Menuju konten utama

Prakiraan Tinggi Gelombang Selatan Jawa, Penyebab Gelombang Tinggi

Gelombang tinggi masih berpotensi terjadi di beberapa wilayah perairan pada 18 - 19 Juli termasuk di Samudra Hindia Selatan Jawa dan pantai-pantai di Jogja.

Prakiraan Tinggi Gelombang Selatan Jawa, Penyebab Gelombang Tinggi
Ilustrasi Gelombang Tinggi, foto.IStockphoto

tirto.id - Gelombang tinggi hingga banjir rob merusak gazebo di sepanjang pantai selatan Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Sabtu (16/7/2022) lalu.

Gelombang tinggi tersebut juga masih terjadi hingga Minggu (17/7/2022). Video yang memperlihatkan gelombang tinggi di pantai selatan Jogja ini ramai di media sosial dan menjadi perbincangan warganet. Salah satunya adalah video yang diunggah oleh laman resmi Polres Gunungkidul.

Dalam video tersebut, terlihat bahwa gelombang tinggi terjadi di Pantai Kukup Gunungkidul. Terlihat petugas membunyikan peluit sebagai salah satu bentuk isyarat agar wisatawan menjauhi bibir pantai serta mematuhi imbauan petugas demi keselamatan dan kenyamanan dalam berwisata.

Gelombang tinggi di Selatan Jawa masih akan terjadi dan apa penyebabnya?

Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali mengeluarkan peringatan dini terkait gelombang tinggi yang berpotensi terjadi di beberapa wilayah perairan pada 18 - 19 Juli 2022 termasuk di Samudra Hindia Selatan Jawa.

Menurut BMKG, pola angin di wilayah Indonesia bagian utara dominan bergerak dari Tenggara - Barat Daya dengan kecepatan angin berkisar 5 - 20 knot, sedangkan di wilayah Indonesia bagian selatan dominan bergerak dari Timur - Tenggara dengan kecepatan angin berkisar 5 - 20 knot. Kecepatan angin tertinggi terpantau di Laut Jawa, perairan selatan Jawa - NTT, Laut Banda, perairan Kepulauan Sangihe - Talaud dan Laut Arafuru.

Kondisi ini menyebabkan terjadinya peluang peningkatan gelombang setinggi 1.25 - 2.5 meter di perairan utara Sabang, perairan barat Aceh - Kepulauan Mentawai, perairan Bengkulu, Samudra Hindia Barat Aceh - Kepulauan Nias, Laut Jawa, perairan utara Jawa Timur, Selat Makassar bagian selatan, perairan Pulau Sawu - Rote, Laut Sawu, Selat Sumba, Selat Sape - Ombai bagian selatan, Laut Timor, perairan Kepulauan Sangihe - Talaud, Laut Maluku, perairan selatan Kep. Sula, perairan selatan Pulau Buru - Seram, Laut Banda, perairan Kepulauan Wakatobi, Laut Flores bagian timur, perairan selatan Sermata - Tanimbar, perairan selatan Kepulauan Kai - Aru, Laut Arafuru.

Sedangkan untuk gelombang di kisaran lebih tinggi 2.50 - 4.0 meter berpeluang terjadi di perairan barat Lampung, Samudra Hindira Barat Kep. Mentawai - Lampung, Selat Sunda bagian barat dan selatan, perairan selatan Banten - Sumba, Selat Bali - Lombok - Alas bagian selatan, Samudra Hindia Selatan Jawa - NTT.

Sehingga, perlu diperhatikan risiko tinggi terhadap keselamatan pelayaran seperti perahu nelayan (kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1.25 meter), kapal tongkang (kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1.5 meter), kapal ferry (kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2.5 meter), kapal ukuran besar seperti kapal kargo/kapal pesiar (kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4.0 meter).

BMKG juga mengimbau kepada masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar tetap selalu waspada.

Baca juga artikel terkait GELOMBANG TINGGI atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Iswara N Raditya