Menuju konten utama

Cerita Kelam Warga Korut: Kelaparan, Kim Jong Un Uji Rudal Terus

Berikut adalah fakta-fakta warga Korea Utara terancam kelaparan.

Cerita Kelam Warga Korut: Kelaparan, Kim Jong Un Uji Rudal Terus
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memantau uji coba "motor bahan bakar padat dengan daya dorong tinggi" di tempat peluncuran rudal Sohae Korea Utara Kamis, 15 Desember 2022. (Korean Central News Agency/Korea News Service via AP)

tirto.id - Korea utara sedang dilanda kekurangan pangan kronis. Pasalnya, pasokan makanan di Korea Utara sangat sedikit dan tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

Penyebab kurangnya pangan di sana, menurut laporanBBC, 15 Juni 2023, sudah dimulai sejak Korea Utara menutup perbatasan pada Januari 2020 karena pandemi Covid-19.

Dengan ditutupnya perbatasan, Korea Utara tidak mampu menghasilkan makanan untuk 26 juta penduduknya.

Dilansir dari Livemint, kondisi kekurangan pangan di Korea Utara saat ini, lebih buruk dari kasus "Arduous March" yang menimpa Korea Utara pada tahun 1990.

Kasus Arduous March merupakan kelaparan massal di Korea Utara. Kasus tersebut merenggut nyawa ratusan ribu orang, atau sekitar 3-5 persen dari populasi Korea Utara.

Menurut analis riset di Peterson Institute for International Economics, Lucas Rengifo Keller, bahwa kondisi Korea Utara saat ini begitu mengkhawatirkan.

“Pasokan makanan di negara ini telah merosot di bawah jumlah yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan minimum manusia," ungkap Lucas.

Lucas menjelaskan, meski makanan didistribusikan secara merata di Korea Utara, itu sama sekali tidak membantu dan akan mengalami kematian akibat kelaparan.

Sebelum pandemi COVID-19, menurut laporan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, setengah dari populasi Korea Utara mengalami kekurangan gizi.

Saat ini, kondisi di Korea Utara semakin buruk. Sebab, selama tiga tahun perbatasan ditutup dan isolasi di Korea Utara, kematian akibat kelaparan akan banyak terjadi.

Bagaimana Krisis Pangan Melanda Korea Utara?

Berbagai pihak menuding kebijakan Presiden Korea Utara Kim Jong Un sebagai biang kerok krisis pangan di Korea Utara, karena terjadi setelah Korea Utara menutup perbatasan akibat pandemi Covid-19.

Alih-alih membuka kembali perbatasan agar pasokan makanan bisa terpenuhi untuk warganya, Kim Jong Un malah sibuk melakukan uji coba rudal dan terus melakukan isolasi di negaranya.

Menurut laporan Livemint, kebijakan tersebut diperparah setelah Kim Jong Un memerintahkan para penjaga untuk menembak siapa pun yang mencoba menyeberang perbatasan.

Dampak kebijakan tersebut membuat akses warga Korea Utara untuk mendapatkan makanan yang dijual di pasar tidak resmi menjadi tidak terjangkau.

Masih menurut laporan BBC yang melakukan wawancara eksklusif dengan warga Korea Utara Myong Suk, hampir tiga perempat produk makanan di pasar lokal, dulu berasal dari China, tetapi persediaannya tidak ada.

“Kekosongan persediaan ini, karena makanan harus melintasi perbatasan. Sedangkan, sudah tiga tahun perbatasan ditutup,” ungkap Myong Suk mengutip BBC.

Lebih jauh, Myong Suk memaparkan, banyak warga Korea Utara bunuh diri di rumah atau menghilang ke pegunungan untuk mati, karena mereka tidak bisa lagi mencari nafkah.

Analis Lucas Rengifo Keller menyarankan agar Kim Jong Un membiarkan perdagangan tidak resmi di masa lalu muncul kembali di negara tersebut.

“Dengan dibukanya pasar-pasar tidak resmi, pasokan makanan akan tersedia,” ungkap Lucas.

Selain ditutupnya Korea Utara, penyebab krisis pangan lainnya adalah produksi panen Korea Utara tahun lalu turun 4 persen lebih rendah dari tahun sebelumnya.

Menurunnya produksi panen disebabkan karena Korea Utara dilanda banjir dan cuaca buruk. Kompleksnya penyebab krisis pangan ini, bersama dengan kebijakan ekonomi rezim yang salah arah, semakin memperburuk krisis pangan di Korea Utara.

Baca juga artikel terkait AKTUAL DAN TREN atau tulisan lainnya dari Sulthoni

tirto.id - Politik
Kontributor: Sulthoni
Penulis: Sulthoni
Editor: Alexander Haryanto