraina.

Diwartakan AP News, kedatangan Kim Jong Un didampingi sejumlah pejabat tinggi militer Korea Utara yang menangani pabrik-pabrik senjata dengan amunisi berkemampuan nuklirnya.

Tak seperti ayahnya, Kim Jong Un kerap menggunakan kereta api pribadi berlapis baja dalam melakukan perjalanan luar negerinya, begitu juga dengan kunjungannya kali ini di Rusia.

Menurut kantor berita resmi Korea Utara, Kim Jong Un menaiki kereta pribadinya dari ibu kota Pyongyang pada Minggu sore dan ditemani oleh anggota-anggota partai yang berkuasa, jajaran pemerintah, hingga militer.

Rencananya, tujuan Kim Jong Un ke Rusia tidak lain untuk bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, dalam sebuah kepentingan.

Apa yang Dikhawatirkan Barat dalam Pertemuan Kim Jong Un & Putin?

Pertemuan Kim Jong Un dan Putin yang sangat jarang terjadi ini memicu kekhawatiran Barat di tengah invasi Moskow di Ukraina.

Pertemuan ini dinilai berpotensi melahirkan sebuah kesepakatan terkait senjata perang di mana Moskow disebut bisa saja mendapatkan bantuan senjata perang yang lebih mumpuni dari Korea Utara.

Isu itu selaras dengan pernyataan Kremlin yang menyebut kunjungan Kim Jong Un terjadi atas dasar undangan Putin, kendati tak disebutkan tujuan dan kebenaran rencana kesepakatan senjata.

Kota Vladivostok, Rusia timur, disebut-sebut akan menjadi tempat pertemuan Kim dan Putin. Kota ini terletak sekitar 680 kilometer di utara Pyongyang, serta pernah menjadi tempat pertemuan pertama antara keduanya pada 2019 lalu.

Selain itu, kunjungan Kim Jong Un di Rusia ini menjadi penanda perjalanan luar negeri pertama dirinya sejak Pandemi Covid-19.

Masih mengutip AP News, para pejabat AS telah merilis informasi intelijen pada pekan lalu, yang menyebutkan bahwa pemimpin Korea Utara dan Rusia akan mengadakan pertemuan.

Pertemuan kedua Kim dan Putin ini disebut sebagai momentum untuk memperluas kerja sama kedua negara dalam menghadapi konfrontasi yang semakin dalam dengan Amerika Serikat.

Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Adrienne Watson, menduga Putin akan fokus mengamankan lebih banyak pasokan artileri Korea Utara dan amunisi lainnya untuk mengisi ulang cadangan yang menurun saat Moskow berusaha meredakan serangan balasan Ukraina.

Watson menambahkan, pertemuan keduanya berpotensi memberikan lebih banyak tekanan pada AS dan mitranya untuk melakukan negosiasi karena khawatir konflik semakin meningkat, kendati AS telah mengirimkan persenjataan canggih dalam jumlah besar ke Ukraina dalam 17 bulan terakhir.

“Diskusi persenjataan antara Rusia dan RRDK (Korut) diperkirakan akan terus berlanjut selama kunjungan Kim Jong Un ke Rusia. Kami mendesak RRDK untuk mematuhi komitmen publik yang telah dibuat oleh Pyongyang untuk tidak menyediakan atau menjual senjata ke Rusia,” kata Watson.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, menyebut Washington akan terus memantau pertemuan kedua petinggi Korut dan Rusia itu dengan cermat, serta memperingatkan sebuah konsekuensi jika Korut memasok senjata Rusia.

“Setiap transfer senjata dari Korea Utara ke Rusia akan menjadi pelanggaran terhadap berbagai resolusi Dewan Keamanan PBB, dan bahwa AS tidak akan ragu-ragu untuk menjatuhkan sanksi baru,” tegas Miller dalam sebuah pernyataan.

Apa Keuntungan Kesepakatan Rusia-Korea Utara Jika Terlaksana?

Menurut para analis, Korea Utara dinilai memiliki puluhan juta peluru artileri dan roket berdasarkan desain Soviet. Amunisi ini disebut-sebut sangat dibutuhkan Rusia guna memberikan dorongan besar untuk tentara Rusia yang masih berkonflik dengan Ukraina.

Di sisi lain, Korea Utara rupanya akan mendapatkan keuntungan yang lumayan besar juga. Pasalnya, jika Korut mampu mencukupi kebutuhan Moskow, Kim diprediksi dapat meminta bantuan energi dan makanan yang sangat dibutuhkan negaranya saat ini.

Selain itu, Kim Jong Un juga berpotensi dapat meminta bantuan soal persenjataan canggih seperti rudal balistik antarbenua, kapal selam rudal balistik berkemampuan nuklir, dan satelit pengintai militer.

Kesepakatan itu dikhawatirkan Barat, terutama potensi transfer teknologi Rusia yang bisa meningkatkan ancaman, mulai dari persenjataan nuklir dan rudal Kim yang terus bertambah dan dirancang untuk menargetkan AS, Korea Selatan, dan Jepang.

Hubungan antara Rusia dan Korea Utara sempat mengalami panas-dingin, namun kedua negara ini kembali “sangat dekat” sejak invasi Moskow ke Ukraina pada 2022 kemarin.

Kedekatan hubungan itu didorong juga oleh kebutuhan Putin terhadap bantuan perang serta ambisi Kim Jong Un dalam meningkatkan visibilitas kemitraannya dengan sekutu tradisionalnya, yakni Moskow dan Beijing.

Kendati demikian, baik pihak Rusia maupun Korea Utara belum membenarkan terkait adanya rencana kesepakatan senjata pada saat pertemuan Kim Jong Un dan Vladimir Putin.

Baca juga artikel terkait KIM JONG UN atau tulisan lainnya dari Imanudin Abdurohman

tirto.id - Politik
Kontributor: Imanudin Abdurohman
Penulis: Imanudin Abdurohman
Editor: Alexander Haryanto